Ilmuwan Uni Emirat Arab Suntikkan Sampel Covid-19 ke Unta untuk Teliti Antibodi Virus
Merdeka.com - Seorang ilmuwan di Uni Emirat Arab memelopori penelitian untuk mengetahui bagaimana unta – yang kebal virus corona – dapat memberikan jawaban penting terkait cara menangani pandemi global dan merawat pasien yang terinfeksi.
Ahli mikrobiologi hewan dan kepala Laboratorium Penelitian Kedokteran Hewan Pusat di Dubai, Dr. Ulrich Wernery, dan timnya menyuntikkan sampel virus Covid-19 mati ke dalam punuk unta untuk menguji antibodi yang diproduksi hewan padang pasir itu. Hal ini disampaikan Werenery kepada Al Arabiya.
Sementara unta dikenal sebagai inang MERS – penyakit pendahulu Covid-19 yang menyebabkan penyakit pernapasan akut, masalah saluran pencernaan, gagal ginjal, dan kematian – penelitian menunjukkan unta sebenarnya kebal terhadap virus corona baru penyebab Covid-19.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Bagaimana peneliti mengidentifikasi virus di peternakan bulu? Tim peneliti internasional menggunakan teknik yang disebut pengurutan metagenomik, jenis analisis yang memeriksa seluruh sampel DNA dan RNA. Tim meneliti jaringan paru-paru dan usus dari 461 hewan.
-
Siapa ilmuwan yang memimpin penelitian? Untuk menganalisis data dalam jumlah besar ini, ilmuwan utama Dr. Adriana Dutkiewicz bekerja sama dengan ahli dari National ICT Australia (NICTA) untuk mengembangkan peta interaktif menggunakan algoritma.
-
Siapa yang melakukan penelitian tentang penanganan Covid-19 oleh polisi? Disertasi yang berjudul 'Evaluasi Kebijakan Operasi Aman Nusa II dalam Penanganan Covid-19 oleh Polrestabes Bandung,' karya Kombes Pol Dr. Yade Setiawan Ujung, menyoroti peran kritis Polri dalam mengimplementasikan strategi efektif yang mengintegrasikan keamanan dan kesehatan publik.
-
Siapa yang meneliti ular? Dalam sebuah penelitian terbaru yang dilaporkan Scientific American, Senin (24/7), bisa disimpulkan bahwa ular menggunakan pendengarannya untuk menginterpretasikan dunia terhadap suara di udara. Penelitian ini melibatkan 19 ular berbeda dari tujuh spesies.
-
Siapa peneliti yang melakukan penelitian ini? Para peneliti mencatat bahwa bias visual mereka ini bahkan mampu memprediksi persentase suara yang akan diterima oleh masing-masing kandidat.
Menurut Wernery, ini karena unta tidak memiliki reseptor virus – sebuah sel inang yang dikenali virus sebagai gerbang untuk memasuki sel –yang dimiliki manusia dan hewan lain yang membuat mereka rentan terhadap Covid-19.
Dia mengatakan virus MERS-CoV bisa bersarang dalam badan unta, tetapi tidak membuat mereka sakit.
“Dengan Covid-19, virus tidak bisa melekat pada sel mukosa saluran pernapasan unta sebagai reseptor itu karena reseptornya tidak ada atau tumpul,” jelasnya, dikutip dari Al Arabiya, Selasa (4/5).
“Ini membuat semuanya sangat menarik. Di samping manusia, cerpelai, dan kucing – kecil dan besar, seperti harimau dan singa – bisa terinfeksi Covid-19 dan bisa menularkan virus ke kucing lain dan pada manusia dan sebaliknya. Tapi tidak unta.”
Covid-19 ditemukan di beberapa hewan. Gorila di kebun binatang di San Diego adalah prima non manusia pertama yang dites positif virus corona.
Seekor kucing di Surrey, Inggris, menjadi hewan pertama Inggris yang dites positif virus corona. Seekor harimau di Kebun Binatang Bronx juga hewan pertama di AS yang dites positif. Empat singa juga positif virus corona di Kebun Binatang Barcelona. Di Kebun Binatang Kentucky, macan tutul saljut dites positif virus corona.
Varian mutan virus juga ditemukan dalam sebuah cerpelai Denmark, di mana 17 juta ekor cerpelai dimusnahkan. Sherpard Jerman merupakan anjing pertama di AS yang dikonfirmasi positif Covid-19.
Namun demikian, para ilmuwan dan WHO mengatakan risiko binatang menyebarkan Covid-19 ke manusia rendah.
Sementara sumber pasti Covid-19 belum diketahui, ilmuwan WHO yakin virus itu kemungkinan besar berasal dari kelelawar.
Wernery berharap penelitiannya bisa memberikan jawaban lebih jauh terkait Covid-19 dan memberikan opsi pengobatan alternatif.“Kami telah menyuntikkan unta-unta kami dengan virus Covid-19 mati untuk memproduksi antibodi dan kami menggunakan darah ini untuk menetapkan tes yang yang lebih baik untuk diagnosis Covid-19,” jelasnya.
“Kami harap mungkin suatu hari kita bisa menggunakan darah – antibodi – dari unta untuk mengobati manusia melawan infeksi Covid-19,” lanjutnya.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ini merupakan sebuah rekor penciptaan virus yang mampu 'membasmi' manusia dalam 3 hari.
Baca SelengkapnyaSejak 2013, dia sudah bergelut dengan penelitian tentang nyamuk bersama World Mosquito Program Yogyakarta.
Baca SelengkapnyaVaksin flu universal bisa membantu mengatasi berbagai jenis flu dan mutasinya seperti Covid-19.
Baca SelengkapnyaSepanjang 2023, Etana berhasil kembangkan produk bioteknologi dan vaksin.
Baca SelengkapnyaPara ilmuwan mengungkap virus yang menginfeksi bakteri dalam kotoran hewan dan sedang menguji apakah bakteri ini ampuh sebagai antibiotik.
Baca SelengkapnyaPeneliti mengidentifikasi total 125 spesies virus saat meneliti ratusan ekor hewan yang mati di peternakan bulu.
Baca SelengkapnyaSebuah temuan baru dari para ilmuan mengungkap kecanggihan dunia pengobatan di bangsa semut.
Baca SelengkapnyaTemuan dan hasil inovasi sejumlah warga negara Indonesia ini mendapatkan pengakuan ilmiah di kancah internasional.
Baca SelengkapnyaSeorang ilmuwan asal Kyoto University dan Fikui University melakukan penelitian ini.
Baca SelengkapnyaProduksi vaksin dalam negeri dianggap akan mampu mendorong ketahanan kesehatan nasional.
Baca SelengkapnyaTim peneliti menjelajahi lapisan es di Himalaya dan membawa kepingan es-es itu ke laboratorium untuk diperiksa.
Baca Selengkapnya