Indonesia & 20 Negara di Dunia Hentikan Penggunaan Vaksin AstraZeneca
Merdeka.com - Puluhan negara di dunia, terbanyak di Eropa, telah menghentikan sementara penggunaan vaksin Covid-19 AstraZeneca akibat kekhawatiran suntikan vaksin mungkin telah menyebabkan beberapa penerima mengalami penggumpalan darah.
Pada Selasa, Swedia dan Latvia menjadi negara terbaru yang menghentikan penggunaan vaksin ini, menyusul Jerman, Italia, Prancis, Spanyol, Denmark, Norwegia, dan Belanda.
Pada Selasa, WHO menggelar pertemuan untuk meninjau data keamanan vaksin yang tersedia, walaupun lembaga PBB ini telah berulang kali mengungkapkan kepercayaannya terkait keamanan vaksin AstraZeneca. Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus tidak ada bukti adanya keterkaitan vaksin dengan penggumpalan darah.
-
Kenapa negara termiskin kesulitan beli vaksin? Ini terlepas fakta bahwa negara termiskin juga berjuang untuk membeli dan meluncurkan vaksin COVID-19 untuk melawan pandemi.
-
Kenapa vaksin dalam negeri penting? Hal ini disampaikannya saat meresmikan fasilitas produksi vaksin PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia di Kabupaten Bogor, pada Rabu (11/9). Menkes Budi menekankan bahwa pengalaman sukses dalam mengembangkan Vaksin Merah Putih menunjukkan betapa krusialnya memiliki berbagai jenis vaksin untuk memastikan keamanan kesehatan masyarakat.
-
Apa dampaknya jika anak tidak divaksinasi? Tidak memberi vaksin pada anak bisa menyebabkan sejumlah dampak kesehatan yang tidak diinginkan.
-
Siapa yang terlibat dalam produksi vaksin dalam negeri? Salah satu proyek unggulannya adalah pengembangan Vaksin Merah Putih atau INAVAC yang bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair).
-
Siapa saja yang berisiko karena anak tidak divaksinasi? Anak yang tidak divaksinasi juga membawa risiko bagi anggota keluarga lainnya.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
Dikutip dari Al Jazeera, Rabu (17/3), lebih dari 17 juta orang telah menerima vaksin AstraZeneca di Inggris dan Uni Eropa sampai saat ini, dengan kurang dari 40 kasus penggumpalan darah dilaporkan sampai pekan lalu. Demikian disampaikan AstraZeneca, perusahaan multinasional Inggris-Swedia, pada Minggu.
Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) pada Selasa mempertegas kembali pendirinya bahwa vaksin AstraZeneca aman dan dan manfaatnya lebih besar daripada risiko apa pun karena infeksi dan kematian virus corona terus berlanjut. EMA akan merilis hasil penyelidikannya terkait pendarahan, penggumpalan darah, dan penurunan trombosit pada penerima vaksin pada Kamis.Tapi jaminan dari EMA dan WHO tak bisa mengurangi keraguan akan vaksin tersebut. Ini 21 negara di dunia yang menghentikan penggunaan vaksin AstraZeneca sampai saat ini:
Indonesia, Thailand, Republik Demokratik Kongo
Pada 15 Maret, Menteri Kesehatan Indonesia, Budi Gunadi Sadikin mengumumkan akan menunda vaksinasi menggunnakan vaksin Covid-19 AstraZeneca.
“BPOM menunda penggunaan (vaksin) AstraZeneca sambil menunggu konfirmasi dari WHO,” jelas Menkes Budi.
Indonesia menerima 1,1 juta dosis vaksin AstraZeneca melalui program COVAX WHO bulan ini dan rencananya akan menerima 10 juta dosis lagi dalam dua bulan ke depan.
Thailand adalah negara pertama di luar Eropa yang menghentikan penggunaan vaksin AstraZeneca pada 12 Maret. Namun demikian, Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha menjadi orang pertama yang menerima vaksin tersebut pada 16 Maret.
Sementara itu di Benua Afrika, Republik Demokratik Kongo (RDK) mengumumkan keputusan yang sama pada 12 Maret. RDK menerima 1,7 juta vaksin AstraZeneca melalui program COVAX pada 2 Maret tapi belum memulai program vaksinasi.
