Ilmuwan AS Ciptakan Varian Virus Corona 80 Persen Lebih Mematikan
Merdeka.com - Tim ilmuwan di Universitas Boston, Amerika Serikat (AS) berhasil menciptakan varian baru Covid-19 dengan tingkat kematian 80 persen. Varian baru berhasil diciptakan tim ilmuwan melalui kombinasi virus Covid-19 varian Omicron dan varian Wuhan.
Penelitian para ilmuwan ini menuai kecaman dari berbagai pihak.
Dalam penelitian yang diterbitkan pekan lalu, tim ilmuwan menjelaskan mereka mengisolasi reseptor virus Covid-19 varian Omicron dan menggabungkannya dengan virus Covid-19 varian awal (Wuhan) yang menyebar pada 2020 lalu.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Apa yang ditemukan peneliti? Para peneliti menggambarkan spesies baru dari genus Calotes di Tiongkok selatan dan Vietnam utara.
-
Apa yang ditemukan oleh para peneliti? Puluhan petroglief berusia ribuan tahun ditemukan terukir di atas bebatuan di balik semak-semak di daerah pedesaan di Tanum, Provinsi Bohusian, Swedia.
-
Apa yang ditemukan oleh peneliti? Para peneliti yang dipimpin oleh Shuhai Xiao di Virginia Tech menemukan fosil spons laut berusia 550 juta tahun, menjelaskan kesenjangan 160 juta tahun dalam catatan fosil.
-
Apa yang ditemukan dalam penyelidikan? Media Fars yang berafiliasi dengan Pasukan Garda Revolusi melaporkan, sebuah penyelidikan menyiratkan Haniyeh dihantam rudal dan menyimpulkan Israel terlibat dalam aksi pembunuhan ini.
-
Apa yang diciptakan oleh para peneliti? Mereka menggunakan model muskuloskeletal – yang dikendalikan oleh metode kontrol refleks yang mencerminkan sistem saraf manusia.
Berdasarkan pengujian, tim menemukan virus Covid-19 baru yang mereka ciptakan kebal terhadap vaksin. Perlindungan yang diberikan vaksin berhasil dilumpuhkan virus baru itu.
Virus Covid-19 baru itu juga berhasil mengakibatkan penyakit serius. Bahkan saat virus itu diuji pada tikus laboratorium, sebesar 80 persen tikus mati.
Tetapi tim menjelaskan kalau virus yang mereka ciptakan tidak membahayakan nyawa manusia, meski mereka menemukan virus baru itu mampu menghasilkan partikel virus lima kali lebih banyak dalam paru-paru manusia dibandingkan virus Covid-19 varian Omicron.
Orang-orang yang mengetahui penelitian ini pun segera melampiaskan kemarahan mereka. Sebab awalnya ada kepercayaan kalau virus Covid-19 dikembangkan di dalam laboratorium Institut Virologi Wuhan di China.
Virus itu pun diyakini berhasil keluar dari laboratorium dan menyebabkan pandemi Covid di seluruh dunia.
“Ini harus benar-benar dilarang, ini bermain dengan api (berbahaya),” jelas mantan kepala Institut Penelitian Biologi Israel, Shmuel Shapira, dikutip dari laman Russia Today, Kamis (20/10).
“Berapa kali ahli virologi mengatakan mereka tidak membuat virus SARS chimeric lebih mematikan? Berapa banyak?,” tulis reporter Paul Thaker di Twitter.
Tetapi pengembangan virus baru di Universitas Boston bukan satu-satunya penelitian berbahaya. EcoHealth Alliance, perusahaan swasta didanai oleh pemerintah AS sebesar USD650.000 atau Rp10,1 triliun untuk meneliti potensi kemunculan virus corona dari kelelawar di Myanmar, Laos, dan Vietnam.
Reporter Magang: Theofilus Jose Setiawan
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Varian baru virus corona bernama Pirola tengah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaWHO saat ini memonitor berbagai varian yang banyak ditemui.
Baca SelengkapnyaVarian tersebut memicu ada peningkatan kasus Covid-19 di Singapura.
Baca SelengkapnyaAni menjelaskan, JN.1 memiliki gejala yang sama seperti Covid-19 lainnya.
Baca SelengkapnyaPeneliti mengidentifikasi total 125 spesies virus saat meneliti ratusan ekor hewan yang mati di peternakan bulu.
Baca SelengkapnyaCovid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaKepala sebuah klinik di Tokyo, Ando Sakuro mengatakan bahwa sepuluh orang telah teruji positif setiap hari sejak akhir Juni.
Baca SelengkapnyaSeorang pria 72 tahun di Belanda terinfeksi Covid-19 selama 613 hari dan berakhir meninggal. Yuk, simak fakta lengkapnya!
Baca SelengkapnyaVarian JN.1 merupakan pemicu lonjakan Covid-19 di Singapura.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Kenaikan terjadi sejak dua pekan terakhir saat Singapura dihantam lagi badai Covid-19.
Baca Selengkapnya