Helikopter Militer Myanmar Tembaki Sekolah, 13 Orang Tewas Termasuk Anak-Anak
Merdeka.com - Helikopter militer Myanmar menyerang sekolah dan desa di utara negara tersebut pada Jumat lalu, menewaskan sedikitnya 13 orang termasuk tujuh anak-anak.
Serangan ini terjadi di desa Let Yet Kone, Tabayin atau dikenal juga sebagai Depayin, sekitar 110 kilometer di barat laut Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar.
Pengelola sekolah, Mar Mar mengatakan dia berusaha membawa para siswa bersembunyi di ruang kelas lantai bawah ketika dua dari empat helikopter Mi-35 yang berputar di utara desa itu mulai menyerang, menembak menggunakan senapan mesin dan senjata berat lainnya ke sekolah. Sekolah ini berlokasi di dalam area sebuah biara Buddha di desa itu.
-
Dimana helikopter Israel menyerang? 'Penyelidikan terhadap insiden itu mengungkap helikoter tempur Israel tiba di lokasi dari pangkalan Ramat David kemudian menembaki teroris dan terkena ke sejumlah pengunjung di sana,' kata Haaretz mengutip sumber kepolisian.
-
Mengapa Israel menyerang sekolah? Dalam sebuah postingan di X, militer Israel mengatakan sebuah jet tempur Israel telah menggunakan 'senjata presisi' untuk menyerang seorang pejuang Hamas, yang terlibat pada tanggal 7 Oktober.
-
Bagaimana helikopter Israel menyerang? 'Penyelidikan terhadap insiden itu mengungkap helikoter tempur Israel tiba di lokasi dari pangkalan Ramat David kemudian menembaki teroris dan terkena ke sejumlah pengunjung di sana,' kata Haaretz mengutip sumber kepolisian.
-
Siapa saja yang tewas dalam kecelakaan helikopter? Presiden Ebrahim Raisi dan juga Menlu Iran dipastikan tewas dalam kecelakaan tersebut.
-
Di mana lokasi kecelakaan helikopter? Kecelakaan ini terjadi di hutan Dizmar, yang berada di antara kota Varzaqan dan Jolva di Provinsi Azerbaijan Timur.
-
Siapa yang menyerang sekolah PBB? Serangan tersebut ditujukan ke Sekolah Abu Hussein yang disponsori Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) di kamp pengungsi Jabalia, kata Hamas dalam sebuah pernyataan.
Mar Mar bekerja di sekolah itu bersama 20 relawan yang mengajar 240 anak dari TK sampai Kelas Delapan. Dia bersembunyi di desa itu bersama tiga anaknya sejak melarikan diri dari kekerasan militer tahun lalu setelah ikut dalam gerakan pembangkangan publik untuk menentang kudeta militer. Dia menggunakan nama samaran Mar Mar untuk melindungi diri dan keluarganya.
"Karena para siswa tidak melakukan hal yang salah, saya tidak pernah terpikirkan mereka akan menembak dengan kejam menggunakan senapan mesin," jelasnya melalui telepon pada Senin, dikutip dari laman South China Morning Post, Selasa (20/9).
Saat dia dan para siswa serta guru berhasil berlindung di dalam kelas, satu guru dan seorang siswa berusia 7 tahun ditembak di leher dan kepala. Mar Mar harus menggunakan kain untuk menghentikan pendarahan.
"Mereka tetap menembak ke halaman dari udara selama satu jam," ujarnya.
"Mereka tidak berhenti semenit pun. Yang bisa kami lakukan saat itu hanya mengucapkan mantra-mantra Buddha."
Setelah serangan udara berhenti, sekitar 80 tentara memasuki halaman biara, menembak ke tempat ibadah tersebut.
Para tentara kemudian memerintahkan setiap orang di tempat tersebut keluar. Mar Mar melihat sekitar 30 siswa dengan luka di punggung, paha, wajah, dan bagian tubuh lainnya.
"Anak-anak itu mengatakan pada saya teman-teman mereka sekarat," ujarnya.
"Saya juga mendengar seorang siswa teriak, 'Sakit sekali. Saya tidak tahan. Tolong bunuh saja saya.' Suara itu masih bergema di telinga saya."
Dia mengatakan sedikitnya enam siswa tewas dan seorang anak laki-laki berusia 13 tahun yang bekerja di kolam ikan dekat desa itu juga tewas tertembak. Enam orang dewasa juga tewas dalam serangan tersebut. Jasad anak-anak tersebut dibawa tentara.
Lebih dari 20 orang, termasuk enam anak yang terluka dan tiga guru juga dibawa para tentara. Dua dari mereka yang ditangkap dituding menjadi anggota Pasukan Pertahanan Rakyat yang anti pemerintah, kelompok perlawanan terhadap militer.
Para tentara juga mmebakar sebuah rumah di desa itu, mendorong warga melarikan diri.
Seorang relawan di Tabayin yang membantu para pengungsi mengatakan jasad anak-anak tersebut dikremasi para tentara di dekat daerah Ye U.
Komite Hak-Hak Anak PBB mendokumentasikan, ada 260 serangan yang menyasar sekolah dan tim pendidik sejak kudeta.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Serangan Udara Israel Hantam Sekolah PBB, 19 Perempuan dan Anak-Anak Tewas Hangus Terbakar
Baca SelengkapnyaAda 19 jenazah yang ditemukan, sementara sekitar 80 orang dilaporkan terluka. Termasuk anak-anak dan wanita.
Baca SelengkapnyaIsrael lagi-lagi menargetkan sekolah yang jadikan kamp pengungsian dalam serangan terbarunya di Jalur Gaza.
Baca SelengkapnyaPertumpahan darah di sekolah-sekolah yang diubah menjadi tempat pengungsian di Jalur Gaza telah menjadi pemandangan yang berulang sepanjang perang.
Baca SelengkapnyaPasukan penjajah Israel mengebom sekolah Abu Oreiban yang dikelola UNRWA yang dijadikan tempat pengungsian warga Palestina di Gaza di Kamp Nuseirat.
Baca SelengkapnyaSekolah tersebut menampung ratusan pengungsi Palestina.
Baca SelengkapnyaSekitar 700 keluarga mengungsi di sekolah ini setelah rumah mereka dihancurkan penjajah Israel.
Baca SelengkapnyaPasukan penjajah Israel juga menangkap sejumlah guru dan kepala sekolah diikat.
Baca SelengkapnyaTiga anak tewas tertimpa tembok roboh SMK Negeri 1 Kota Jambi di Simpang Empat Sipin, Telanaipura, Kota Jambi.
Baca SelengkapnyaIsrael kembali menjadikan sekolah yang ditempati para pengungsi di Jalur Gaza sebagai target serangan mereka.
Baca SelengkapnyaSebagian besar korban ditembak di kepala dan torso, dengan peluru tajam.
Baca SelengkapnyaSejauh ini, kecelakaan yang terjadi di Ciater Kabupaten Subang, Jawa Barat pada Sabtu (11/5) kemarin memakan korban sebanyak 11 orang.
Baca Selengkapnya