Belanda, Austria, Denmark, Irlandia
Pada 15 Maret, Badan pengawas obat Belanda menyampaikan pihaknya menemukan 10 kasus efek samping, beberapa jam setelah pemerintah menghentikan vaksinasi.
The Pharmacovigilance Centre Lareb mengatakan insiden yang dilaporkan termasuk kasus kemungkinan trombosis atau emboli (penggumpalan darah), tetapi tidak ada yang termasuk penurunan jumlah trombosit, seperti yang dilaporkan di Denmark dan Norwegia.
Vaksin tidak akan digunakan hingga setidaknya 29 Maret sebagai tindakan pencegahan.
Sementara itu Austria telah menghentikan penggunaan vaksin AstraZeneca sejak 7 Maret sembari dilakukan penyelidikan terhadap kematian akibat gangguan koagulasi dan penyakit dari emboli paru.
Denmark mengumumkan keputusan yang sama pada 11 Maret dan menghentikan penggunaan vaksin AstraZeneca selama dua pekan, menyusul laporan penggumpalan daerah di beberapa orang yang telah divaksinasi.
Badan pengawas obat Denmark kemudian mengatakan lansia perempuan berusia 60 tahun yang meninggal akibat penggumpalan darah setelah divaksinasi mengalami gejala yang “sangat tidak biasa”.
Perempuan tersebut mengalami penurunan jumlah trombosit dan gumpalan kecil dan besar di pembuluh darahnya, termasuk juga pendarahan.
Irlandia mengumumkan penghentian penggunaan vaksin AstraZeneca pada 14 Maret.
Komite Penasihat Imunisasi Nasional Irlandia (NIAC) merekomendasikan penangguhan sambil menunggu informasi lebih lanjut dari EMA.
Islandia dan Norwegia
Islandia pada 11 Maret menangguhkan vaksinasi menggunakan produk vaksin AstraZeneca sembari menunggu hasil penyelidikan EMA.
Pada hari yang sama, Norwegia juga menyampaikan penghentian penggunaan vaksin, sebagai peringatan di tengah laporan kemungkinan efek samping yang serius.
Pada 13 Maret, otoritas kesehatan Norwegia mengungkapkan tiga petugas kesehatan - semuanya berusia di bawah 50 tahun - yang baru-baru ini menerima vaksin AstraZeneca sedang dirawat di rumah sakit karena pendarahan, pembekuan darah dan jumlah trombosit darah yang rendah.
“Kami tidak tahu apakah kasus tersebut terkait dengan vaksin,” kata Sigurd Hortemo, seorang dokter senior di Badan Pengawas Obat Norwegia.
Latvia, Jerman, Prancis
Otoritas kesehatan Latvia mengumumkan pada 16 Maret penghentian sementara sampai dua pekan penggunaan vaksin AstraZeneca.
Langkah tersebut diambil sebagai tindakan pencegahan sementara vaksin diselidiki. Sejauh ini tak ada masalah efek samping yang dilaporkan di Latvia.
Pada 15 Maret, pemerintah Jerman juga mengumumkan penghentian penggunaan vaksin AstraZeneca.
Kementerian Kesehatan Jerman menyampaikan, keputusan tersebut diambil sebagai sebuah “pencegahan” dan atas saran regulator vaksin nasional Jerman, Paul Ehrlich Institute, yang menyerukan penyelidikan lebih jauh.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron pada 15 Maret mengumumkan negaranya menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca sembari menunggu penyelidikan EMA.
“Keputusan telah dibuat untuk menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca sebagai tindakan pencegahan, berharap kita bisa melanjutkannya secepatnya jika (hasil) peninajauan EMA mengizinkan,” jelas Macron dalam konferensi pers.
Macron tidak mengelaborasi alasan keputusan tersebut tapi mengatakan dia berharap Prancis bisa memvaksinasi lagi warganya dengan vaksin AstraZeneca segera.
Swedia, Italia
Pada 16 Maret, otoritas kesehatan Swedia menghentikan penggunaan vaksin AstraZeneca sebagai langkah pencegahan.
