FBI Mata-Matai 3,4 Juta Warga Amerika
Merdeka.com - Badan Penyelidikan Federal Amerika Serikat atau FBI memata-matai hampir 3,4 juta warga Amerika antara Desember 2020 dan November 2021, seperti terungkap dalam laporan resmi lembaga tersebut pada Jumat.
FBI berdalih pihaknya sedang mencari peretas atau hacker asing. Namun kelompok kebebasan sipil menyebut tindakan FBI ini invasi "besar-besaran" terhadap privasi masyarakat.
FBI memata-mati 3.394.053 warga Amerika Serikat dalam periode tersebut, berkaitan dengan informasi yang dikumpulkan dengan dasar aturan untuk memata-matai warga asing. Namun aturan ini dinilai kontroversial.
-
Apa yang dilakukan FBI? Dalam pernyataan bersama, FBI dan Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur (Cybersecurity and Infrastructure Security Agency/CISA) mengungkapkan bahwa mereka tengah menyelidiki akses ilegal ke infrastruktur telekomunikasi komersial yang dilakukan oleh pelaku yang berhubungan dengan Republik Rakyat China (hacker China).
-
Mengapa FBI menyelidiki kasus ini? Lalu, mereka menghubungi Federal Bureau of Investigation (FBI) agar membantu menyelidiki kasus ini.
-
Kenapa FBI buka enkripsi HP pelaku? Butuh waktu beberapa hari, namun FBI akhirnya berhasil memecahkan sandi dari telepon pria berusia 20 tahun yang tewas.
-
Dimana penggerebekan terjadi? 'Bukan (prajurit TNI), sipil TO (Target Opetasi). (Lokasi) bukan di kompleks, bukan di asrama, cuma di jalannya, tapi memang jalan itu ke arah asrama, ada asrama Polisi, TNI,' kata Kabid Humas dihubungi, Kamis (2/5).
-
Siapa yang terdampak ketika batasan pribadi diabaikan? Ketika kamu merasa sulit untuk menolak atau terpaksa selalu setuju demi menjaga perasaan pasangan, kamu secara tidak sadar mengorbankan kesejahteraan dirimu sendiri.
-
Apa yang terjadi saat penggerebekan? Di sana lah penyerangan terhadap anggota polisi terjadi dan diduga dilakukan keluarga GS. Polisi diserang karena tersangkameronta dan berteriak sehingga mengundang perhatian orang-orang di sekelilingnya. 'Itu bukan orang tidak dikenal itu, keluarga tersangka (yang menyerang). Ditangkap di rumah, kemudian dibawa, diborgol teriak-teriak dia. Begitu ceritanya,' kata dia.
Dikutip dari laman Russia Today, Minggu (1/5), temuan ini dipublikasikan dalam Laporan Transparansi Komunitas Intelijen Tahunan yang dirilis Kantor Direktur Nasional Intelijen (ODNI).
Laporan ini menyatakan, data elektronik dikumpulkan secara legal berdasarkan Bab 702 UU Pengawasan Intelijen Asing (FISA).
Menurut ODNI, jumlah warga AS yang diselidiki FBI meningkat daripada tahun sebelumnya. Pada periode Desember 2019 sampai November 2020, jumlah warga AS yang dimata-matai sekitar 1,3 juta.
Sekretaris Pers Gedung Putih, Jen Psaki mengatakan temuan ini merupakan penyelidikan terhadap potensi peretasan.
Serikat Kebebasan Sipil Amerika (ACLU) menyebut tindakan FBI ini merupakan invasi terhadap privasi "skala besar". (mdk/pan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berikut bahaya TikTok menurut pemerintah AS jika benar-benar tidak ditindaklanjuti.
Baca SelengkapnyaKirim ke Bareskrim dan KPU, Begini Hasil Investigasi BSSN soal Kebocoran Data Pemilih
Baca SelengkapnyaBerikut deretan negara-negara yang warganya sering dikuntit secara digital.
Baca SelengkapnyaMenteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi, memaparkan kronologi serangan siber yang melanda Pusat Data Nasional.
Baca SelengkapnyaTudingan ini cukup serius karena FBI menilai dua negara itu ingin mencuri data-data rahasia AS.
Baca SelengkapnyaLodewijk memahami risikonya memang besar jika meminta bantuan ke FBI.
Baca SelengkapnyaMenkominfo Budi Arie Setiadi menyebut, bahwa tidak ada negara di seluruh dunia yang tidak terkena serangan Ransomware.
Baca SelengkapnyaDittipidsiber tengah melakukan penyelidikan lebih jauh sembari berkoordinasi dengan pihak lain
Baca SelengkapnyaKelompok ransomware Brain Cipher mengakui bobol data PDNS 2 tak sulit.
Baca SelengkapnyaBerikut fakta mengenai jelang tahun pemilu yang disukai hacker.
Baca SelengkapnyaMahfud menyampaikan, sebaiknya KPU sebagai penyelenggara pemilu, untuk bekerja lebih hati-hati lagi
Baca SelengkapnyaDPR geram dengan kabar dugaan kebocoran data 204 juta pemilih oleh KPU.
Baca Selengkapnya