Ilmuwan temukan hal mengejutkan dalam peristiwa tsunami di Palu
Merdeka.com - Tsunami yang menerjang Palu dan Donggala pada Jumat 28 September mengejutkan para ilmuwan. Sebab, berdasarkan catatan, gempa-gempa sejenis sebelumnya tidak pernah menimbulkan gelombang gergasi dahsyat dan merusak.
"Kami memang menduga ada potensi tsunami, tapi tidak pernah membayangkan sebesar itu," kata Jason Patton, seorang ahli geofisika yang bekerja di perusahaan konsultan Temblor, dan mengajar di Universitas Negara Bagian Humboldt di California.
"Kita mungkin menemukan hal-hal yang belum pernah kami amati sebelumnya (dari bencana Palu)," lanjut Patton menambahkan, sebagaimana dikutip dari New York Times pada Senin (1/10).
-
Bagaimana cara kerja alat deteksi gempa dari Jogja? Dikutip dari Indonesia.go.id, alat deteksi gempa itu tersusun dari sejumlah komponen seperti dektektor perubahan level air tanah. Apabila akan terjadi gmepa, akan terjadi fenomena paparan gas radon alam dari tanah yang meningkat secara signifikan.
-
Mengapa alat deteksi gempa dari Jogja masih dalam pengembangan? Meski demikian, Sunarno mengakui bahwa tim UGM tidak memiliki hak untuk mengumumkan hasil publikasi itu kepada public karena berdasarkan United State of Geological Survey (USGS), sistem peringatan gempa yang ideal terdiri dari tanggal dan waktu, magnitudo, dan lokasi. Pada saat itu, sistem peringatan dini gempa UGM masih dalam pengembangan untuk mencapai sistem peringatan gempa bumi yang ideal.
-
Dimana seismometer sebelumnya diletakkan? Sebelumnya, astronot sudah pernah membawa dan meletakkan seismometer di permukaan bulan sebagai bagian dari berbagai misi Apollo yang dilakukan di antara tahun 1969 hingga tahun 1976.
-
Kapan gempa di Indonesia terjadi? Tercatat 161 kali gempa bumi terjadi di Indonesia antara tahun 1990 dan 2022.
-
Di mana gempa bumi sering terjadi di Indonesia? Wilayah yang rawan mengalami gempa bumi di Indonesia tersebar mulai dari Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku, Maluku Utara dan wilayah Papua.
-
Kapan alat deteksi gempa dari Jogja mulai diuji coba? Sepanjang proses uji coba, alat tersebut mampu memprediksi gempa yang terjadi di barat Bengkulu dengan magnitude 5,2 pada 28 Agustus 2020, gempa barat daya Banten pada 26 Agustus 2020, barat daya Bengkulu dengan magnitude 5,1 pada 29 Agustus 2020, dan Barat Daya Sinabang Aceh dengan magnitude 5,0.
Gempa berkekuatan 7,5 skala Richter (versi USGS) atau magnitudo 7,4 versi BMKG itu berpusat di sepanjang pantai, sekitar 80 kilometer utara Kota Palu. Setelah getaran bervariasi selama kira-kira 30 menit, gelombang setinggi lima meter menghantam daratan di Donggala dan Palu, menyebabkan bangunan hancur, kendaraan hanyut, dan menewaskan lebih dari 800 orang (menurut data terakhir dari BPNB).
Jumlah korban jiwa yang tinggi juga bisa mencerminkan kurangnya sistem deteksi dan peringatan tsunami di Indonesia, kata ahli tsunami.
Malapetaka tsunami sering merupakan hasil dari apa yang disebut sebagai gempa bumi megathrust, yakni ketika bagian besar dari kerak Bumi berubah bentuk, bergerak secara vertikal di sepanjang patahan.
Gempa jenis ini tiba-tiba menggerakkan sejumlah besar air, menciptakan gelombang yang dapat melaju dengan kecepatan tinggi, melintasi cekungan samudra dan menyebabkan kehancuran ribuan mil.
Tsunami Samudra Hindia pada 2004 silam, yang memiliki gelombang setinggi 30 meter dan menewaskan hampir seperempat juta orang di Indonesia hingga Afrika, dihasilkan dari gempa megathrust berkekuatan 9,1 skala Richter di pesisir Sumatera.
Sebaliknya, gempa yang terjadi di Palu dan Donggala pada hari Jumat disebut strike-slip, di mana gerakan bumi sebagian besar horizontal. Gerakan semacam itu biasanya tidak akan menciptakan tsunami.
"Tetapi dalam kondisi tertentu, bisa," kata Dr Patton.
Sesar strike-slip kemungkinan memiliki sejumlah gerakan vertikal yang dapat menggerakkan air laut.
Atau zona patahan sesar, yang dalam kasus ini diperkirakan sekitar 70 mil (setara 112 kilometer) panjangnya, dapat melewati area di mana dasar laut bisa naik dan turun, sehingga ketika patahan bergerak selama gempa, ia mendorong air laut di depannya.
Kemungkinan lain adalah bahwa tsunami diciptakan secara tidak langsung. Guncangan keras selama gempa mungkin telah menyebabkan longsor bawah laut yang mendorong terjadinya gelombang.
