Gerombolan Bersenjata Menculiknya di Sekolah, di Hutan Dia Bertemu Keluarganya
Merdeka.com - Habiba Iliyasu (15) sedang tidur di asrama sekolahnya di Nigeria barat laut ketika sekelompok pria bersenjata menyerbu masuk dan memerintahkannya dan teman-teman sekolahnya turun dari tempat tidur.
Para siswi tersebut, sebanyak 279 orang, dikelilingi pria tersebut, yang datang ke sekolah mereka menunggangi sepeda motor.
“Mereka menembakkan senjata. Beberapa dari mereka masuk ke dalam sekolah sementara yang lain diam di gerbang,” cerita Habiba mengingat insiden pada 26 Februari itu, dikutip dari CNN, Senin (26/4).
-
Bagaimana mereka bertemu? Sejak perang meletus pada 7 Oktober lalu, pria Palestina ini, bersama dengan seluruh warga Palestina di Tepi Barat, dilarang masuk ke Israel, sehingga keduanya bertemu secara diam-diam di Ramallah.
-
Gimana mereka ketemu? Di balik pernikahannya yang terkesan sangat mendadak itu, banyak netizen menduga keduanya menikah melalui jalur perjodohan. Namun, dugaan tersebut tidak dikonfirmasi oleh keduanya hingga 1 tahun usia pernikahannya.
-
Di mana kerangka dua bocah ditemukan? Dikutip dari laman Smithsonian Magazine, Rabu (3/7), kerangka bocah ini ditemukan di pemakaman di Huanchaco, kota di pantai Pasifik utara Peru.
-
Dimana sepasang kekasih ditemukan? Makam ini awalnya digali pada 2020 di Kota Datong, Provinsi Shanxi, China utara.
-
Siapa yang menemukan korban? Penemuan berawal saat dua saksi hendak mengantar cabe ke pasar dengan mengendarai mobil.
Insiden itu memicu kemarahan global dan doa dari Paus Fransiskus agar mereka segera dibebaskan.
Diculik dari asramanya di SD Negeri untuk Perempuan di kota Jangebe, negara bagian Zamfara, mereka dipaksa berjalan pada malam hari ke dalam hutan di mana para penculik ini berkemah.
Kepada CNN Habiba berkisah, beberapa siswi tak sempat memakai sepatu mereka dan dipaksa jalan tanpa alas kaki, menahan luka.
Ketika mereka tiba di tempat persembunyian para penculik, Habiba melihat dua orang yang langsung dia kenali, ayahnya Iliyasu Magaji (65) dan kakak perempuannya, Raliya Gusaram (33). Kakak tertuanya itu berada di hutan bersama dua anaknya, Isah (4) dan Rabiatu (2).
“Saya pertama melihat kakak saya, setelah melihatnya saya melihat ayah saya, dia duduk. Salah satu dari mereka (penculik) memukulnya dan memintanya untuk maju dan duduk di tempat khusus,” ujarnya.
Habiba terpaksa pura-pura tidak mengenali anggota keluarganya.
“Saya pura-pura tidak kenal mereka karena jika saya menunjukkan saya mengenal mereka saya akan ditahan bersama mereka. Saya sangat terluka, saya terus menerus berdoa ‘Cukup Allah, penolong dan pemberi petunjuk,’ saya berdoa agar kami dibebaskan bersama.”
Lalu, dia mengatakan dia mulai menangis dengan situasi saat itu.
“Kakakku mengatakan jangan menangis, kamu akan dipukul kalau nangis.”
Bagi Magaji, melihat anak bungsunya Habiba, dalam cengkeram penculik sangat menghancurkan hati.Dia menangis saat melihatnya.
“Saya sangat sedih, saya mulai menangis. Kemudian saya ingat Allah mengendalikan segalanya dan saya berhenti menangis,” ujarnya kepada CNN.Magaji mengatakan dia putus asa memikirkan apa yang mungkin terjadi pada Habiba jika dia mengaku mengenalnya.
“Saya pura-pura tidak mengenalnya, saya tidak ngobrol dengannya dan tidak melihatnya karena saya takut mereka akan tahu dia putri saya dan bakal melukainya atau melukaiku.”
