Ini yang Paling Ditakuti Barat dari Sosok Xi Jinping
Merdeka.com - Xi Jinping terpilih kembali menjadi pemimpin tertinggi China, mengamankan jabatan periode ketiganya pada Minggu melalui kongres Partai Komunis. Xi (69) muncul lagi dengan kekuatan yang lebih besar dari sebelumnya, menduduki jabatan tertinggi di partainya bersama para para sekutu setianya.
Lingkaran dalam Xi yang setia tidak hanya memperkuat posisinya dalam kekuasaan, tapi juga memperkuat cengkeramannya pada masa depan China.
Di mata Xi, China semakin dekat untuk mencapai mimpinya, salah satunya mendapat tempat teratas di panggung dunia. Namun jalan menuju ke sana tidak mudah dan banyak tantangan.
-
Siapa bos China yang membuat pernyataan kontroversial? Dalam perkembangan terbaru, ia telah meminta maaf atas komentarnya yang kontroversial.
-
Apa arti dari Gong Xi Fa Cai? 'Gong Xi Fa Cai' jika diterjemahkan secara harfiah berarti 'semoga kekayaan Anda melimpah.'
-
Mengapa Tiongkok penting untuk kemendag? Republik Rakyat Tiongkok mitra ASEAN terbesar sejak 2009. Tiongkok adalah sumber investasi asing terbesar keempat di antara mitra-mitra dialog ASEAN. Melihat peran ASEAN dan Tiongkok yang penting bagi kawasan, kerja sama antara kedua belah pihak harus terus ditingkatkan,“ kata Zulkifli Hasan.
-
Siapa saja mantan pejabat Partai Komunis China yang bekerja di Temu? Perusahaan induk dari perusahaan e-commerce, Temu yang berbasis di Tiongkok mempekerjakan sekelompok mantan pejabat Partai Komunis Tiongkok di antara para eksekutif puncaknya.
-
Siapa yang dilantik sebagai Presiden? Pada tahun 2024, pelantikan ini akan menjadi penutup dari rangkaian Pemilihan Umum yang telah berlangsung, di mana Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka terpilih sebagai presiden dan wakil presiden.
-
Siapa yang dilantik menjadi Presiden? Pelantikan Mikhail Gorbachev Sebagai Presiden Uni Soviet pada 15 Maret 1990
Menurut laporan kerja Xi saat kongres, tantangan itu muncul dari "situasi internasional yang suram dan kompleks," dengan "upaya eksternal untuk menekan dan menahan China".
"Xi kemungkinan akan mengontrol dengan ketat dan terlibat dalam semua keputusan kebijakan luar negeri utama," jelas direktur Proyek Tenaga China Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), Bonny Lin, dikutip dari CNN, Senin (24/10).
Lin menambahkan, kepemimpinan Xi di puncak dan keberadaan loyalisnya akan memungkinkan Xi mengontrol dan memberikan pengaruh dengan lebih baik.
Setiap keputusan dan bagaimana dia melaksanakan keputusan itu akan berdampak besar pada dunia. Termasuk bagaimana hubungan Xi dengan Barat.
Hubungan antara China dan Barat berubah dramatis dengan memburuknya hubungan Amerika Serikat (AS)-China karena perang perdagangan dan teknologi, gesekan terkait Taiwan, Covid-19, catatan hak asasi manusia Beijing dan penolakannya untuk mengecam perang Rusia di Ukraina.
Laporan kerja Xi, rencana aksi lima tahunan yang disampaikan selama kongres, menunjuk pada "perubahan drastis" pada lanskap internasional, termasuk "upaya eksternal untuk mengancam, menahan, memblokade, dan memberikan tekanan maksimum" pada China – istilah yang sering digunakan diplomat China untuk mengecam tindakan AS.
"Jelas bahwa Xi melihat China telah memasuki periode terutama perjuangan di arena internasional daripada periode peluang," kata Andrew Small, penulis buku "No Limits: The Inside Story of China’s War with the West."
Dia melanjutkan, ada perkiraan hubungan akan semakin memburuk yang akan membuat China jadi jauh lebih terbuka untuk terlibat dalam persaingan sistemik dengan Barat.
"Ketegasan yang lebih besar, posisi yang lebih bermusuhan secara ideologis, lebih banyak upaya untuk membangun kontra-koalisi sendiri, dan dorongan yang lebih besar untuk menopang posisi China di negara berkembang," jelasnya.
Tekanan-tekanan ini juga kemungkinan akan berdampak pada hubungan dekat Beijing dengan Moskow. Walaupun China telah berusaha tampil sebagai aktor netral dalam perang di Ukraina, China menolak mengecam Rusia dan malah menyalahkan Barat atas konflik tersebut – sebuah dinamika yang mungkin juga tidak mungkin berubah.
