Ilmuwan Ungkap Potensi Tsunami Ancam Ibu Kota Baru Indonesia
Merdeka.com - Presiden Joko Widodo mengumumkan Ibu kota Indonesia akan dipindah dari Jakarta ke Kalimantan. Pusat administrasi baru akan dibangun di dua kabupaten - Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara - di provinsi Kalimantan Timur, dekat dengan kota Balikpapan dan Samarinda.
Namun, para ilmuwan baru saja mengidentifikasi potensi risiko tsunami di sekitar wilayah ibu kota baru Indonesia itu. Para peneliti itu sebelumnya memetakan bukti beberapa tanah longsor kuno bawah air di Selat Makassar, antara pulau Kalimantan dan Sulawesi.
Jika tsunami terbesar terjadi di era ini, akan menghasilkan gelombang yang mampu menggenangi Teluk Balikpapan - daerah yang dekat dengan ibu kota baru yang diusulkan Presiden Jokowi.
-
Siapa yang mengklarifikasi kabar tsunami? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam memberikan klarifikasi bahwa kabar adanya tsunami yang terjadi di Kota Batam dan Tanjungpinang pada Selasa (17/9), adalah kabar bohong atau hoaks.
-
Kenapa BMKG minta warga waspada? Akibat prediksi itu masyarakat diminta untuk meningkatkan kewaspadaannya.
-
Apa yang membuat timnas Indonesia harus waspada? Namun, Indonesia harus tetap waspada karena Socceroos memiliki kualitas dan level permainan yang sangat baik.
-
Mengapa masyarakat diminta waspada? BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga yang ditetapkan sejak November 2020.
-
Kenapa Indonesia rawan gempa? Indonesia berada dalam batas 3 lempeng tektonik besar, yaitu: lempeng India-Australia, Eurasia, dan Pasifik.
-
Bagaimana mengurangi risiko Megathrust? Nuraini mengatakan, megathrust sendiri merupakan sebuah fenomena alam. Ia akan menjadi sebuah bencana jika muncul banyak korban jiwa. Menurutnya, risiko bencana itu bisa dikurangi apabila masyarakat sudah siap dengan mitigasi bencana.
Tetapi tim peneliti internasional itu memperingatkan agar tidak ada reaksi berlebihan atas potensi tsunami tersebut.
"Kami masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menilai situasi dengan tepat. Artinya, ini adalah sesuatu yang mungkin harus pemerintah Indonesia masukkan dalam daftar risiko di suatu tempat - bahkan jika kita hanya berbicara tentang peristiwa 'frekuensi rendah, dampak tinggi'," kata Dr Uisdean Nicholson dari Heriot-Watt University, Inggris seperti dikutip dari BBC, Kamis (23/4).
Data seismik
Tim peneliti Inggris-Indonesia menggunakan data seismik untuk menyelidiki sedimen dan strukturnya di dasar laut Makassar.
Survei tersebut mengungkapkan 19 zona berbeda di sepanjang selat tempat lumpur, pasir, dan lanau (kepingan atau butiran batu yang lebih kecil daripada pasir halus) jatuh ke lereng yang lebih dalam.
Beberapa longsoran di antaranya memiliki ratusan kilometer kubik material - volume yang lebih dari mampu mengganggu kolom air, dan menghasilkan gelombang besar di permukaan laut.
"Tanah longsor ini - atau mass transport deposits (MTDs)- cukup mudah dikenali dalam data seismik," jelas Dr Rachel Brackenridge dari Universitas Aberdeen selaku penulis utama di makalah yang menggambarkan penelitian.
"Mereka berbentuk seperti lensa dan sedimen di dalamnya kacau-balau; mereka bukan lapisan datar, teratur, seperti jalur yang Anda harapkan akan ditemukan. Saya memetakan 19 kemungkinan, tetapi itu dibatasi oleh resolusi data. Mungkin masih akan ada yang lainnya, peristiwa kecil yang tidak bisa saya lihat," katanya kepada BBC News.
Tanah longsor bawah laut
Semua MTD berada di sisi barat saluran (3.000 m) yang dalam dan melintasi Selat Makassar. Sebagian besar berada di sebelah selatan delta Sungai Mahakam di Pulau Kalimantan, yang mengeluarkan sesuatu berjumlah hingga jutaan meter kubik sedimen setiap tahun.
