Enam Ponsel Aktivis HAM Palestina Disadap Pegasus, Spyware Buatan Israel
Merdeka.com - Spyware atau alat penyadap dari perusahaan pengawasan Israel, NSO Group terdeteksi dalam ponsel enam aktivis HAM Palestina, contoh pertama aktivis Palestina dijadikan target spyware Pegasus tingkat militer.
Frontline Defenders mengungkapkan temuannya pada Senin dalam laporan teknis gabungan bersama Amnesty International dan Citizen Lab Universitas Toronto, yang secara independen mengonfirmasi hasil temuan tersebut.
Belum jelas siapa yang memasang spyware NSO, yang diam-diam memberikan penyusup akses ke segala hal yang disimpan dan lakukan pemilik dalam ponsel mereka, termasuk komunikasi real-time.
-
Mengapa Israel diduga menyerang sistem GPS pesawat? Diduga, aktivitas ini berasal dari Israel Defense Forces (IDF) dengan tujuan menghambat penggunaan misil dan roket presisi oleh Hizbullah, organisasi dari Lebanon.
-
Kenapa hacker Palestina menyerang Israel? Perang Israel-Palestina bisa dibilang masih memanas hingga kini, bahkan gencatan senjata dan berbagai kekerasan yang dilakukan oleh zionis terhadap Palestina masih terus dilakukan.
-
Siapa yang meretas situs Mossad? Pada 2013, kelompok peretas atau hacker Anonymous mengaku telah meretas situs milik badan intelijen Israel yang terkenal sebagai agen mata-mata terbaik dunia, Mossad.
-
Apa yang dilakukan Intel di Israel? Intel pertama kali beroperasi di Israel pada tahun 1974, dan menjadikan negara tersebut sebagai pusat pengembangan dan manufaktur Intel Corporation. Dalam hal ini, Intel juga menjadikan negara Israel sebagai pusat pengembangan dan produksi teknologi digital dan platform komputasi yang terintegrasi dan terhubung.
-
Apa tujuan dari hacker Palestina? Berbagai aksi pembelaan telah dilakukan oleh Palestina untuk mempertahankan tanah airnya, mulai dari gerakan militer, pertahanan dan keamanan, hingga aksi siber pun dilakukan oleh mereka.
-
Siapa yang terlibat kerja sama dengan Mossad? Dia juga mengizinkan tiga orang jenderal, anak buahnya mengadakan hubungan dengan Israel dalam rangka menumpas PKI.
Frontline Defenders mengatakan, tiga dari aktivis Palestina yang diretas bekerja untuk kelompok masyarakat sipil. Tiga lainnya bukan pekerja kelompok masyarakat sipil, dan diharapkan tetap anonim.
Di antara korban peretasan adalah Ubai Aboudi (37), seorang pakar ekonomi dan warga negara AS yang mengelola Bisan Center for Research and Development di Ramallah, Tepi Barat yang diduduki. Organisasi ini adalah salah satu dari enam organisasi yang ditetapkan sebagai teroris oleh Israel bulan lalu.
Dilansir Al Jazeera, Selasa (9/11), Aboudi mengatakan dia kehilangan rasa aman karena peretasan ini apalagi dalam foto itu ada foto ketiga anaknya. Dia mengatakan istrinya, tiga malam pertama setelah mengetahui peretasan itu tidak pernah tidur karena merasa privasi mereka telah terganggu begitu dalam. Dia secara khusus sangat khawatir penyadap mengetahui komunikasinya dengan diplomat asing. Pengujian para peneliti terkait ponsel Aboudi memastikan ponsel itu tereinfeksi Pegasus pada Februari.
Frontline Defenders yang berbasis di Irlandia itu mempertimbangkan Israel adalah tersangka utama. Dua penyadapan pertama teridentifikasi pada 19 Oktober dan tiga hari setelah Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz mengumumkan enam kelompok masyarakat sipil Palestina sebagai organisasi teroris.
Wartawan Al Jazeera, Harry Fawcett, yang melaporkan dari Ramallah, mengatakan Frontline Defenders tidak secara pasti menuduh Israel berada di balik penyadapan ini tapi waktu penyadapan menjadi sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut.