Kejadian seperti itu tidak biasa, namun beberapa pernah terjadi pada gempa berkekuatan di atas 8 skala Richter, seperti ketika gempa magnitudo 9,4 yang melanda Alaska pada 1964 silam.
Dr Patton mengatakan, kombinasi faktor mungkin telah berkontribusi pada tsunami. Studi tentang dasar laut akan sangat penting untuk memahami peristiwa tersebut.
"Kami tidak akan tahu apa yang menyebabkannya sampai bencana tersebut telah terjadi," katanya.
Tsunami juga dapat dipengaruhi oleh lokasi Kota Palu yang berada di ujung teluk sempit. Garis pantai dan kontur dasar teluk bisa memfokuskan energi gelombang dan mengarahkannya ke ibu kota Sulawesi Tengah, meningkatkan tinggi gelombang saat mendekati pantai.
Efek semacam itu juga telah terlihat sebelumnya. Crescent City, California, telah dihantam oleh lebih dari 30 tsunami, termasuk satu setelah gempa Alaska tahun 1964 di mana 11 orang terbunuh, karena kontur dasar laut di wilayah tersebut dan topografi dan lokasi kota.
"Apa pun asal-usul ombak, gempa berkekuatan 7,5 skala Richter tidak akan diduga mampu hasilkan dampak di lautan luas, tetapi lebih merupakan peristiwa yang terlokalisasi, seperti yang terjadi pada hari Jumat (di Palu)," pungkas Dr Patton.
Menurut Louise Comfort, seorang profesor di sekolah pascasarjana Universitas Pittsburgh, Indonesia saat ini hanya menggunakan seismograf, perangkat sistem penentuan posisi global dan alat pengukur pasang untuk mendeteksi tsunami, yang memiliki efektivitas terbatas.
Di Amerika Serikat, Lembaga Kelautan dan Atmosfer Nasional memiliki jaringan canggih dari 39 sensor di dasar samudra, yang dapat mendeteksi perubahan tekanan sangat kecil, sebagai penunjuk jalannya tsunami.
Data kemudian diteruskan melalui satelit dan dianalisis, baru kemudian peringatan dikeluarkan jika diperlukan, demikian sebagaimana dikutip dari Globalnews.ca pada hari Senin.
Dr Comfort mengatakan bahwa Indonesia memiliki jaringan yang sama, yakni dengan dukungan 22 buah sensor di seluruh perairan Nusantara, tetapi tidak lagi digunakan karena tidak dipelihara atau dirusak.
Proyek yang sedang dikerjakannya di Indonesia, akan membawa sistem peringatan dini tsunami via komunikasi bawah laut, guna menghindari penggunaan pelampung permukaan, yang dapat dirusak atau ditabrak kapal.
Menurut Dr Comfort, dia sudah mendiskusikan proyek ini dengan tiga lembaga pemerintah Indonesia.
Rencana untuk memasang prototipe sistem di Sumatera bagian barat ditunda pada September lalu. "Mereka tidak dapat menemukan cara untuk bekerja sama," katanya.
"Sangat menyedihkan ketika Anda tahu teknologi (peringatan tsunami) bisa dipasang di sana," tambah Dr Comfort prihatin.
"Indonesia berada di tengah kawasan cincin api dan tsunami pasti akan terjadi lagi, entah kapan di masa depan," lanjutnya.
Reporter: Happy Ferdian Syah Utomo
Sumber: Liputan6.com
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bahkan menurut BMKG, potensi terjadinya megathrust hanya tinggal menunggu waktu saja.
Baca SelengkapnyaIa menjelaskan dalam keilmuan geologi erupsi gunung berapi seperti ini berpotensi menyebabkan tsunami.
Baca SelengkapnyaSemua pengeras suara masjid di sepanjang pesisir setempat akan difungsikan sebagai pengganti sirine tsunami.
Baca SelengkapnyaTak menduga di sinilah lempengan tektonik kuno ditemukan.
Baca SelengkapnyaTsunami dahsyat menghantam wilayah ini sekitar 6.000 tahun lalu.
Baca SelengkapnyaPenting bagi masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan mempersiapkan langkah-langkah mitigasi untuk mengurangi dampak dari gempa megathrust.
Baca SelengkapnyaKepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan potensi terjadinya di gempa megathrust di Indonesia sangat bisa saja terjadi
Baca SelengkapnyaBerikut adalah gempa Megathrust yang pernah terjadi di dunia.
Baca SelengkapnyaGempa magnitudo 6,4 terjadi pada Selasa (24/9) pukul 02.51 WIB.
Baca SelengkapnyaSebagai sesar paling aktif di Indonesia, kekuatan Sesar Palu-Koro bisa mencapai 3 kali lipat lebih besar dibandingkan pergerakan sesar-sesar lain di Indonesia.
Baca SelengkapnyaMengingat potensi bahaya yang ditimbulkannya, penting bagi negara-negara yang berada di zona rawan megathrust untuk mempersiapkan diri dengan baik.
Baca SelengkapnyaPihak UGM belum bisa mengumumkan hasil deteksi peralatan ini ke publik karena alat ini masih butuh pengembangan
Baca Selengkapnya