Tim peneliti berpikir material tersebut diambil oleh arus di selat dan kemudian dibuang di tempat yang lebih dangkal dari dasar laut jatuh jauh ke kedalaman.
Tumpukan sedimen curam yang terpahat dari waktu ke waktu akhirnya runtuh ke lereng, mungkin dipicu oleh guncangan gempa bumi setempat. Inilah potensi tsunami yang diprediksi terjadi di Indonesia.
Apa yang tidak bisa dikatakan tim peneliti saat ini adalah tanah longsor bawah laut. Perkiraan terbaik mereka dalam periode geologi saat ini, kemungkinan terjadi dalam kurun 2,6 juta tahun terakhir.
Core yang diekstraksi dari MTD dapat lebih membatasi prediksi usia dan frekuensi runtuhnya lereng. Pendanaan untuk meneliti hal tersebut tengah dilakukan.
Tim peneliti juga berencana untuk mengunjungi daerah pesisir Kalimantan untuk mencari bukti fisik dari tsunami purba, untuk memodelkan jenis gelombang yang bisa mengenai garis pantai.
Ben Sapiie, dari Institut Teknologi Bandung di Indonesia, mengatakan, "Penelitian ini memperkaya pengetahuan masyarakat geologi dan geofisika Indonesia tentang bahaya sedimentasi dan tanah longsor di Selat Makassar. Masa depan penelitian ilmu Bumi menggunakan pendekatan terintegrasi, multi-ilmiah dengan kolaborasi pihak internasional."
Dalam tim tersebut, Prof Dan Parsons adalah direktur Institut Energi dan Lingkungan di Universitas Hull. Kelompoknya juga mempelajari tanah longsor bawah laut di seluruh dunia.
Dia mengatakan kepada BBC News: "Yang menarik di sini adalah bagaimana sedimen ini sedang bekerja kembali dan menumpuk dari waktu ke waktu di Selat Makassar oleh arus laut.
"Sedimen ini menumpuk dan kemudian runtuh ketika tidak stabil. Yang jadi kuncinya kemudian adalah mengidentifikasi titik kritis, atau pemicu, yang menyebabkan keruntuhan. Kami telah melakukan pekerjaan serupa di fjord, menjelajahi beberapa pemicu, magnitudo, dan besarnya frekuensi reruntuhan yang bisa terjadi.
"Reruntuhan terbesar dan tsunami terbesar kemungkinan akan terjadi ketika tingkat pengiriman sedimen sangat tinggi tetapi pemicunya jarang terjadi, sehingga ketika reruntuhan terjadi hasilnya sangat besar."
Reporter: Tanti Yulianingsih
Sumber: Liputan6.com
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemerintah perlu memperhatikan penanggulangan bencana Megathrust ini sesuai Undang-Undang tentang Penanggulangan Bencana.
Baca SelengkapnyaBMKG sebelumnya mengatakan, gempa megathrust di Indonesia tinggal menunggu waktu.
Baca SelengkapnyaBMKG mencatat bahwa di Indonesia terdapat banyak potensi gempa akibat pergerakan lempeng di zona megathrust.
Baca SelengkapnyaMeski tinggi risiko, warga di sekitar pantai mengaku tak ingin pindah atau mencari tempat tinggal baru yang lebih aman.
Baca SelengkapnyaNelayan Muara Angke saat ini menghadapi tantangan besar dengan adanya perubahan iklim.
Baca SelengkapnyaDaryono mengatakan, gempa besar pada dua megathrust di Indonesia tinggal menunggu waktu.
Baca SelengkapnyaMenurut Rahma, gempa megathrust memiliki ciri khusus yang siklusnya berulang.
Baca SelengkapnyaBMKG mengimbau kepada masyarakat Indonesia tetap tenang.
Baca SelengkapnyaSuharyanto menerangkan, kesiapsiagaan tersebut dilatarbelakangi prediksi oleh para ilmuan dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Baca SelengkapnyaDari gempa bumi hingga banjir, bencana alam telah menjadi ancaman konstan bagi manusia sepanjang peradaban.
Baca SelengkapnyaTsunami menghantam Jepang usai gempa bermagnitudo 7,4 melanda Prefektur Ishikawa.
Baca SelengkapnyaBPBD DKI Jakarta menyampaikan, beberapa kebutuhan dasar yang harus dibawa masyarakat saat terjadi bencana gempa Megathrust.
Baca Selengkapnya