“Badan Kesehatan Masyarakat Swedia telah memutuskan untuk menghentikan penggunaan vaksin Covid-19 AstraZeneca sampai penyelidikan EMA terhadap efek samping vaksin selesai,” jelas badan tersebut dalam sebuah pernyataan.
Badan Pengawas Produk Medis Swedia mengatakan sehari sebelumnya, pihaknya telah mencatat 10 kasus penggumpalan darah dan satu kasus penurunan trombosit di antara orang-orang yang menerima vaksin AstraZeneca.
Otoritas kesehatan Italia pada 15 Maret menyampaikan pihaknya bergabung dengan negara Eropa lainnya untuk menghentikan penggunaan vaksin AstraZeneca.
Langkah tersebut diambil beberapa hari setelah regular obat Italia, AIFA melarang penggunaan suntikan tunggal vaksin AstraZeneca sebagai tindakan pencegahan sembari menyatakan tidak ada kaitan pasti dengan dugaan efek samping.
“AIFA telah memutuskan untuk memperpanjang larangan penggunaan vaksin Covid-19 AstraZeneca di seluruh Italia sebagai tindakan pencegahan dan sementara menunggu keputusan EMA,” jelas AIFA dalam pernyataannya.
Spanyol, Luksemburg, Siprus, Portugal
Pada 15 Maret, Spanyol mengumumkan pihaknya akan menghentikan penggunaan vaksin AstraZeneca selama setidaknya dua pekan untuk memberikan kesempatan pada para ahli untuk menyelidiki keamanannya.
“Kami telah memutuskan untuk menghentikan sementara (penggunaan vaksin AstraZeneca) sebagai pencegahan,” jelas Menteri Kesehatan Spanyol, Carolina Darias kepada wartawan.
Luksemburg juga mengumumkan keputusan yang sama pada 15 Maret, menyebutnya sebagai tindakan pencegahan sampai adanya laporan penyelidikan EMA.
Sementara Siprus menyampaikan penghentian penggunaan vaksin ini mulai 15 Maret sampai 18 Maret.
Kepala otoritas kesehatan Portugal DGS, Graca Freitas menyampaikan dalam konferensi pers pada 15 Maret, efek samping vaksin AstraZeneca yang dilaporkan “sangat parah” tapi “sangat langka”, dan menambahkan tak ada kasus penggumpalan darah dan efek samping lainnya yang dilaporkan di negaranya.
Portugal juga menghentikan sementara penggunaan vaksin AstraZeneca dan diharapkan tinjauan ilmiah terhadap vaksin tersebut segera rampung akhir pekan ini.
Slovenia, Bulgaria, Rumania
Slovenia mengumumkan penghentian sementara penggunaan vaksin AstraZeneca pada 15 Maret. Menteri Kesehatan Slovenia, Janez Poklukar mengatakan pemerintah telah mengambil keputusan dalam rangka “memastikan tingkat kemungkinan paling tinggi” terkait keamanan vaksin.
Bulgaria mulai menghentikan penggunaan vaksin pada 12 Maret setelah laporan seorang perempuan 57 tahun meninggal beberapa jam setelah divaksinasi.
Perdana Menteri Bulgaria, Boyko Borissov mengatakan suntikan vaksin AstraZeneca akan dihentikan sampai semua keraguan hilang dan ada jaminan vaksin tak akan menimbulkan risiko bagi penerima.
Perempuan tersebut diyakini meninggal karena gagal jantung; hasil otopsi tak menemukan penggumpalan darah.
Rumania juga menghentikan sementara penggunaan vaksin AstraZeneca pada 11 Maret, sembari menunggu hasil tinjauan EMA.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Badan Pengawas Obat Eropa juga telah melarang peredaran vaksin ini.
Baca SelengkapnyaBelakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
Baca SelengkapnyaKomnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaMenkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca SelengkapnyaJamie Scott, seorang pria beranak dua mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin itu p
Baca SelengkapnyaEpidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, ada kemungkinan kasus TTS dipicu vaksin AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaHebohnya kasus TTS berawal dari gugatan yang dilayangkan Jamie Scott ke Pengadilan Tinggi Inggris.
Baca SelengkapnyaIndonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.
Baca SelengkapnyaBeberapa waktu terakhir terjadi lonjakan kasus Covid-19 yang cukup signifikan di Indonesia.
Baca Selengkapnya