Soal Taiwan dan perekonomian
Dalam pembukaan kongres pada 16 Oktober, Xi mendapat tepuk tangan riuh dan panjang dari 2.300 delegasi saat berjanji menyatukan kembali China daratan dengan Taiwan.
Di bawah Xi, Beijing melakukan tekanan militer pada Taiwan dengan mengerahkan pesawat tempurnya dan melakukan latihan perang di dekat pulau tersebut.
Tiba-tiba, He Weldong diangkat menjadi wakil kepala Komisi Militer Pusat. Weldong merupakan mantan komandan Komando Medan Timur Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) yang mengawasi Selat Taiwan.
"Ini menunjukkan bahwa Xi menanggapi dengan sangat serius kemungkinan krisis atau konflik militer dan ingin memastikan bahwa PLA siap," kata Lin.
"Saya tidak percaya Xi akan menggunakan kekuatan yang signifikan terhadap Taiwan, tetapi dia mengambil langkah-langkah untuk bersiap melakukannya."
Laporan kerja Xi juga menguraikan ambisi China untuk menjadi lebih mahir dalam mengerahkan pasukan militernya secara teratur, dan dengan cara yang beragam, untuk memungkinkannya “memenangkan perang lokal.”
Andrew Small mengatakan ada sejumlah titik risiko eskalasi di Selat Taiwan di tahun-tahun mendatang, termasuk saat pemilihan presiden Taiwan pada 2024.
Xi berjanji pintu China ke dunia akan semakin luas dan pembangunan akan "menciptakan lebih banyak peluang bagi dunia."
"China tidak dapat berkembang secara terpisah dari dunia, dan dunia juga membutuhkan China untuk perkembangannya," kata Xi.
Janji Xi tampaknya tidak banyak membantu meyakinkan investor. Pada Senin kemarin, pasar saham Hong Kong - di mana banyak perusahaan terbesar China terdaftar - mengalami hari terburuk sejak krisis keuangan global 2008.
Taruhannya tinggi bagi China, bagaimana ekonomi terbesar kedua di dunia menavigasi tantangan ini, terutama pada saat di mana risiko resesi ekonomi global membayangi.
Minat nyata Xi dalam mengintegrasikan keamanan domestik dan internasional dapat "diterjemahkan ke kebijakan seperti sanksi terhadap perusahaan asing, (dan) lebih banyak birokrasi ketika ada investasi asing di perusahaan teknologi China,” menurut Victor Shih, pakar politik elit China di Universitas California San Diego.
Kendati Xi mengatakan bahwa memajukan "kedudukan dan pengaruh internasional" China, termasuk dengan mendukung pembangunan global, adalah salah satu tujuan utamanya untuk lima tahun ke depan, Beijing mungkin tidak lagi dapat mengandalkan tingkat keterlibatan ekonomi yang sama untuk melakukannya di dunia semakin terbelah.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Presiden China, Xi Jinping mencopot menterinya gara-gara hal sepele. Sang menteri tidak nongol di publik beberapa waktu terakhir.
Baca SelengkapnyaPutin dan Xi Jinping kompak mengutuk rival mereka Amerika Serikat sebagai penabur kekacauan di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaXi Jinping mengatakan dirinya siap mendukung kepemimpinan kuat Prabowo dan jajarannya.
Baca SelengkapnyaMengingat hampir 2 tahun belakangan para kepala negara tersebut makin sering bertemu dalam berbagai kesempatan.
Baca SelengkapnyaChina Salip AS, Jadi Negara dengan Kekuatan Diplomatik Nomor 1 di Dunia
Baca SelengkapnyaMomen pelantikan Vladimir Putin sebagai Presiden Rusia periode ke-5 berlangsung mewah di Istana Kremlin, Moskow.
Baca SelengkapnyaPertemuan BRICS di kota Kazan, Rusia, adalah yang pertama sejak blok tersebut menambahkan lima anggota baru.
Baca SelengkapnyaXi Jinping merasa senang Prabowo menjadikan China sebagai negara pertama yang dikunjungi usai dilantik jadi presiden.
Baca SelengkapnyaJokowi mempromosikan sejumlah proyek yang tengah dilakukan Indonesia.
Baca SelengkapnyaDengan kemenangan ini Putin akan menjadi presiden terlama Rusia melampaui diktator Uni Soviet, Joseph Stalin.
Baca SelengkapnyaSaat pertemuan dengan Presiden China, Menhan Prabowo menyampaikan salam hangat dari Presiden RI Joko Widodo dan apresiasinya atas sambutan yang hangat.
Baca SelengkapnyaDubes Wang Lutong menyerukan China dan Indonesia memperkuat persahabatan dan memperluas kerja sama di tingkat bilateral dan global.
Baca Selengkapnya