Ilmuwan China: Besar Kemungkinan Virus Corona Sudah Ada di AS Sejak September 2019
Merdeka.com - Sekelompok ilmuwan China dalam sebuah makalah ilmiah terbaru mengatakan besar kemungkinan Covid-19 mulai menyebar di Amerika Serikat pada September 2019.
Dalam makalah yang belum diuji sejawat ilmuwan itu, para peneliti China mengatakan mereka memakai data publik dari pemerintah AS tetang jumlah diagnosa dan pengujian serta angka kematian dari Maret 2020 dan mereka mengembangkan formula untuk menyimpulkan kemungkinan munculnya kasus Covid-19 di AS pada 2019.
Mereka menyimpulkan, ada 50 persen kemungkinan kasus pertama terjadi AS antara Agustus dan Oktober 2019, lebih awal dari data resmi.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama ditemukan? Menurut pengumuman resmi dari Presiden Joko Widodo, kasus Covid-19 pertama di Indonesia terjadi pada dua warga Depok, Jawa Barat, yang merupakan seorang ibu berusia 64 tahun dan putrinya berusia 31 tahun.
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Siapa yang mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Kapan kasus Covid-19 meningkat? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Apa saja gejala yang dialami pasien pertama Covid-19? Setelah kembali ke Depok, NT mulai merasakan gejala seperti batuk, sesak, dan demam selama 10 hari. Ia berobat ke RS Mitra Depok dan didiagnosis mengidap bronkopneumonia, salah satu jenis pneumonia yang menyebabkan peradangan pada paru-paru.
-
Kenapa kasus Covid-19 naik? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
"Hasil kesimpulannya memperlihatkan epidemi Covid-19 punya kemungkinan mulai menyebar di AS pada September 2019," kata mereka dalam makalah yang dipublikasi ChinaXiv.org, seperti dilansir laman South China Morning Post, Jumat (24/9).
Juga dikatakan, berdasarkan data dari 12 perwakilan wilayah di AS, rentang kemungkinan munculnya kasus pertama adalah di Rhode Island, yakni pada 26 April 2019, dan yang paling belakangan adalah pada November 2019 di Delaware.
Namun para peneliti tidak mempertimbangkan bahwa banyak kasus awal dalam catatan pemerintah AS adalah kasus impor dari sejumlah sumber di Eropa atau Asia.
"Ini analisis yang buruk kualitasnya, saya meragukan hasil penelitian ini bisa diterbitkan di jurnal internasional," kata ahli kesehatan yang menolak diketahui identitasnya.
"Semua analisis soal tingkat kasus positif harus dihitung dari bagaimana pengujian dilakukan, dan interpolasi di luar data yang diamati selalu cukup sulit," kata sang ahli.
"Di awal pandemi, negara-negara terfokus pada pengujian dari turis China ketimbang warga lokal, jadi data awal tidak sepenuhnya menggambarkan penularan lokal."
China mengatakan kasus pertama Covid-19 tercatat pada Desember 2019. Sementara di AS kasus pertama diidentifikasi pada 20 Januari dari pasien yang punya catatan pernah ke Wuhan, China, lokasi kasus pertama Covid-19 yang dilaporkan.
Makalah ini ditulis oleh Zhouwang Yang, profesor dari sekolah matematika sains di Universitas Sains dan Teknologi China, Guo Tiande dari CAS dan dua akademisi lain dari UST.
Makalah ini dipublikasikan saat China tengah menepis berbagai kritikan AS tentang informasi awal kasus Covid-19 dan seruan negara Barat serta Badan Kesehatan Dunia (WHO) agar penyelidikan selanjutnya bisa dilakukan di China untuk menelusuri asal-usul Covid-19.
Beijing sudah mengatakan mereka menolak penyelidikan lebih lanjut diadakan di China setelah kunjungan kedua WHO di Wuhan pada Februari lalu untuk menelusuri asal mula virus corona yang menyebabkan pandemi. China malah mengatakan penyelidikan selanjutnya harusnya diadakan di negara lain.
Dalam beberapa bulan terakhir, China jelas-jelas mengarahkan telunjuk ke AS, terutama setelah Presiden AS Joe Biden meminta intelijen AS menyelidiki apakah virus corona bocor dari laboratorium di Wuhan, teori yang sejak awal sudah dibantah oleh sejumlah ilmuwan pada hari-hari awal pandemi namun kembali meraih perhatian belakangan ini.
Beijing membalas dengan menyebut laboratorium militer di Fort Detrick, Maryland, AS, bisa jadi sumber awal virus corona, seraya mengutip kabar tentang penutupan lab itu karena terjadi pelanggaran keselamatan terkait materi berbahaya.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Munculnya wabah misterius ini mirip dengan awal kemunculan Covid-19 tiga tahun lalu.
Baca SelengkapnyaKasus pneumonia tengah melonjak di China sejak pertama kali dilaporkan pada 13 November 2023.
Baca SelengkapnyaPenyakit Pernapasan Melonjak di China, WHO Minta Penjelasan
Baca SelengkapnyaKasus pneumonia misterius baru-baru ini menghebohkan China.
Baca SelengkapnyaTemuan sementara, penyebab utama pneumonia misterius di China adalah mycoplasma.
Baca SelengkapnyaSejak pertengahan Oktober 2023, WHO telah memantau data dari sistem pengawasan Tiongkok, terkait pneumonia misterius yang melanda anak-anak di China utara.
Baca SelengkapnyaVarian JN.1 merupakan pemicu lonjakan Covid-19 di Singapura.
Baca SelengkapnyaLonjakan kasus penyakit mirip influenza ini membuat sebuah RS di China penuh. Banyak pasien anak-anak yang terpaksa dirawat di koridor dan tangga rumah sakit.
Baca SelengkapnyaRatusan ribu anak tercatat menderita ISPA hingga Juli 2023.
Baca SelengkapnyaTerjadi lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Baca SelengkapnyaGejala Mycoplasma pneumonia yang ditimbulkan sebenarnya terbilang ringan.
Baca SelengkapnyaKemenkes mengatakan, kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mycoplasma pneumoniae.
Baca Selengkapnya