Elon Musk: Centang Biru Twitter Harus Bayar USD 8 Per Bulan
Merdeka.com - Bos baru Twitter Elon Musk kemarin mengatakan setiap pemilik akun bercentang biru di media sosial berlogo burung biru itu harus membayar USD 8 per bulan atau sekitar Rp 125.000.
"Sistem Twitter yang membedakan para raja dan rakyat jelata dengan atau tidak memiliki centang biru adalah omong kosong. Perkuat rakyat jelata. Centang biru USD 8 per bulan," kata cuitan Musk seraya menambahkan harga itu akan disesuaikan dengan "proporsi masing-masing negara dengan kemampuan daya beli."
Centang biru pada akun Twitter yang terletak di samping nama artinya Twitter sudah memberikan konfirmasi bahwa akun itu adalah benar milik orang atau perusahaan tersebut.
-
Siapa yang mendirikan perusahaan Twitter? Twitter merupakan platform micro-blog yang didirikan oleh Jack dorsey pada tahun 2006.
-
Logo Twitter sekarang apa? Elon Musk resmi mengganti logo burung biru Twitter dengan simbol X pada Senin (24/7).
-
Apa batasan Twitter yang Elon buat? Dalam tweetnya yang dilansir dari BBC, Minggu (2/7), Elon mengatakan pengguna tak terverifikasi (atau tak berbayar) hanya bisa membaca 600 cuitan perhari dan kemudian ditambah menjadi 800 kicauan.
-
Apa yang diubah Elon Musk tentang blokir akun di Twitter? Dalam pernyataannya, ia menjelaskan bahwa akun yang diblokir oleh pengguna lain tetap dapat melihat postingan atau unggahan dari akun yang memblokirnya.
-
Kenapa Elon Musk batasi akses Twitter? Langkah ini, kata Musk, adalah untuk mengatasi tingkat ekstrim dari pengikisan data dan manipulasi sistem.
-
Bagaimana Twitter ganti logo? Elon Musk resmi mengganti logo burung biru Twitter dengan simbol X pada Senin (24/7).
Musk pekan lalu membeli Twitter senilai USD 44 miliar.
Sejak resmi membeli Twitter Musk langsung memecat sejumlah petinggi perusahaan media sosial itu.
Kepala advertising Twitter Sarah Personette kemarin juga mencuit dia sudah mengajukan pengunduran diri pekan lalu.
Musk menuturkan, pemilik akun dengan centang biru akan mendapatkan prioritas dalam membalas cuitan, penyebutan, dan pencarian serta bisa mengunggaj video dan audio lebih panjang. Mereka juga hanya akan melihat separuh dari iklan yang disodorkan.
Sebanyak lebih dari 80 persen pengguna Twitter yang mengikuti polling baru-baru ini mengatakan mereka tidak mau membayar untuk centang biru. Sebanyak 10 persen mengatakan mereka bersedia membayar USD 5 per bulan.
Twitter sebelumnya sudah memberikan layanan mendaftar lewat Twitter Blue yang diluncurkan Juni tahun lalu dan menawarkan akses untuk fitur pilihan mengedit cuitan.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sekarang logo 'X' itu berdiri kokoh di atap gedung kantor pusat setelah tulisan Twitter dihapus.
Baca SelengkapnyaBelum diketahui jelas apa alasan rencananya Bos Twitter melakukan rebranding. Tapi kuat dugaan ini jadi penyebabnya.
Baca SelengkapnyaSetelah Elon Musk resmi meluncurkan rebranding platform media sosial Twitter dengan logo baru 'X', papan nama Twitter di luar kantor pusat mulai dilepas.
Baca SelengkapnyaUntuk bisa mendapatkan gaji dari X, harus dipastikan dulu akun Anda layak atau eligible mendapatkan adsense revenue sharing.
Baca SelengkapnyaTwitter kini berganti X. Elon Musk benar-benar serius terkait rencananya itu.
Baca SelengkapnyaMeski begitu, nilai kekayaan Elon Musk mengalami penurunan akibat koreksi pada saham Tesla Inc. Saham Tesla turun 3,27 persen.
Baca SelengkapnyaElon Musk memutuskan untuk mengganti logo Twitter dengan X.
Baca SelengkapnyaDalam rangka menyaring akun robot di akun X, Elon Musk berencana mengenakan tarif bagi pengguna media sosial tersebut.
Baca SelengkapnyaDisebutkan bahwa banyaknya pengiklan loyal Twitter yang kabur karena khawatir tentang moderasi konten.
Baca SelengkapnyaKini, masyarakat Indonesia kini bisa menikmati layanan verifikasi akun yang telah tersedia dan dapat dibeli melalui Instagram atau Facebook.
Baca SelengkapnyaDi tengah pendapatan minus, pencabutan larangan iklan politik jadi opsi Elon Musk.
Baca SelengkapnyaSebuah data menyoroti peningkatan moderasi konten di bawah kepemimpinan Elon Musk, meskipun platform tersebut mengklaim mendukung kebebasan berbicara.
Baca Selengkapnya