Google Tak Bisa Diakses Jelang Pengumuman Pemilu India
Merdeka.com - Situs pencari Google tak bisa diakses di India beberapa jam sebelum pengumuman hasil pemilu 2019. Selama periode pemilihan yang dipenuhi oleh hoaks dan informasi yang salah, mesin pencarian raksasa tersebut berhenti menampilkan hasil pencarian ketika pengguna berusaha mencari keterangan apa pun.
Perusahaan asal Amerika Serikat itu mengalami masalah pengindeksan situs web, kata Google melalui Twitter. Itu berarti, hasil yang muncul ketika seseorang mencari sesuatu, kemungkinan merupakan berita lawas atau sesuatu yang sudah lama, karena konten baru tidak muncul di katalog pencarian.
"Kami saat ini mengalami masalah pengindeksan yang dapat menyebabkan hasil pencarian tempo dulu dalam beberapa kasus," tulis akun Webmaster Google di Twitter, seperti dikutip dari The Independent, Kamis (23/5).
-
Apa Google itu? Google, yang kini menjadi elemen penting dalam kehidupan digital kita, diciptakan oleh dua inovator teknologi, Larry Page dan Sergey Brin.
-
Siapa yang Google ajak kerjasama? Dalam upaya implementasinya, Google menggandeng perusahaan asal India, Salcit Technologies, yang berfokus pada AI di bidang kesehatan pernapasan.
-
Kenapa Facebook dan Google rugi besar? 1 hariDalam waktu satu hari semenjak internet padam secara keseluruhan, berbagai raksasa platform digital dapat mengalami kerugian yang besar. Facebook dan Google bisa kehilangan lebih dari Rp 6 triliun dalam pendapatan iklan di antara mereka.
-
Apa dampak hapus akun Google? Menghapus akun Google akan menghilangkan akses ke layanan dan data yang terkait, seperti email, kontak, dan dokumen.
-
Siapa yang mulai meninggalkan Google? Minat generasi Z di Amerika Serikat (AS) untuk melalukan pencari informasi berita melalui platform Google terus mengalami penurunan.
-
Bagaimana Google dibentuk? Mereka, yang merupakan mahasiswa pascasarjana di Stanford University, menciptakan mesin pencari inovatif ini pada tahun 1998.
Google berjanji untuk mengirimkan informasi lebih lanjut ketika ada pembaruan dan sistem sudah diperbaiki.
Sementara itu sebelumnya, pihak berwenang India telah membenarkan pembatasan internet dengan alasan menjaga keamanan publik, di tengah kekhawatiran meluasnya kekerasan massa dan main hakim sendiri.
Pada Juli tahun lalu, sekitar 2.000 orang menyerang sekelompok kecil laki-laki yang mereka tuduh berusaha menculik anak-anak, dan membunuh salah satu dari mereka.
Kasus di atas adalah salah satu contoh dari tindak persekusi yang berawal dari desas-desus di media sosial, di mana memicu desakan untuk memberlakukan kontrol baru pada risiko persebaran berita palsu.
Pada saat menjelang pemilu India, kekhawatiran serius muncul tentang bagaimana WhatsApp dan aplikasi berbagai pesan lainnya berpotensi mempengaruhi hasil, baik dengan menyebarkan berita palsu tentang kandidat, atau menghasut massa di sekitar pelaksanaan pemungutan suara.
WhatsApp telah meresponsnya dengan membatasi kemampuan pengguna dalam meneruskan pesan dan menyiarkannya ke grup besar.
"Kami telah terlibat dengan partai-partai politik untuk menjelaskan pandangan perusahaan kami, bahwa WhatsApp bukan platform siaran dan bukan tempat untuk mengirim pesan dalam skala besar, dan untuk menjelaskan kepada mereka bahwa kami akan melarang akun yang melakukan perilaku (mencurigakan)," kata juru bicara WhatsApp, Carl Woog.
Penjelasan dan masalah yang diuraikan Google di atas membuat amarah warga setempat membuncah. Banyak dari mereka yang mengatakan bahwa mereka sedang dicegah oleh pemerintah untuk menemukan berita terbaru tentang pemilu.
"Sialan, hasil pemilu di India akan diumumkan besok !!" tulis seorang warganet, menjawab cuitan Google, dengan dibubuhi sederet emoji sedih. "Menakutkan .. semoga masalah ini segera diselesaikan .."
Sementara itu, hasil jajak pendapat terhadap pemilu menunjukkan bahwa koalisi yang berkuasa di India diperkirakan akan mempertahankan kekuasaan setelah hasilnya diumumkan pada hari Kamis waktu setempat, 23 Mei 2019.
Tetapi survei seperti itu sebelumnya telah terbukti menyesatkan penduduk. Partai oposisi utama Kongres, pada hari Rabu, menganggap prediksi tersebut "palsu".
Kasus semacam itu memantik kebingungan terbaru dalam sejumlah periode pemilu di India, yang biasanya ditandai oleh informasi yang salah dan laporan palsu, baik daring maupun non-daring.
Reporter: Afra Augesti
Sumber: Liputan6.com
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
“Yaa mungkin banyak pihak akses ya,” kata Komisioner KPU RI, Afifuddin
Baca SelengkapnyaTampilan pesan bertuliskan "Something went wrong" di laman utama disertai dengan tombol "Reload page".
Baca SelengkapnyaSaham Meta Facebook ditutup anjlok hingga 1,6 persen pada Selasa (6/3) waktu setempat.
Baca SelengkapnyaInstagram dan Facebook mengalami gangguan akses layanan atau down di sejumlah negara di dunia.
Baca SelengkapnyaBerikut jawaban Kominfo terkait tudingan memblokir Google Doc
Baca SelengkapnyaGoogle akan berhenti beroperasi di Indonesia imbas boikot? Simak penelusurannya
Baca SelengkapnyaPengguna mengeluhkan tidak bisa mengakses Instagram untuk beberapa waktu.
Baca SelengkapnyaPer detiknya ada kerugian yang harus ditanggung Meta ketika platformnya mengalami gangguan.
Baca SelengkapnyaSekjen mengatakan, nantinya video lama secara bertahap akan pindah ke akun baru tersebut.
Baca SelengkapnyaGangguan pada server Peruri yang terjadi sejak Selasa sore hingga Rabu malam mengakibatkan akses yang terbatas karena lonjakan pengguna.
Baca SelengkapnyaPolri masih melakukan asesmen atau pengumpulan data guna mengungkap penyebab lumpuhnya (down) server PDN pada Kementrian Kominfo.
Baca SelengkapnyaSejak awal tahun, CEO Google telah mengabarkan akan terjadi PHK lebih banyak tahun ini.
Baca Selengkapnya