ExxonMobil Sudah Prediksi Perubahan Iklim Sejak 50 Tahun Lalu
Merdeka.com - ExxonMobil, salah satu perusahaan minyak terbesar dunia, telah memprediksi perubahan iklim sejak tahun 1970-an, menurut para peneliti.
Menurut peneliti, penelitian internal perusahaan ini memprediksi pembakaran bahan bakar fosil dapat membuat Bumi lebih panas dan meningkatkan suhu global, namun ExxonMobil secara terbuka membantah kaitan kedua hal tersebut.
Kesimpulan itu didapatkan setelah para peneliti menganalisis data dokumen internal perusahaan minyak tersebut, seperti dikutip dari BBC, Jumat (13/1).
-
Bagaimana Elon Musk mendapatkan keuntungan? Sejak saat itu, saham Tesla telah meningkat hingga sekitar 10 kali lipat, meningkatkan nilai saham Musk hingga lebih dari USD 100 miliar.
-
Siapa yang mendapat manfaat dari bahan bakar ramah lingkungan Pertamina? VLSFO yang disalurkan Pertamina Patra Niaga sudah sesuai dengan standar ISO 8217:2017 dan regulasi International Maritime Organization terkait pengurangan emisi karbon dari bahan bakar kapal.
-
Bagaimana bahan bakar ramah lingkungan ini mengurangi emisi? Dengan kandungan sulfur dibatasi maksimum sebesar 0,5 persen, bahan bakar kapal itu bisa digunakan pada mesin diesel kapal dengan putaran rendah dan mengurangi emisi gas buang dari pembakaran mesin kapal.
-
Bagaimana Pertamina menurunkan emisi karbon? Langkah tersebut menurut Nicke, sudah sesuai dari aspek lingkungan karena dapat menurunkan karbon emisi dan juga dapat menurunkan impor gasoline.
-
Siapa penyebab efek rumah kaca? Di mana aktivitas manusia menjadi faktor paling besar dalam memproduksi gas-gas yang menimbulkan pemanasan atmosfer.
-
Apa efek rumah kaca itu? Efek rumah kaca adalah proses yang terjadi ketika gas di atmosfer bumi memerangkap panas matahari.
Korporasi seperti ExxonMobil mendapat keuntungan miliaran dolar dari penjualan bahan bakar fosil yang menghasilkan emisi, yang menyebabkan pemanasan global menurut ilmuwan dan PBB.
Temuan terbaru ini menyatakan bahwa prediksi Exxon lebih akurat dari para ilmuwan NASA.
"Ini menggarisbawahi kemunafikan yang nyata dari pimpinan ExxonMobil, yang tahu bahwa ilmuwan mereka sendiri melakukan kerja pemodelan yang sangat berkualitas tinggi dan memiliki akses ke informasi berharga itu sembari menyampaikan kepada kita semua bahwa (perubahan) iklim itu omong kosong," jelas profesor sejarah sains di Universitas Harvard, Naomi Oreskes kepada BBC.
"Mereka memiliki semua informasi ini tapi mereka mengatakan hal yang sangat, sangat berbeda di depan publik," lanjut Oreskes.
ExxonMobil membantah pernyataan para peneliti tersebut.
"Isu itu sudah muncul beberapa kali dalam beberapa tahun terakhir, dan dalam setiap kasus, jawaban kami sama: mereka yang membicarakan bagaimana "Exxon Telah Mengetahui" itu salah dalam kesimpulan mereka," jelas perusahaan tersebut kepada BBC.
"ExxonMobil berkomitmen untuk menjadi bagian solusi perubahan iklim dan risikonya," jelas juru bicara perusahaan tersebut.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pasar karbon menjadi upaya negara-negara di dunia untuk menuju energi yang lebih baik.
Baca SelengkapnyaDalam potongan klip tersebut terdapat dua orang laki-laki yang tengah mengobrol
Baca SelengkapnyaEfek rumah kaca menjadi salah satu hal yang membuat bumi menjadi tempat yang nyaman untuk ditinggali.
Baca SelengkapnyaSemula pajak karbon akan mulai diterapkan pada tahun 2022, namun kebijakan tersebut ditunda hingga 2025 mendatang.
Baca SelengkapnyaTransisi energi menuju energi batu terbarukan bakal berdampak pada konsumsi energi fosil yang dinilai tidak ramah lingkungan.
Baca SelengkapnyaPenting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pemanasan global.
Baca SelengkapnyaJokowi menyampaikan apresiasi kerja sama pembangunan kilang petrokimia hijau yang dibangun Exxon Mobil.
Baca SelengkapnyaSekretaris Daerah Kalimantan Timur, Sri Wahyuni menyebut bahwa potensi pembangunan hijau di Kaltim sangat besar.
Baca SelengkapnyaPemberlakuan pajak karbon bertujuan untuk memberikan alternatif kepada dunia usaha dalam upaya mengurangi emisi karbon.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi telah meresmikan perdagangan bursa karbon di Indonesia.
Baca SelengkapnyaDirektur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati mengatakan Pertamina Group juga telah mengambil peran penting dalam bisnis dan perdagangan karbon.
Baca SelengkapnyaPertamina telah melakukan transformasi bisnis yang berkelanjutan dan digitalisasi.
Baca Selengkapnya