Hasil Uji Coba Klinis: Vaksin AstraZeneca 79 Persen Efektif Cegah Covid-19 Bergejala
Merdeka.com - Vaksin Covid-19 AstraZeneca menunjukkan 79 persen ampuh melawan Covid-19 bergejala dan 100 persen ampuh mencegah penyakit parah dan rawat inap berdasarkan hasil uji coba klinis baru di AS. Demikian disampaikan perusahaan farmasi tersebut pada Senin.
Temuan dari uji coba baru Fase 3 ini, yang melibatkan lebih dari 32.000 peserta, bisa meningkatkan kepercayaan terhadap vaksin ini, yang awalnya dikembangkan Universitas Oxford.
Perusahaan mengatakan, uji coba menunjukkan, vaksin tak mengidentifikasi adanya masalah keamanan dan dapat ditolerir. AstraZeneca menyampaikan, sebuah komite independen “menemukan tidak ada peningkatan risiko trombosis atau penggumpalan darah atau kejadian yang berkaitan dengan trombosis di antara 21.583 peserta yang menerima sedikitnya satu dosis vaksin.”
-
Bagaimana vaksin kanker ini bekerja? Putin menyatakan keyakinannya bahwa vaksin tersebut, bersama dengan obat imunomodulator generasi baru, akan segera menjadi bagian integral dari terapi individual yang efektif.
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
-
Bagaimana vaksin cacar api bekerja? Zostavax adalah vaksin cacar api generasi pertama yang telah digunakan sejak 2006. Vaksin ini menggunakan virus varicella-zoster yang dilemahkan untuk merangsang respons kekebalan tubuh terhadap virus tersebut.
-
Bagaimana vaksin melindungi anak? Pemberian vaksinasi ini merupakan langkah penting untuk mencegah munculnya sejumlah masalah kesehatan.
-
Bagaimana cara kerja vaksin Herpes Zoster? Dengan memberikan vaksin Herpes Zoster, akan membantu mencegah munculnya penyakit tersebut maupun komplikasi yang dapat diderita.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
Dikutip dari CNN, Selasa (23/3), data baru ini berasal dari uji klinis Fase 3 yang dilaksanakan di Amerika Serikat, Chile, dan Peru. AstraZeneca mengatakan pihaknya berencana mengajukan temuan ini untuk jurnal ilmiah yang akan dikaji rekan sejawat.
Presiden unit usaha biofarmasi AstraZeneca, Ruud Dobber, menyampaikan pada CNBC Monday, perusahannya berencana untuk mengajukan izin atau otorisasi penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA). Jika disetujui, vaksinnya akan menjadi vaksin Covid-19 keempat yang tersedia di AS.
Sementara itu, Oxford dalam rilisnya menyampaikan temuan ini menambah data uji coba sebelumnya dari Inggris, Brasil, dan Afrika Selatan, termasuk data dampak nyata dari Inggris Raya.
Sebagai bagian uji coba, lebih dari 32.000 sukarelawan dewasa semua usia menerima dua dosis vaksin atau vaksin placebo dalam interval empat minggu. Sekitar 79 persen peserta uji coba merupakan orang kulit putih, 22 persen orang Hispanik, 8 persen orang kulit Hitam, 4 persen orang asli Amerika, dan 4 persen Asia.
Sekitar 20 persen peserta berusia 65 tahun ke atas dan sekitar 60 persen berpotensi terkena Covid-19 yang parah karena memiliki riwayat diabetes, obesitas parah atau penyakit jantung. Pada pasien yang berusia 65 tahun ke atas, kemanjuran vaksin 80 persen.
Vaksin Oxford-AstraZeneca menuai kontroversi belakangan ini ketika sejumlah negara Eropa seperti Norwegia, Prancis, dan Denmark memutuskan menghentikan sementara penggunaan vaksin ini karena adanya laporan penggumpalan darah yang dialami orang yang telah divaksinasi. Penyelidikan darurat Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) menyimpulkan vaksin ini “aman dan efektif” dalam mencegah virus corona dan “tidak berkaitan dengan peningkatan risiko penggumpalan darah.”
Penyelidik utama untuk vaksin dan profesor Infeksi dan Kekebalan Anak di Universitas Oxford, Andrew Pollard mengatakan data AstraZeneca “konsisten dengan hasil uji coba yang dipimpin Oxford.” Pollard berharap vaksin memiliki dampak kuat dalam melawan Covid-19 untuk semua usia dan orang dari berbagai latar belakang.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Vaksin cacar api dirancang untuk merangsang sistem kekebalan tubuh agar dapat mengenali dan melawan virus varicella-zoster sebelum virus tersebut aktif kembali.
Baca SelengkapnyaBadan Pengawas Obat Eropa juga telah melarang peredaran vaksin ini.
Baca SelengkapnyaDia lalu mengatakan vaksin dengue dapat diberikan kepada masyarakat berusia 6 hingga 45 tahun.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaBelakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
Baca SelengkapnyaMenkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca SelengkapnyaDua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.
Baca SelengkapnyaPemerintah berupaya mencegah penyebaran Mpox dengan melakukan vaksinasi yang sudah disetujui WHO dan BPOM.
Baca SelengkapnyaHerpes Zoster merupakan penyakit yang ditandai dengan munculnya bintil, ruam dan disertai dengan cairan bening.
Baca SelengkapnyaBeredar kabar vaksin Mpox yang dipersiapkan adalah vaksin eksperimental.
Baca SelengkapnyaKanker merupakan momok bagi banyak orang. Pada saat ini, Rusia mengklaim bahwa mereka selangkah lebih dekat untuk menemukan vaksin Kanker.
Baca SelengkapnyaSejumlah penemuan penting terkait medis dilaksanakan pada tahun 2023 ini dan bisa berdampak pada semakin banyak penyakit yang diatasi.
Baca Selengkapnya