Saat dia berada di hutan, dia hampir dipukuli setiap hari dan dia pernah diserang menggunakan golok. Dia menunjukkan bekas lukanya di bahu kanan di mana dia ditebas dengan golok tersebut.
“Dia ingin memotong tangan,” kata Magaji.
“Anda bisa lihat, titik itu masih sakit. Saya tidak bisa mengangkat tangan ini tinggi-tinggi.”
Magaji mengatakan dia diculik pada tengah malah oleh pria bersenjata di luar rumahnya di desa Gwaram, negara bagian Zamfara, salah satu wilayah paling terdampak buruk di negara itu.
“Saya bangun untuk kencing dan ketika sampai di tempat itu saya melihat beberapa orang,” kata Magaji.
“Ketika saya mendekat untuk melihat siapa mereka, mereka menodong saya dengan senjata dan mengancam menembak saya.”
Magaji kemudian dibawa ke hutan bersama sekelompok orang lainnya dan para penculik meminta tebusan 10 juta naira atau sekitar Rp 376 juta.
Magaji tidak mungkin mendapatkan uang sebanyak itu, karena dia hanya seorang petani.
Dia mengatakan, para bandit itu memaksa keluarga korbannya untuk mendapatkan uang tersebut dengan menyuruh korbannya berdiri di atas bara api sembari mereka menelpon keluarga korban agar mereka bisa mendengar teriakan kesakitan mereka.
Jual harta benda untuk tebusan
Istri Magaji, Rukkaya Iliyasu (58), ditinggalkan sendiri, dan kelimpungan di rumah, berusaha mencari uang tebusan dari hasil menjual kue kacang dan kacang tanah.
“Air mataku mengering,” kata Rukkaya kepada CNN.
“Saya tidak bisa menangis lagi. Kami menjual tanah, unta, jagung, dan hasil tanam kami. Segalanya,” ujarnya sembari menarik napas dalam.
Akhirnya, mereka hanya bisa mengumpulkan sekitar 2 juta naira atau sekitar Rp 72 juta setelah menjual secara virtual semua harta benda mereka dan kontribusi penggalangan dana.
Hanya setelah Habiba dibebaskan dan memberi tahu gubernur negara bagian tentang penderitaannya, dia dan yang lainnya akhirnya dibebaskan.
Secara keseluruhan, Magaji menghabiskan tiga bulan dan dua minggu di hutan bersama putri sulung dan dua cucunya.
Wirausaha kekerasan
Penculikan menjadi salah satu tantangan keamanan utama di Nigeria.
Angka pasti kasus penculikan sulit didapat karena pelaporan yang kurang, tapi sebuah penelitian oleh Nigeria Security Tracker (NST), yang memetakan kekerasan politik di negara itu, menyatakan ada lebih dari 200 insiden penculikan tahun ini dengan jumlah korban sedikitnya 2.043 victims. Diperkirakan ada 437 insiden penculikan dengan korban 2.879 sepanjang 2020, seperti ditunjukkan data NST.
Meskipun Asch Harwood, yang mengawasi lembaga pelacak, mengatakan kepada CNN bahwa angka-angka ini kemungkinan diremehkan karena kasus penculikan yang tidak dilaporkan.
Penculikan telah lazim di bagian selatan Nigeria yang kaya minyak selama beberapa dekade karena gerilyawan berjuang untuk menguasai sumber daya. Mereka menculik pekerja minyak asing dan ekspatriat untuk menarik perhatian internasional. Demikian pula, kelompok militan Islam Boko Haram telah melakukan ribuan penculikan dalam pemberontakan 12 tahun yang dilancarkan di timur laut negara itu.
Namun, lanskap kini telah berubah dan gelombang baru penculik tidak bergerak untuk ideologi politik atau agama, motif mereka hanyalah untuk menghasilkan uang, kata para pengamat.
“Penculikan telah berubah dari ideologis, seperti di wilayah Delta, di mana mereka mendesak tuntutan dan kendali atas sumber daya. Yang sekarang ini murni kriminal,” jelas seorang pengamat keamanan Nigeria, Don Okereke.
