Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

India Batasi Akses Komunikasi, Warga Kashmir Dilanda Kecemasan

India Batasi Akses Komunikasi, Warga Kashmir Dilanda Kecemasan Muslim Kashmir berdoa di Masjid Hazratbal. ©REUTERS/Danish Ismail

Merdeka.com - Pascapenghapusan status semi-otonomi yang telah berlangsung selama tujuh dekade oleh pemerintah India, kini warga Kashmir di Himalaya harus menghadapi pemberlakuan jam malam dan pemadaman akses komunikasi. Tak ayal, hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi warga Kashmir yang tinggal di luar wilayah tersebut.

Salah satu warga yang mengalami kekhawatiran itu adalah Altaf Ahmed. Tiga hari sudah Altaf berusaha menghubungi anggota keluarganya di Kashmir. Namun, tidak satu pun telepon atau pesan singkatnya terbalas.

"Saya benar-benar tidak dapat berkata apa-apa mengenai tindakan ini. Apakah ini demokrasi yang dibanggakan banyak orang, ketika orang tak berdaya seperti saya harus berjuang mengikuti aturan kacau dari pemerintah ini?" tanya Altaf, seperti yang dikutip Alaraby pada Rabu (7/8).

Selain Altaf, Junaid, seorang pelajar asal Kashmir yang tengah mengikuti ujian akuntan di New Delhi, India pun mengalami kekhawatiran yang sama. Rekannya, Zahid pulang ke wilayah Kashmir untuk mengunjungi keluarganya, tepat di saat India membuat putusan dramatisnya. Di laporkan Alaraby, pemadaman yang dilakukan India memutus komunikasi antara Junaid dan Zahid.

Di Kashmir sendiri, banyak orangtua tidak mengetahui kabar anak-anaknya yang berada di luar wilayah Kashmir. Pemadaman total yang dilakukan India membuat warga Kashmir kehilangan akses internet dan telepon.

"Saya harus menempuh perjalanan sejauh 300 km untuk berbicara dengan adik saya. Ia tinggal di Punjab (daerah perbatasan Kashmir)," tutur Farzana, warga Kahsmir, kepada The New Arab.

Bukan hanya warga yang mengalami kesulitan akibat tindakan India "mengurung" Kashmir. Aljazeera melaporkan, pascapemberlakuan jam malam dan pemutusan akses komunikasi oleh New Delhi, India, media lokal Kashmir bahkan tidak mampu memperbarui isi situs beritanya sejak Minggu (4/8).

Pascapencabutan status daerah khusus untuk Kashmir, kekuasaan wilayah tersebut secara otomatis dipegang sepenuhnya oleh pemerintah India. Keputusan itu menimbulkan gejolak di wilayah Kashmir, karena banyak warga yang tidak setuju jika mereka berada di bawah pemerintahan India.

Alaraby melaporkan, untuk menekan protes terhadap putusan tersebut, India bahkan menutup sekolah di Kashmir. Tak hanya itu, pemimpin setempat pun ditahan. Dikabarkan bahwa pemerintah India telah mengerahkan puluhan ribu pasukan ke wilayah Kashmir, dan memerintahkan seluruh wisatawan untuk meninggalkan wilayah tersebut. Bahkan, terjadi pula pembatasan bagi jurnalis yang ingin meliput perkembangan terkait Kashmir.

Menanggapi konflik yang terjadi, para kritikus menilai tindakan ini sebagai perubahan yang tidak konstitusional dari upaya pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi untuk memperluas wilayah demografi. Banyak pihak telah memperingatkan langkah yang diambil pemerintahan India itu. Langkah ini dinilai akan memicu ketidakstabilan regional dan kerusuhan. Selain itu, keputusan ini juga dapat menimbulkan perselisihan dengan Pakistan, yang mengendalikan wilayah Azad, Jammu, dan Kashmir dekat bagian kekuasaan India.

Namun, Partai Bharatiya Janata (BJP) yang merupakan partai pendukung pemerintah memiliki pendapat berbeda. Menurut BJP, keputusan penghapusan status daerah istimewa Kashmir akan membawa stabilitas dan ketertiban di wilayah tersebut.

Kini, jelang libur perayaan Iduladha, warga Kashmir yang mayoritas Muslim pun dilanda dilema. Alaraby melaporkan, ratusan pelajar dan pegawai asal Kashmir yang telah menantikan momen bersama keluarga di hari raya Iduladha, merasa ketakutan akan apa yang akan terjadi di Kashmir. Mengingat, India telah memperkuat penjagaan militernya di sekeliling wilayah Kashmir.

"Saya berada dalam dilema tentang apakah harus pulang ke rumah, atau tinggal di New Delhi. Sejak 50 jam terakhir, saya tidak dapat bicara dengan orangtua saya," ucap Irfan Amin, seperti ditulis Alaraby Rabu kemarin.

