FBI Tuding Peretas China Hendak Curi Data Penelitian Vaksin Covid-19
Merdeka.com - Badan Penyelidik Federal Amerika Serikat (FBI) dan sejumlah ahli meyakini para peretas China berusaha mencuri data penelitian tentang vaksin corona. Demikian dilaporkan dua harian terkemuka AS, the Wall Street Journal dan the New York Times Senin lalu.
FBI dan Departemen Keamanan Negara berencana merilis sebuah peringatan tentang aktivitas para peretas China itu di saat berbagai negara dan perusahaan swasta berpacu dengan waktu mengembangkan vaksin Covid-19.
Dikutip dari laman Alarabiya, Senin (11/5), para peretas itu menyasar properti intelektual dan informasi soal penanganan dan pengujian Covid-19.
-
Siapa yang dituduh sebagai hacker oleh China? Kementerian Keamanan Nasional China menuduh kelompok hacker yang diduga didukung oleh militer Taiwan, yaitu Anonymous 64, melakukan serangan siber dengan tujuan sabotase antipropaganda terhadap sejumlah target di China.
-
Mengapa China menuduh Taiwan sebagai peretas utama? Taiwan, yang memiliki sistem pemerintahan demokratis, di klaim oleh China sebagai bagian dari wilayahnya, sering melaporkan bahwa mereka menjadi korban peretasan dan disinformasi dari China. Namun, jarang terjadi Beijing membalikkan situasi dengan melontarkan tuduhan kepada Taipei.
-
Siapa bos China yang membuat pernyataan kontroversial? Dalam perkembangan terbaru, ia telah meminta maaf atas komentarnya yang kontroversial.
-
Kenapa AS menuduh China dengan genosida? Laporan yang diterbitkan pada Rabu waktu setempat itu menggambarkan China sebagai 'rezim yang represif,' dengan mengklaim ada genosida di Xinjiang dan pembatasan kegiatan keagamaan tertentu.
-
Kapan hacker China menyerang? Menurut laporan, hacker asal China sedang melancarkan serangan terhadap jaringan telekomunikasi di Amerika Serikat, dengan fokus pada ponsel calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump, serta Senator JD Vance.
-
Siapa yang memperingatkan Kominfo soal bahaya ransomware? Dalam raker Hinsa Siburian juga mengaku sudah memperingatkan Kominfo terkait bahaya ransomware di tahun 2023.
Para pejabat AS menuduh para peretas itu terkait pemerintah China. Peringatan resmi akan disampaikan dalam beberapa hari ke depan.
Rancangan surat peringatan itu menyebut China berupaya "mendapatkan data properti intelektual dan kesehatan publik melalui cara-cara yang tidak dibenarkan terkait vaksin, penanganan dan pengujian."
Para peretas itu dikatakan berusaha mencuri data dari sejumlah laboratorium akademisi dan swasta.
Peringatan dari AS ini menjadi bagian dari serangkaian upaya pemerintahan Trump untuk mengkambinghitamkan China sebagai negara yang menjadi sumber pandemi dan berusaha meraih keuntungan dari dampaknya.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo bulan ini menyebut "ada banyak bukti" yang menunjukkan virus corona berasal dari laboratorium China di Wuhan. Intelijen AS mengatakan mereka belum sampai pada kesimpulan semacam itu tapi bukti publik menunjukkan ada kaitan awal mula pandemi ini dengan sebuah pasar di Wuhan dan perdagangan hewan liar di China.
Kementerian Luar Negeri AS Jumat lalu menyebut ada kampanye di Twitter dari China yang ingin menyebarkan propaganda dan berita bohong tentgang virus corona.
"China punya sejarah kelakuan buruk di dunia maya yang tecatat dengan baik. Jadi tidak mengherankan jika mereka mengejar sejumlah organisasi yang terlibat dalam penanganan pandemi Covid-19," kata Christopher Krebs, direktur Badan Keamanan Siber dan Infrastuktur AS.
Bantahan China
Di Beijing Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian membantah tudingan FBI itu dengan mengatakan China secara tegas menentang segala jenis serangan siber.
"Kami yang terdepan dalam penelitian dan penanganan Covid-19 di dunia. Sungguh tidak pantas menuduh China dengan rumor dan fitnah tanpa ada bukti," kata Zhao.
Peringatan FBI ini menambah daftar sejumlah laporan yang menuding para peretas Iran, Korea Utara, Rusia, dan China didukung oleh pemerintah masing-masing dalam aktivitas terkait pandemi corona, dari mulai memproduksi berita bohong sampai menyasar para ilmuwan dan pekerja medis.
Harian the New York Times mengatakan kejadian ini bisa menjadi awal dari tuntutan hukum oleh badan Pusat Komando Siber Pentagon dan Badan Keamanan Nasional.
Pekan lalu Inggris dan AS menyampaikan peringatan pesan bersama tentang adanya peningkatan aktivitas serangan siber terhadap para pekerja medis profesional yang terlibat dan penanganan virus corona. Para pelaku disebut "kerap terkait dengan sosok di pemerintahan suatu negara".
Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris dan Badan Keamanan Infrastruktur Siber AS mengatakan mereka mendeteksi ada kegiatan para peretas berskala besar yang mencoba mengakses kata sandi akun-akun di sejumlah lembaga kesehatan dan organisasi penelitian medis.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tudingan ini cukup serius karena FBI menilai dua negara itu ingin mencuri data-data rahasia AS.
Baca SelengkapnyaBerikut daftar negara-negara yang kerap diserang hacker.
Baca SelengkapnyaSebuah laporan menyatakan bahwa iPhone yang dimiliki oleh dua staf kampanye presiden AS telah berhasil diretas oleh peretas yang berasal dari Tiongkok.
Baca SelengkapnyaPemerintah China memperingatkan warganya, terutama kaum muda, agar berhati-hati dengan lelaki tampan dan permepuan cantik.
Baca SelengkapnyaBeberapa kampanye malware menyerang China. Ulah siapa?
Baca SelengkapnyaBerikut bahaya TikTok menurut pemerintah AS jika benar-benar tidak ditindaklanjuti.
Baca SelengkapnyaKasus penculikan online terdengar aneh, tapi ini nyata. Tebusannya uang miliaran rupiah.
Baca SelengkapnyaKelompok peretas yang menamakan Brain Chiper membuat pernyataan publik. Mereka bakal memberikan kunci enkripsi.
Baca SelengkapnyaPemerintah China mengesahkan aturan pembatasan bahan mentah pembuatan chip ke AS dan Eropa. Perang teknologi semakin memanas.
Baca SelengkapnyaPerusahaan e-commerce Temu juga beroperasi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaKelompok ransomware Brain Cipher merilis kunci enkripsi secara cuma-cuma kepada pemerintah Indonesia.
Baca SelengkapnyaMenteri Pertahanan Taiwan Wellington Koo mengatakan bahwa China adalah pelaku serangan siber di seluruh dunia.
Baca Selengkapnya