Ini adalah fenomena yang digambarkan oleh Matthew Page, dari program Afrika Chatham House, sebagai "wirausaha kekerasan."
Tak ada tebusan, nyawa melayang
Kelompok perampok, yang dikenal secara lokal sebagai bandit, beroperasi dari daerah kantong hutan di barat laut Nigeria, tempat mereka mengatur serangan dan penculikan di daerah pedesaan dan jaringan jalan utama Nigeria.
Antara Juni 2011 dan akhir Maret 2020, diperkirakan USD 18,34 juta telah dibayarkan sebagai tebusan, menurut SBM Intelligence yang berbasis di Lagos dalam sebuah laporan tahun lalu berjudul "Ekonomi industri penculikan di Nigeria."
Mantan senator Nigeria, Shehu Sani, yang membantu negosiasi untuk membebaskan beberapa anak sekolah Chibok yang diculik, memperkirakan angka sebenarnya jauh lebih tinggi.
“Hanya dalam lima tahun terakhir, bahkan pada perkiraan kasar, lebih dari USD 100 juta telah dibayarkan oleh individu atau organisasi kepada kelompok teror, atau bandit untuk tebusan, ribuan orang juga telah terbunuh, dan jutaan orang telah telantar,” jelasnya kepada CNN.
Sani mengatakan para bandit seringkali kejam dan mengeksekusi orang-orang yang gagal memenuhi permintaan tebusan mereka - dan para keluarga membayar untuk mengambil jasad keluarga mereka.
“Saya mengenal anggota keluarga yang pergi untuk membayar uang tebusan setelah tenggat waktu tetapi harus membayar untuk mengambil jenazah. Uang tebusan mendorong penculikan, tetapi penolakan untuk membayar uang tebusan akan mengarah pada pembantaian orang yang tidak bersalah,” jelasnya.
Pada 2017, senat Nigeria menyetujui hukuman mati untuk penculikan yang menyebabkan kematian, tetapi banyak warga Nigeria tidak mengambil risiko melapor ke badan keamanan karena takut anggota keluarga mereka akan disakiti. Sebagian besar menemukan cara untuk mengumpulkan uang, biasanya dengan menjual harta benda dan diam-diam membayar tebusan untuk membebaskan orang yang mereka cintai.
Efek Chibok
Selain merampok desa-desa, baru-baru ini terjadi lonjakan penculik yang menargetkan sekolah - hampir 800 anak diculik hanya dalam empat bulan terakhir. Ada empat penculikan dari institusi akademis di Nigeria utara sejak awal tahun. Dalam insiden terbaru, tiga dari 20 mahasiswa yang diculik dari Universitas Greenfield di Kaduna tewas pekan lalu.
Berbeda dengan keluarganya, Habiba dibebaskan bersama teman-teman sekolahnya hanya dalam waktu tiga hari. Gubernur negara bagian Zamfara Bello Matawalle membantah membayar uang tebusan, tetapi mengatakan "bandit yang tobat" merundingkan pembebasan mereka.
Banyak yang percaya bahwa penculikan Chibok 2014 oleh Boko Haram membantu menjadikan sekolah target yang menguntungkan.
“Mereka melihat apa yang terjadi dengan Boko Haram dan para gadis dan bandit Chibok telah mengadopsi strategi yang sama,” kata Sani, menjelaskan pihak berwenang lebih memperhatikan penculikan siswa daripada masyarakat lainnya.
“Sulit bagi mereka untuk menghentikan penculikan, mereka telah menemukan bahwa itu adalah tambang emas.”
Adapun keluarga Iliyasu, pengalaman mereka membuat mereka hampir melarat, tetapi Habiba kembali bersekolah dan bertekad untuk melanjutkan pendidikannya.
“Saya tidak takut apa pun,” pungkas Habiba.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pria tak dikenal itu membawa mereka ke suatu tempat dan diancam agar tidak teriak.
Baca SelengkapnyaPelaku penculikan dan pemerkosaan terhadap dua siswi SD di wilayah Kota Tangerang Selatan, diduga merupakan pelaku yang sama.
Baca SelengkapnyaKorban terluka parah di sekujur tubuhnya dan tewas dalam perawatan di puskesmas.
Baca Selengkapnya