Reporter Magang: Anindya Wahyu Paramita

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Cerita Pria Bergelar Doktor, Berjualan Jus di Pinggir Jalan karena Minim Lapangan Kerja
Cerita Pria Bergelar Doktor, Berjualan Jus di Pinggir Jalan karena Minim Lapangan Kerja

Dia terpaksa melakukan tindakan nekat, seperti mendirikan warung pinggir jalan, demi bertahan hidup.

Baca Selengkapnya
FOTO: Potret Miris Hamparan Salju Menghilang dari Resor Ski di Himalaya
FOTO: Potret Miris Hamparan Salju Menghilang dari Resor Ski di Himalaya

Sebuah resor ski di Gulmarg, Kashmir, India, kehilangan hamparan salju putih karena perubahan iklim.

Baca Selengkapnya
Potret Desa di Jambi 30 Tahun Tanpa Internet, Warga Harus Tempuh 12 KM untuk Online
Potret Desa di Jambi 30 Tahun Tanpa Internet, Warga Harus Tempuh 12 KM untuk Online

Pembangunan infrastruktur telekomunikasi di Provinsi Jambi belum merata. Desa Rantau kermas contohnya.

Baca Selengkapnya
Israel Hancurkan 80 Persen Jaringan Komunikasi di Gaza, Warga Palestina Hidup Tanpa Ponsel dan Internet Selama 8 Hari
Israel Hancurkan 80 Persen Jaringan Komunikasi di Gaza, Warga Palestina Hidup Tanpa Ponsel dan Internet Selama 8 Hari

Ini adalah periode terpanjang matinya jaringan komunikasi sejak agresi Israel dimulai pada 7 Oktober 2023.

Baca Selengkapnya
"Aku Menulis Ini Seandainya Seseorang Menemukan Mayatku di Gaza"

Agresi brutal Israel di Jalur Gaza, Palestina, dimulai sejak 7 Oktober dan telah menewaskan lebih dari 10.000 warga sipil.

Baca Selengkapnya
40 KK Kelompok Tani Tinggal di Kampung Susun Bayam Tanpa Listrik dan Air
40 KK Kelompok Tani Tinggal di Kampung Susun Bayam Tanpa Listrik dan Air

Mereka menghuni tanpa izin dari PT Jakarta Propertindo (Jakpro) selaku pengelola kampung susun itu.

Baca Selengkapnya
FOTO: Dahsyatnya Tanah Longsor Dipicu Hujan Lebat di Wilayah Himalaya India,  50 Orang Tewas
FOTO: Dahsyatnya Tanah Longsor Dipicu Hujan Lebat di Wilayah Himalaya India, 50 Orang Tewas

Jumlah korban tewas diperkirakan bisa meningkat karena lebih dari 20 orang masih terperangkap atau hilang.

Baca Selengkapnya
Hari Gini Belum Pakai Listrik, Begini Potret Kampung di Pelosok Tasikmalaya Memprihatinkan 'KWH-nya Belum Sampai ke Sini'
Hari Gini Belum Pakai Listrik, Begini Potret Kampung di Pelosok Tasikmalaya Memprihatinkan 'KWH-nya Belum Sampai ke Sini'

Berada di ujung Tasikmalaya, daerah tersebut nampak dikelilingi hutan belantara.

Baca Selengkapnya
Suku di Kaltim Ini Terancam Punah Karena Pembangunan IKN
Suku di Kaltim Ini Terancam Punah Karena Pembangunan IKN

Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, dikhawatirkan mengusir masyarakat adat dari tanahnya.

Baca Selengkapnya
Kisah Kampung di Pelosok Gunung Tasikmalaya yang Belum Teraliri Listrik, Warga hanya Bisa Pakai Satu Lampu di Rumah
Kisah Kampung di Pelosok Gunung Tasikmalaya yang Belum Teraliri Listrik, Warga hanya Bisa Pakai Satu Lampu di Rumah

Selain rutenya sulit dilalui, warga di kampung ujung ini hanya bisa memakai satu lampu untuk satu rumah.

Baca Selengkapnya
Berkat IKN, Kadis Kominfo Kaltim Sebut Pembangunan Jaringan Telekomunikasi Meningkat Pesat
Berkat IKN, Kadis Kominfo Kaltim Sebut Pembangunan Jaringan Telekomunikasi Meningkat Pesat

Setelah Kaltim ditunjuk menjadi bagian dari Ibu Kota Nusantara (IKN), pembangunan jaringan telekomunikasi meningkat pesat.

Baca Selengkapnya
Temuan BRIN: IKN Nusantara Terkesan Asal Serobot Tanah Warga
Temuan BRIN: IKN Nusantara Terkesan Asal Serobot Tanah Warga

Masyarakat sekitar Penajam Paser Utara memang tidak menunjukan penolakannya terhadap IKN Nusantara.

Baca Selengkapnya