Efektivitas Vaksin Masih Diragukan, AstraZeneca Lakukan Penelitian Tambahan
Merdeka.com - Beberapa ilmuwan menyarankan AstraZeneca melakukan uji coba global tambahan untuk menilai kemanjuran vaksin Covid-19 yang dikembangkan, setelah muncul kekhawatiran tentang efektivitas vaksin yang dikembangkan bersama Universitas Oxford tersebut.
Pada Kamis, CEO AstraZeneca, Pascal Soriot mengatakan penelitian tambahan akan dilakukan untuk mengevaluasi dosis yang lebih rendah yang berkinerja lebih baik daripada dosis penuh dalam penelitian AstraZeneca.
"Sekarang kami telah menemukan apa yang tampaknya seperti kemanjuran yang lebih baik yang harus kami validasi, jadi kami perlu melakukan penelitian tambahan," jelasnya, dikutip dari Aljazeera, Jumat (27/11).
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Apa yang diuji ulang oleh ilmuwan? Meskipun telah digunakan selama lebih dari satu abad, penelitian mengenai teori ini terus dilakukan. Baru-baru ini, hasil pengujian menunjukkan bahwa teori relativitas Einstein kembali terbukti akurat.
-
Apa yang diujicoba oleh para ilmuwan? Para ilmuwan sedang melakukan percobaan untuk membuat prototipe chip jaringan 6G di masa depan.
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
-
Apa tujuan uji klinis obat ini? Uji klinis pertama di dunia untuk obat yang dirancang untuk menumbuhkan gigi akan dimulai pada bulan September tahun ini di Rumah Sakit Universitas Kyoto, Jepang.
-
Kapan Bio Farma mulai meneliti vaksin? Pada 1902 lembaga tersebut mulai meneliti berbagai vaksin yang diperuntukkan bagi kesehatan masyarakat.
"Ini kemungkinan akan menjadi penelitian internasional lain. Tapi, kali ini bisa lebih cepat karena kita tahu kemanjurannya tinggi sehingga kita membutuhkan jumlah pasien yang lebih sedikit," lanjutnya.
Berita tersebut muncul saat AstraZeneca menghadapi pertanyaan tentang tingkat keberhasilannya. Beberapa ahli juga mengatakan hal itu dapat menghalangi peluangnya untuk mendapatkan persetujuan cepat dari regulator di Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Beberapa ilmuwan meragukan kekuatan hasil yang dirilis pada Senin yang menunjukkan vaksin yang dikembangkan perusahaan Inggris ini 90 persen efektif pada sub kelompok peserta uji coba. Pada awalnya terjadi kesalahan mereka menerima setengah dosis dan diikuti dengan dosis penuh.
Soriot mengatakan dia tidak mengharapkan uji coba tambahan untuk menunda persetujuan regulasi Inggris dan Eropa.
Pada Jumat, Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan pemerintah Inggris telah meminta regulator untuk menilai vaksin tersebut, dan berharap untuk memulai program vaksinasi sebelum Natal.
"Kami telah secara resmi meminta regulator untuk menilai vaksin Oxford / AstraZeneca, untuk memahami datanya dan menentukan apakah memenuhi standar keamanan yang ketat," jelas Hancock dalam sebuah pernyataan.
"Surat ini merupakan langkah penting menuju distribusi vaksin secepat dan seaman mungkin."
Sebelumnya Soriot mengatakan kendati pihaknya telah mendapat otorisasi dari beberapa negara sebelum akhir tahun, izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) bisa memakan waktu lebih lama karena badan tersebut tidak mungkin menyetujui vaksin berdasarkan penelitian yang dilakukan di tempat lain.
Meskipun ini bisa menjadi kemunduran bagi perusahaan Inggris tersebut, Chris Smith, konsultan ahli virologi Universitas Cambridge, mengatakan kesalahan tersebut sebenarnya bisa menguntungkan AstraZeneca.
"Apa yang mereka temukan ini memiliki satu kelompok individu yang memiliki tingkat respons lebih dari 90 persen terhadap vaksin mereka, dan kelompok lain yang merespons dengan kurang baik, turun 60 atau 70 persen,” jelasnya kepada Aljazeera.
"Kemudian, dengan menganalisis data, mereka menemukan individu yang mendapat jumlah yang lebih kecil terlebih dahulu dan kemudian dosis yang lebih besar, sebenarnya merespons lebih baik daripada orang yang mendapat dua dosis lebih tinggi," lanjutnya.
"Jika ternyata itu masalahnya, maka 100 juta dosis vaksin yang telah dibeli Inggris dari AstraZeneca, alih-alih mengobati setengah dari populasi, akan memberikan cakupan yang cukup untuk seluruh populasi."
Sementara itu di hari yang sama, Kepala Penasihat Ilmiah Pemerintah Inggris Patrick Vallance mengatakan poin utamanya ialah vaksin AstraZeneca berhasil melawan Covid-19.
"Hasil utamanya adalah vaksin itu berhasil dan itu sangat menarik," kata Vallance saat konferensi pers dengan Perdana Menteri Boris Johnson.
Kepala Penasihat Medis Chris Whitty, menjawab pertanyaan yang sama, mengatakan selalu ada perdebatan ilmiah tentang segala hal.
"Hal utama dari sudut pandang kami adalah menyerahkan hal ini ke tangan regulator… Mereka akan membuat penilaian dengan banyak data yang saat ini tidak ada di domain publik tentang kemanjuran dan keamanan,” jelas Whitty.
Reporter Magang: Farhan Hafizhan
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Badan Pengawas Obat Eropa juga telah melarang peredaran vaksin ini.
Baca SelengkapnyaKomnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaMenkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca SelengkapnyaBelakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
Baca SelengkapnyaPemerintah berupaya mencegah penyebaran Mpox dengan melakukan vaksinasi yang sudah disetujui WHO dan BPOM.
Baca SelengkapnyaRencana pemberian booster ketiga ini buntut kembali meningkatnya kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaBeredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca SelengkapnyaEpidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, ada kemungkinan kasus TTS dipicu vaksin AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaJamie Scott, seorang pria beranak dua mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin itu p
Baca SelengkapnyaVarian baru virus corona bernama Pirola tengah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaAdapun beberapa atlet terkenal telah dinyatakan positif COVID-19 di Olimpiade Paris 2024.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca Selengkapnya