Indeks Harga Pangan Dunia Capai Angka Tertinggi dalam Enam Tahun Terakhir
Merdeka.com - Organisasi Pangan Dunia (FAO) kemarin mengatakan, indeks harga makanan di dunia mencapai angka tertinggi dalam enam tahun terakhir, khususnya setelah angka itu naik berturut-turut dalam enam bulan terakhir sampai November 2020.
FAO menerbitkan secara berkala indeks harga pangan dunia, yang menghitung rata-rata perubahan harga untuk sekeranjang gandum, minyak, susu dan produk turunannya, daging dan gula. Indeks harga pangan dunia bulan lalu mencapai angka 105, sedikit lebih tinggi dari nilai pada Oktober 2020 yang direvisi menjadi 101.
Indeks harga pangan pada Oktober sebelumnya tercatat pada angka 100,9.
-
Harga bahan pangan apa yang naik? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Dimana harga bahan pangan naik? Tak hanya beras, harga sejumlah bahan pangan di Jakarta terpantau merangkak naik.
-
Apa saja kebutuhan pokok yang harganya naik? Memasuki akhir November, harga sejumlah kebutuhan pokok melambung tinggi. Di pasar tradisional Boyolali, harga gula putih dan gula merah naik drastis. Kenaikan harga gula cukup tinggi hingga mencapai Rp4.000 per kilogram.
-
Bagaimana harga beras di pasaran? Harga beras di pasaran masih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
-
Bagaimana Kemendag mengontrol harga barang kebutuhan pokok? Kementerian Perdagangan turut andil dalam penurunan laju inflasi di tahun 2023, yakni pihaknya rutin melakukan kunjungan ke pasar-pasar di tanah air untuk memantau stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan pokok.
-
Kenapa harga gula naik? Kenaikan harga gula cukup tinggi hingga mencapai Rp4.000 per kilogram. Gula pasir eceran yang biasanya dihargai Rp12.000 per kilogram kini menjadi Rp17.000 per kilogram. Begitu juga dengan gula premium yang semula harganya Rp14.000 per kilogram kini menjadi Rp18.000 per kilogram.
FAO, yang bermarkas di Roma, Italia, melalui pernyataan tertulisnya memprediksi produksi gandum akan tetap sesuai target dan akan mencapai jumlah tertingginya pada tahun ini. Walaupun demikian, FAO telah merevisi target produksi gandum dunia sebanyak tiga kali dalam satu bulan yang sama.
Dilansir Antara mengutip Reuters, Kamis (3/12), harga minyak sayur mempengaruhi kenaikan indeks harga pangan. Komoditas itu naik 14,5 persen (bulan per bulan) akibat gejolak harga minyak sawit dan turunnya persediaan sawit dunia.
Sementara itu, harga gandum naik 2,5 persen pada November dan beberapa komoditas turunannya naik 19,9 persen dari nilai rata-rata pada tahun lalu. Harga ekspor gandum melonjak tinggi akibat "berkurangnya target produksi" di Argentina. Namun, sebagian harga jagung naik karena target produksi yang lebih rendah di Amerika Serikat dan Ukraina.
Harga beras cenderung stabil.
Rata-rata harga gula naik 3,3 persen sejak Oktober 2020 di tengah kekhawatiran adanya kelangkaan akibat ancaman gagal panen karena cuaca buruk, yang diprediksi dialami oleh negara-negara anggota Uni Eropa, Rusia, dan Thailand.
Indeks harga susu juga naik 0,9 persen sampai mencapai angka tertinggi dalam 18 bulan terakhir. Kenaikan itu di antaranya dipengaruhi oleh harga mentega dan keju.
Harga daging juga naik 0,9 persen dan catatan itu mengakhiri turunnya harga daging dalam waktu sembilan bulan berturut-turut. Namun untuk tahun ini, rata-rata harga daging masing turun 13,7 persen.
FAO merevisi target produksi sereal untuk tiga bulan berturut-turut pada tahun ini. Badan pangan dunia itu memangkas target produksi sereal dari 2,75 miliar ton jadi 2,742 miliar ton. Namun, jumlah itu tetap 1,3 persen lebih tinggi daripada nilai tahun lalu.
"Ke depan, proses tanam gandum untuk musim dingin 2021 di belahan utara Bumi tengah berlangsung dan beberapa produksi di beberapa negara penghasil gandum juga akan naik karena didorong harga yang menguntungkan, meskipun kemarau dapat membatasi ekspansi lahan dan mengurangi hasil panen," terang FAO.
Penyerapan gandum dunia pada 2020/2021 diprediksi mencapai 2,744 miliar ton --sedikit berubah dari perkiraan sebelumnya dan naik 1,9 persen jika dibandingkan dengan nilai pada 2019/2020.
Persediaan gandum dunia pada akhir musim dingin 2021 diprediksi mencapai 866,4 juta ton --turun 9,6 juta ton dari perkiraan sebelumnya yang diumumkan pada November.
"Rasio persediaan terhadap penggunaan untuk komoditas gandum dunia akan turun dari 31,8 persen pada 2019/2020 jadi 30,7 pada 2020/2021, nilai itu jadi yang terendah dalam lima tahun terakhir, tetapi masih relatif aman," tambah FAO.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejumlah komoditas pangan rata-rata mengalami kenaikan harga menjelang Lebaran Idul Fitri 2024.
Baca SelengkapnyaKenaikan NTP dipengaruhi oleh beberapa komoditas unggulan nasional seperti gabah, kelapa sawit, jagung dan kakao
Baca SelengkapnyaLonjakan inflasi juga terjadi pada harga gabah di tingkat petani sebesar 5,64 persen secara bulanan, dan 11,34 persen secara tahunan.
Baca SelengkapnyaHarga bahan pangan dari beras, daging, ikan dan aneka bumbu mengalami kenaikan pada 23 Juli 2024.
Baca SelengkapnyaPlt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti mengungkap penyebab harga beras meroket.
Baca SelengkapnyaKonsumsi beras Indonesia dalam Lima tahun terakhir mengalami tren yang meningkat.
Baca SelengkapnyaTak heran, komoditas ini menjadi salah satu penyumbang inflasi di Indonesia tahun 2023.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga gula ini jauh melampaui dari harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp14.500 per kilogram.
Baca SelengkapnyaAngka inflasi ini lebih tinggi dari September 2023 sebesar 0,19 persen.
Baca SelengkapnyaHarga gabah maupun beras masih tinggi dengan harga rata-rata Rp 7000 per kilogram gabah kering.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data dari Panel Harga Bapanas harga pangan pada 29 Juli 2024 mengalami tren kenaikan.
Baca SelengkapnyaHarga gabah di tingkat petani pada Agustus 2024 secara tahunan terpantau masih terus alami kenaikan.
Baca Selengkapnya