Isu Sektarian India di Tengah Pandemi Covid-19, Dokter Tolak Rawat Pasien Muslim
Merdeka.com - Seorang dokter di daerah Mathura, Uttar Pradesh, India, diduga menolak pasien dari kalangan Muslim, mengatakan: "Kami hanya akan merawat yang Hindu, bukan Muslim."
Sejumlah aktivis mengatakan, dokter itu tertangkap tengah menolak sejumlah pasien Muslim. Persoalan ini adalah aksi dugaan sektarianisme terbaru di dunia kesehatan India selama pengurungan (lockdown) nasional karena virus corona.
Sebuah video dibagikan di media sosial menunjukkan tindakan dokter tersebut.
-
Kenapa Ganesh Baraiya ditolak jadi dokter? Meskipun hasil tesnya bagus, Dewan Medis India tetap menolak permohonan Ganesh karena tinggi badannya hanya 1 meter, dengan alasan bahwa ia tidak akan sanggup menjalankan tugasnya dalam kasus darurat nantinya.
-
Kenapa Dharma Pongrekun menolak istilah COVID-19? 'Saya sangat memahami mengenai pandemi ini. Ini adalah agenda tersembunyi dari luar negeri untuk mengambil alih kedaulatan negara kita. Hal ini menunjukkan betapa lemahnya bangsa ini hingga harus mengikuti istilah yang ditetapkan, mengapa tidak menggunakan istilah Tofik, kenapa harus mengikuti COVID?,' ungkap Dharma.
-
Kenapa warga Baduy menolak dirujuk ke rumah sakit? Mereka menolak dirujuk ke RSUD Banten dengan berbagai alasan. Salah satunya karena takut mengeluarkan biaya perawatan medis cukup besar, karena mereka tidak memiliki BPJS Kesehatan.Alasan lainnya, takut terlalu lama menjalani perawatan medis di RSUD Banten. Apalagi, mereka biasanya lebih pada pengobatan tradisi ritual Kawalu.
-
Siapa yang dirawat di rumah sakit? Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, saat ini dirawat di rumah sakit akibat infeksi pernapasan.
-
Apa bentuk pelanggaran etika oleh dokter Israel? Keterlibatan tenaga medis secara nyata dalam penyiksaan tahanan dilarang oleh Deklarasi Tokyo Asosiasi Kedokteran Dunia.
-
Siapa yang dilarang masuk ke Mekkah untuk haji? Kementerian Agama menegaskan hanya jemaah pemilik visa haji yang dapat mengikuti rangkaian puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna).
Video ini muncul di tengah laporan pada pertengahan April sebuah rumah sakit di India menempatkan pasien Muslim Covid-19 di bangsal terpisah dari pasien Hindu. Pemisahan ini diduga atas instruksi pemerintah negara bagian.
Dr. Gunvant H Rathod, dari Rumah Sakit Sipil Ahmedabad, mengatakan, mereka diberikan perintah resmi pemerintah untuk memisahkan pasien baru berdasarkan keyakinan mereka.
"Secara umum, ada bangsal terpisah untuk pasien laki-laki dan perempuan. Tapi di sini, kami membuat bangsal terpisah untuk pasien Hindu dan Muslim," jelasnya dikutip dari The Indian Express.
"Itu keputusan pemerintah dan Anda bisa bertanya kepada mereka," tambahnya.
Wakil Kepala Menteri dan Menteri Kesehatan Nitin Patel mengatakan dia tak tahu menahu mengenai persoalan ini.
"Saya tidak mengetahui keputusan seperti itu (pemisahan bangsal sesuai agama). Secara umum, ada bangsal terpisah untuk laki-laki dan perempuan. Nanti saya tanyakan," jelasnya.
Seorang pasien mengatakan kepada The Indian Express: "Pada Minggu malam, nama-nama 28 orang yang dirawat di bangsal pertama dipanggil. Kami kemudian dipindahkan ke bangsal lain (C-4)."
"Sementara kami tidak diberi tahu mengapa kami dipindah, semua nama yang dipanggil milik satu komunitas. Kami berbicara dengan satu anggota staf di lingkungan kami hari ini dan dia mengatakan ini dilakukan untuk 'kenyamanan kedua komunitas."
Perempuan Muslim Donorkan Darah untuk Pasien Hindu
Sementara itu di tempat lain, seorang perempuan Muslim mendonorkan darahnya kepada seorang pasien kritis Hindu setelah berbuka puasa.
Dilaporkan Hindustan Times, Alisha Khan (29) dihubungi perwakilan sebuah LSM pekan lalu, dan langsung setuju untuk mendonorkan darahnya. Setelah berbuka puasa, Alisha Khan mendatangi rumah sakit daerah dan mendonorkan darahnya untuk Vijay Rastogi.
"Vijay Rastogi, seorang pemilik toko inverter-baterai menderita infeksi hati yang serius sejak lama. Beberapa hari yang lalu kondisinya memburuk dengan penurunan tajam kadar hemoglobin. Dokter menyarankan anggota keluarganya untuk mencari kantong darah tetapi meskipun beberapa upaya di berbagai bank darah di Kheri, mereka tidak bisa mendapatkan darah 'O negatif'," jelas aktivis sosial, Tripti Awasthi, dilansir dari Alaraby, Jumat (8/5).
Keluarga kemudian menghubungi LSM tersebut, yang kemudian menghubungi Alisha.
"Ketika saya menyampaikan padanya soal kondisi tersebut, dia setuju. Dia senang darahnya akan membantu seseorang di bulan suci Ramadan," kata perwakilan Jaspal Singh Pali kepada Hindustan Times.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rumah Sakit (RS) Medistra Jakarta melarang dokter dan perawat menggunakan hijab.
Baca SelengkapnyaDiani menyayangkan adanya persyaratan tersebut yang menjurus pada rasisme.
Baca SelengkapnyaUAS menjelaskan pentingnya bagi seorang muslimah untuk tidak bekerja di perusahaan yang mewajibkan mereka melepas jilbab.
Baca Selengkapnya"Ke depan, kami akan terus melakukan proses kontrol ketat terhadap proses rekrutmen ataupun komunikasi, sehingga pesan yang kami sampaikan dapat dipahami."
Baca SelengkapnyaJelang Pemilu, India Larang Sekolah Madrasah, Siswa Diminta Pindah ke Sekolah dan Ribuan Guru Terancam Menganggur
Baca SelengkapnyaAgung mengatakan, RS Medistra sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan selalu patuh dan tunduk terhadap peraturan yang berlaku.
Baca SelengkapnyaAgung mengatakan pihaknya meminta maaf sebesar-besarnya atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan.
Baca SelengkapnyaBudi menegaskan, dokter asing yang diizinkan masuk ke Indonesia akan melewati sejumlah prosedur. Salah satunya tahap adaptasi.
Baca SelengkapnyaSebanyak 27 tenaga medis dari Arab Saudi yang dihadirkan oleh Kemenkes di RS Adam Malik.
Baca SelengkapnyaAksi protes kasus pemerkosaan dan pembunuhan sadis seorang dokter di rumah sakit milik pemerintah India mengalami peningkatan di seluruh negeri.
Baca SelengkapnyaPencopotan Budi Santoso dari Dekan FK Unair buntut pernyataannya yang menolak rencana Budi Gunadi Sadikin mendatangkan dokter asing.
Baca SelengkapnyaJelang Pemilu, India Terapkan Undang-undang 'Anti-Muslim'
Baca Selengkapnya