Dua warga Palestina yang disadap, yang sepakat untuk disebutkan namanya adalah peneliti Ghassan Halaika dari kelompok HAM Al-Haq dan pengacara Salah Hammouri dari Addameer. Peneliti Al-Haq, Tahseen Elayyan mendesak PBB menyelidiki klaim ini. Dirjen Addameer, Sahar Francis juga mendesak perlindungan dan bantuan internasional.
“Kami mendapatkan pernyataan dukungan dari luar negeri tapi ini tidak cukup. Kami perlu tekanan kepada Israel untuk memaksanya membatalkan keputusannya dan berhenti mengusik organisasi HAM,” jelas Francis kepada Al Jazeera.
Dia mengatakan, walaupun dia dan timnya tetap bertekad untuk melanjutkan tugas mereka, dia dan timnya tidak bisa tidur karena tertekan.
Direktur Eksekutif Frontline Defenders, Andrew Anderson, mengatakan NSO Group tidak dapat dipercaya untuk memastikan spyware-nya tidak digunakan secara ilegal oleh para pelanggannya dan mengatakan Israel harus menghadapi kecamaan internasional jika tidak menutup perusahaan tersebut.
“Jika pemerintah Israel menolak bertindak lalu ini pasti memiliki konsekuensi terkait regulasi perdagangan dengan Israel,” jelasnya kepada AP melalui surel.
Mohammed al-Maskati, peneliti yang menemukan penyadapan ini, mengatakan dia pertama kali diinformasikan pada 16 Oktober oleh Halaika, yang ponselnya disadap pada Juli 2020.
“Metode penyadapan dan peralatan yang digunakan hampir sama seperti yang digunakan dalam penyadapan sebelumnya terhadap jurnalis Al Jazeera dan aktivis HAM di Uni Emirat Arab,” jelasnya.
Dia juga mengatakan, penyelidikan forensik lebih jauh dari 75 iPhone yang digunakan aktivis HAM Palestina dan staf organisasi masyarakat sipil mengungkapkan sedikitnya lima alat perangkat tambahan dipasang ke dalamnya.
Ditanya terkait perangkat lunaknya yang digunakan menyadap aktivis Palestina, NSO Group mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada AP, pihaknya hanya menjual perangkat lunak kepada lembaga pemerintah yang digunakan untuk mengatasi “kejahatan serius dan teror”. NSO menambahkan, pohaknya tidak mengetahui rahasia identitas orang-orang yang disadap pemerintah.
Perusahaan itu sebelumnya mengatakan versi Pegasus yang diekspor tidak dapat digunakan untuk meretas nomor telepon Israel, tetapi laporan tersebut menemukan empat dari enam ponsel yang diretas menggunakan kartu SIM yang dikeluarkan oleh perusahaan telekomunikasi Israel. NSO juga mengatakan perangkat lunaknya tidak dapat digunakan untuk menargetkan nomor AS. (mdk/pan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.
Baca SelengkapnyaPager dan walkie-talkie meledak secara bersamaan dua hari berturut-turut pada Rabu (18/9) dan Kamis (19/9) di seluruh Lebanon.
Baca SelengkapnyaIsrael diduga kuat menjadi dalang di balik meledaknya ribuan pager tersebut.
Baca SelengkapnyaBanyak hacker atau peretas bereaksi dengan kebijakan perang Israel.
Baca SelengkapnyaFatalitas serangan siber tidak hanya mengancam pertahanan satu negara.
Baca SelengkapnyaBerikut beberapa nama hacker yang pernah muncul dan mengklaim berasal dari Palestina.
Baca SelengkapnyaAgresi brutal Israel di Jalur Gaza, Palestina, telah membunuh hampir 39.000 warga sipil.
Baca SelengkapnyaTeror pager pertama terjadi pada Selasa (17/9) sekitar pukul 15.30 waktu Lebanon.
Baca SelengkapnyaOrganisasi Intelijen Nasional (MIT) Turki berhasil tangkap agen Mossad yang ditugaskan jadi mata-mata.
Baca SelengkapnyaDibantu Intelijen Israel, Pasukan Otoritas Palestina Diam-Diam Masuk ke Gaza, Ini Tujuannya
Baca SelengkapnyaPara hacktivis atau peretas ikut terjun membela Palestina dengan meretas situs web pemerintah Israel.
Baca SelengkapnyaIsrael diduga kuat berada di balik teror pager ini, yang meledak bersamaan selama dua hari di berbagai tempat di Lebanon.
Baca Selengkapnya