Facebook Hapus Ratusan Akun Kampanye Antivaksin yang Dioperasikan dari Rusia
Merdeka.com - Facebook menghapus ratusan akun yang disebut terlibat dalam kampanye disinformasi antivaksin yang dioperasikan dari Rusia.
Facebook menyampaikan jaringan akun tersebut menargetkan India, Amerika Latin, dan Amerika Serikat. Mereka berusaha merekrut influencer untuk menyebarkan klaim palsu untuk menurunkan kepercayaan publik terhadap vaksin Covid-19 tertentu.
Dilansir BBC, Rabu (11/8), dalam laporan terbarunya “perilaku tidak sah yang terkoordinasi”, Facebook menyampaikan pihaknya menemukan keterkaitan antara jaringan tersebut dan kampanye disinformasi dari influencer agen pemasaran Fazze – yang menjadi bagian perusahaan yang berbasis di Rusia yang disebut AdNow.
-
Siapa yang menyebarkan informasi hoaks itu? Yayuk memastikan akun Instagram bernama BP2MI dengan centang hijau yang menyebarkan informasi tersebut bukan akun resmi milik BP2MI.
-
Siapa yang menyebarkan hoaks ini? 'Berita yang menyebar itu adalah hoaks yang sengaja dihembuskan oleh OPM dan simpatisannya. Justru saat ini aparat TNI dari Yonif 527 membantu melaksanakan pengamanan RSUD Madi Paniai karena adanya pengaduan dari masyarakat bahwa gerombolan OPM akan membakar RSUD tersebut,' katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/5).
-
Siapa yang menyebarkan video hoaks? Video diunggah oleh akun @margiyo giyo
-
Apa yang dilakukan akun Facebook palsu terkait Jusuf Hamka? Akun Facebook yang diklaim milik Jusuf Hamka membagikan uang kepada masyarakat umum untuk membangun rumah.
-
Siapa yang membuat berita hoaks? Menurut NewsGuard, situs-situs ini mengklaim diri mereka sebagai sumber berita lokal yang independen, namun tidak mengungkapkan afiliasi partisan atau asing mereka.
-
Apa itu vaksin kanker Rusia? Vaksin kenker berteknologi mRNA ini diklaim tidak hanya mampu menekan pertumbuhan tumor, tetapi juga mencegah penyebarannya (metastasis).
Bulan lalu, investigasi BBC Trending melaporkan bagaimana para influencer ditawarkan sejumlah uang oleh Fazze asal mereka mau menyebarkan klaim palsu tentang risiko vaksin Pfizer.
Menurut Facebook, itu adalah gelombang kedua upaya jaringan tersebut untuk merusak nama vaksin buatan Barat. Penyelidikan mereka menemukan dari November 2020, jaringan yang sama berusaha menjelekkan vaksin AstraZeneca dengan klaim yang salah, menyebutnya berbahaya karena menggunakan adenovirus tidak berbahaya yang diambil dari simpanse.
Akun-akun dari jaringan tersebut mengunggah meme yang menggunakan foto dari film Planet of Apes, seolah-olah vaksin itu bisa mengubah manusia menjadi monyet. Unggahan seperti ini muncul di Facebook dalam bahasa Hindi bersamaan dengan pemerintah India yang sedang membahas persetujuan darurat penggunaan vaksin AstraZeneca.
Kampanye tersebut memakai akun palsu, beberapa yang disebut Facebook kemungkinan dari perusahaan ternak akun di Bangladesh dan Pakistan.
Menurut laporan Facebook, link-link ini kemudian dibagikan sejumlah influencer di Instagram yang menggunakan tagar yang sama dan membuat referensi fakta bahwa vaksin AstraZeneca berasal dari adenovirus simpanse.
Kedua gelombang kampanye tersebut tidak berhasil dan gagal menuia daya tarik - meskipun metode yang digunakan beragam.
"Selain upaya yang sebelumnya terungkap untuk merekrut influencer media sosial, operasi ini tampaknya telah menggunakan berbagai taktik dalam upaya yang lebih luas untuk menyebarkan narasi menyesatkan secara online tentang vaksin Covid buatan Barat," jelas Direktur Investigasi di firma analisis media sosial Graphika, Jack Stubbs.
"Ada klaim peretasan dan kebocoran, penggunaan situs berita semu berbayar untuk dipublikasikan, dan jaringan influencer palsu di Facebook dan Instagram."
Investigasi BBC Trending menunjukkan Fazze adalah bagian dari perusahaan Rusia, AdNow. BBC berulang kali berusaha meminta komentar dari kantor pusat AdNow di Moskow, tetapi tidak ada tanggapan. Namun, seorang direktur cabang Inggris AdNow mengatakan kepada BBC, Fazze sedang ditutup.
Menanggapi tuduhan politikus Jerman yang mendiskreditkan vaksin Barat demi kepentingan Kremlin, Kedutaan Besar Rusia di Inggris mengatakan: "Kami memperlakukan Covid-19 sebagai ancaman global dan, dengan demikian, tidak tertarik untuk merusak upaya global dalam memeranginya, dengan memvaksinasi orang dengan vaksin Pfizer sebagai salah satu cara untuk mengatasi virus."
Facebook mengatakan Fazze sekarang dilarang dari platform mereka.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Komdigi juga merekomendasikan sejumlah grup yang mempromosikan judi online di berbagai platform pesan instan dan media sosial segera ditutup.
Baca SelengkapnyaSebelumnya FBI menuding ancaman bom di TPS saat pemilu presiden berasal dari Rusia.
Baca SelengkapnyaDaftar platform ini paling banyak sebar hoaks terlebih jelang pemilu.
Baca SelengkapnyaSisa berita hoaks lainnya tidak diturunkan, melainkan hanya diberikan stempel hoaks karena dianggap tidak terlalu berbahaya.
Baca SelengkapnyaKominfo telah memblokir akun-akun yang terindikasi menyebar paham radikalisme.
Baca SelengkapnyaElon Musk dengan tegas menyatakan dukungannya terhadap Trump dalam pemilihan presiden AS tahun 2024.
Baca SelengkapnyaPada tahun 2020-2021 terjadi peningkatan aduan tindak pidana transaksi keuangan.
Baca SelengkapnyaTikTok punya cara menghapus video-video yang melanggar panduan komunitas.
Baca SelengkapnyaDari peninjauan BSSN, alamat peretasan itu berasal dari Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaPenyebaran hoaks Pemilu ditemukan paling tinggi di Facebook.
Baca SelengkapnyaBeredar yang mengklaim Indonesia bergabung dengan Rusia untuk menyerang Israel, simak penelusurannya
Baca SelengkapnyaSebuah data menyoroti peningkatan moderasi konten di bawah kepemimpinan Elon Musk, meskipun platform tersebut mengklaim mendukung kebebasan berbicara.
Baca Selengkapnya