Iran Pakai Bangunan Masjid Jadi 'Pabrik' Masker dan Sarung Tangan
Merdeka.com - Stok masker di Iran menipis seiring dengan wabah corona yang melanda negeri itu yang menewaskan hampir 4.000 orang. Pemerintah Iran mengerahkan warganya untuk memproduksi masker dengan menggunakan bangunan masjid yang diubah menjadi 'pabrik' masker sementara.
Seperti yang dilakukan di Masjid Imamzadeh-Masum di distrik barat daya Teheran Iran. Para wanita yang dikerahkan, merupakan ibu-ibu rumah tangga setempat.
Di sebuah masjid di Teheran yang diubah menjadi pabrik, para sukarelawan wanita yang biasanya mendatangi para pengunjung ke medan perang lama perang Iran-Irak telah bergabung dalam perang melawan virus corona.
-
Aturan apa yang dicabut tentang masker? Pemerintah Indonesia akhirnya mencabut kebijakan wajib menggunakan masker bagi masyarakat di tempat umum. Kebijakan tersebut tertuang dalam Surat Edaran (SE) Nomor 1 Tahun 2023 tentang Protokol Kesehatan pada Masa Transisi Endemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
-
Bagaimana cara menggunakan masker? Masker sebaiknya digunakan sekitar 1-3 kali seminggu, tergantung jenis kulit. Misalnya, masker clay cocok untuk kulit berminyak dan sebaiknya digunakan setelah toner. Sementara sheet mask bisa diterapkan setelah toner tetapi sebelum serum untuk memberikan hidrasi tambahan.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
Berbaris seperti pekerja pabrik, sekitar 15 wanita telah mengambil posisi di depan mesin jahit meja untuk menghasilkan masker wajah.
"Kelompok kami biasanya pergi ke (lokasi) medan perang perang Iran-Irak setiap tahun untuk melayani pengunjung," kata Fatemeh Saidi, seorang wanita berusia 27 tahun yang terlibat dengan suaminya, mengatakan kepada AFP seperti dikutip, Rabu (8/4).
Setiap tahun, kelompok yang terdiri dari sekitar 40 wanita ini melakukan perjalanan ke lokasi medan perang perang 1980-1988 yang dikunjungi kaum muda selama liburan Tahun Baru Persia sebagai bagian dari pendidikan mereka.
"Tahun ini, karena penyebaran coronavirus, perjalanan antar kota dilarang dan kami tidak dapat pergi ke sana," kata Saidi.
"Jadi, kami datang ke sini untuk melayani rekan-rekan kami. Kami sudah mengerjakan ini selama lebih dari sebulan," tambahnya.
Saat para ibu-ibu menjahit, beberapa orang bertugas memotong dan menyortir masker, yang ditempatkan dalam ember. Ibu-ibu yang lain melipat dan mengatur lembaran bahan masker cetak saat diproduksi.
Di bagian lain masjid, para lelaki yang duduk di atas sajadah membuat sarung tangan plastik dengan alat segel panas.
"Kami mendistribusikan produk-produk ini ke rumah sakit dan daerah yang kekurangan di Teheran dan beberapa kota lain,"
Salah satu sukarelawan tidak merahasiakan alasan agama atas kontribusinya. Baginya, keterlibatannya sama dengan "membuat hati Imam Zaman bahagia", nama lain untuk Mahdi, yang terakhir dari 12 imam suci yang dihormati oleh penganut Syiah.
Bagi mereka, ini adalah tugas yang mereka lihat sebagai peran mereka dalam upaya nasional untuk memerangi pandemi Covid-19.
Iran hingga kini masih menjalani sanksi dari Amerika Serikat sejak 2018 lalu, sehingga kesulitan mendapatkan bantuan dari negara-negara lain untuk alat-alat medis.
"Situasi kita dua kali lebih sulit karena kita menghadapi sanksi dan virus korona," kata Presiden Hassan Rouhani pada hari Senin lalu.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Markas Mossad ini berada di Erbil, wilayah semi otonomi Kurdish.
Baca SelengkapnyaLonjakan kasus penyakit mirip influenza ini membuat sebuah RS di China penuh. Banyak pasien anak-anak yang terpaksa dirawat di koridor dan tangga rumah sakit.
Baca SelengkapnyaLedakan tersebut terjadi saat sebuah prosesi digelar dekat Masjid Saheb al-Zaman di Kota Kerman, Iran.
Baca SelengkapnyaSerangan bom terjadi ketika banyak orang berkumpul untuk memperingati empat tahun kematian Qassim Sulaimani, yang dibunuh Amerika Serikat di Irak.
Baca SelengkapnyaSebuah masjid megah bernama Khalid bin Walid di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Palestina, hancur lebur dalam serangan udara terbaru Israel.
Baca SelengkapnyaArab saudi Umumkan 1.301 Jemaah Haji Meninggal Tahun Ini, Sebagian Tidak Terdaftar Resmi
Baca SelengkapnyaMasjid Asosiasi Muslim Ukraina rusak akibat serangan rudal Rusia yang menghancurkan gedung di dekatnya di Kyiv.
Baca SelengkapnyaLebih dari 1000 Jemaah Haji Meninggal karena Cuaca Panas Ekstrem, Jenazah Banyak Tergeletak di Pinggir Jalan
Baca SelengkapnyaKementerian Kesehatan membuat catatan ada 136 jemaah haji yang meninggal dunia
Baca SelengkapnyaNegara pertama yang tidak memiliki bangunan masjid adalah Slovakia.
Baca SelengkapnyaSehari sebelumnya, para ulama di Serang, Banten juga bersatu menolak adanya industri minuman keras dalam bentuk Penandatanganan Petisi Dukungan Para Ulama.
Baca SelengkapnyaPenyebab pasti kebakaran tersebut masih belum diketahui. Laporan awal menyiratkan api bermula setelah kembang api dinyalakan di dalam gedung.
Baca Selengkapnya