Gambaran kemiskinan di Malaysia, 26 orang tinggal seatap
Merdeka.com - Satu keluarga di Bagan Serai, Perak, Malaysia dijuluki keluarga "kaleng sarden." Sebanyak 26 orang anggota keluarga itu tinggal berdesak-desakan dalam sebuah rumah dengan dua kamar.
Pemilik rumah Aspalela Zan (42) dan suaminya Azmi Saari (32) tinggal bersama 11 anak mereka, tiga menantu serta tiga cucu dan seorang adik ipar beserta enam anak saudara di rumah tersebut, demikian dilaporkan harian Metro, Sabtu (25/5).
Aspalela mengatakan mereka tinggal bersama di rumah itu sejak enam tahun lalu karena tidak mampu menyewa rumah lain.
-
Apa yang dilakukan keluarga Sarwendah? Keluarga besar Sarwendah terlihat mengenakan busana berwarna biru dan putih sebagai tanda berkabung, dilengkapi dengan ikat kepala yang melambangkan penghormatan dan rasa duka cita.
-
Dari mana keluarga ini berasal? Dikutip dari Hindustan Times, keluarga yang berasal dari Larkana ini memegang rekor Guinness World sejak 2019.
-
Siapa keluarga Mbah Sakinem? Dilansir dari kanal YouTube Surindo Family, Mbah Sakinem mengatakan kalau ia berasal dari Desa Krasak. Dia berlayar ke Suriname bersama kedua orang tua serta dua adik kandungnya. Kini semua anggota keluarganya itu sudah meninggal, tinggal menyisakan Mbah Sakinem seorang diri yang masih hidup.
-
Dimana Suku Kalang tinggal? Hutan jati di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, dulu diduga menjadi tempat tinggal orang Kalang.
-
Siapa pemilik Rumah Kalang ini? Dikutip dari Jogjaprov.go.id, bangunan itu merupakan Rumah Kalang milik BH Noerijah.
-
Dimana Rumah Kalang ini berada? Di Kota Yogyakarta, tepatnya di kawasan wisata Kotagede, ada sebuah bangunan bersejarah yang kental nuansa masa lalunya.
"Suami dan tiga menantu hanya kerja kampung dan pendapatan pas-pasan. Masalah ini juga membuat anak saya tidak ada yang melanjutkan sekolah," katanya.
Semua anak Aspalela hanya bersekolah hingga kelas tiga SD.
Adik ipar Aspalela, Norhidayu Rosli (23) mengatakan suaminya yang bekerja sebagai buruh di Sabah kadangkala mengirimkan uang belanja untuk membantu meringankan beban keluarga.
"Saya tetap bersyukur karena masih mempunyai tempat berteduh walaupun kami harus tidur berhimpitan hingga ke bagian dapur," katanya.
(mdk/tts)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat musim hujan tiba, kampung itu benar-benar terisolir karena jalan ke sana terhalang aliran air sungai yang deras
Baca SelengkapnyaSebetulnya ada wacana warganya akan di relokasi ke sebuah rusun yang nantinya bakal disiapkan oleh Pemprov.
Baca SelengkapnyaUntuk bertahan hidup, kakek Samudi hanya melakukan usaha sebisanya yakni dengan berjualan daun singkong.
Baca SelengkapnyaKakek di Gorontalo hanya santap parutan kelapa untuk mengganjal perut lapar hingga disorot warganet.
Baca SelengkapnyaJarak kampung itu menuju pusat desa mencapai 5-6 kilometer
Baca SelengkapnyaKakek Sanusi kini hanya mengandalkan pemberian tetangga untuk sekedar makan dan bertahan hidup.
Baca SelengkapnyaWalau hidup serba kekurangan, ia tampak selalu tersenyum
Baca SelengkapnyaKondisi rumah Idris rapuh. Atapnya terbuat dari daun rumbia yang hampir hancur, dinding anyaman bambunya juga berlubang dan penuh rongga. Ia butuh bantuan.
Baca SelengkapnyaSaat musim tanam tiba, para perantau itu pulang sebentar untuk menanam jagung dan selanjutnya pergi merantau lagi
Baca SelengkapnyaSebuah keluarga yang memiliki dua bocah perempuan terpaksa harus tinggal di kampung mati tengah hutan dan setiap hari makan nasi pakai garam.
Baca SelengkapnyaDi tengah-tengah masyarakat yang hidup berkecukupan, ada sebuah perkampungan dengan kondisi begitu miris.
Baca SelengkapnyaPotret kehidupan masyarakat di desa pedalaman di Cianjur, Jawa Barat.
Baca Selengkapnya