Jika Virus Corona Terus Bermutasi & Menyebar, Ini Yang Akan Terjadi di Seluruh Dunia
Merdeka.com - Jika pandemi virus corona terus menyebar ke seluruh dunia, vaksin bisa menjadi tidak efektif dan varian-varian virus yang ada mampu menghindar dari sistem imunitas.
Menurut basis data genom seperti yang dihimpun nextstrain.org, saat ini ada lebih dari 1.000 varian dari virus Sars-CoV-2.
Hingga saat ini sejumlah varian disebut dengan nama lokasi tempat virus itu pertama kali diidentifikasi. Namun untuk menghindari stigmatisasi terhadap negara tertentu Badan Kesehatan Dunia (WHO) kini mengganti penamaan varian virus corona dengan abjad Yunani. Varian Inggris, Afrika Selatan, Brasil, dan India, kini diberi penamaan dengan Alpha, Beta, Gamma, dan Delta. Namun penamaan itu tidak mengganti kode ilmiah virus tersebut.
-
Kenapa virus bisa bahaya? Virus-virus ini dapat menyebabkan penyakit ringan hingga mematikan.
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
-
Mengapa Covid-19 menjadi pandemi global? Pandemi Covid-19 telah menjadi salah satu peristiwa paling berdampak di abad ke-21. Penyakit yang disebabkan oleh virus corona jenis baru ini telah menginfeksi lebih dari 200 juta orang dan menewaskan lebih dari 4 juta orang di seluruh dunia.
-
Mengapa virus menyerang manusia? Virus yang dapat menyerang manusia memang perlu dipahami.
-
Virus itu apa? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
-
Siapa yang bisa diserang virus? Virus yang dapat menyerang manusia memang perlu dipahami.
Dilansir dari laman Deutsche Welle, Rabu (2/6), varian terbaru yang ditemukan di Vietnam tampaknya adalah persilangan antara Alpha (B.1.17) dan Delta (B.1.617). Menurut Menteri Kesehatan Vietnam Nguyen Thanh Long, varian baru ini menyebar "lebih cepat di udara" dan itu menjelaskan melesatnya angka penularan pada bulan Mei.
Hingga kini Vietnam mencatat 3.500 kasus dan 47 kematian sejak dimulainya pandemi hingga Mei 2021. Pemerintah berhasil mengendalikan pandemi Covid-19 dengan menerapkan penguncian ketat dan karantina menyeluruh.
Namun sejak Mei, Vietnam sudah mencatat lebih dari 3.000 kasus baru--terbanyak di Provinsi Bac Ninh dan Bac Giang, kawasan tempat ribuan pegawai bekerja di bagian produksi perusahaan teknologi internasional.
Arah pandemi
Orang boleh menganggap angka itu masih relatif rendah, namun varian baru virus corona di Asia dan tempat lain harus menjadi perhatian di mana pun kita berada. Pandemi bisa terus berlangsung dan menyebabkan penderitaan lebih luas ke seluruh dunia.
Jika varian baru ini dengan cepat bisa beradaptasi pada manusia sebagai inangnya, maka antibodi kita--baik yang terbentuk karena vaksin atau penularan--pada titik tertentu tidak akan lagi mampu melindungi kita. Tes antigen atau PCR tidak akan lagi mampu mendeteksi jenis varian ini dan bisa memberikan hasil yang keliru. Pada akhirnya ketersediaan vaksin akan perlahan sia-sia.
Itulah sebabnya betapa pentingnya untuk mengidentifikasi virus sesegera mungkin dengan menggunakan pengurutan genetik dan memastikan sejumlah tipe vaksin dengan dosis tertentu bisa tersedia secara global dan tidak cuma untuk negara kaya saja.
Mengapa pengurutan genetik penting?
Dari empat varian yang terbukti berbahaya, kini ada varian silangan (hybrid) seperti yang ada di Vietnam. Sebagian yang lain tampaknya sudah ada juga. Tapi varian jenis ini baru terdeteksi "kebetulan" karena banyak negara tidak memiliki fasilitas untuk pengurutan genetik.
Untuk bisa melawan virus kita harus mengetahui kode genetiknya dan itu hanya bisa dilakukan dengan pengurutan genom. Metode pengurutan genom yang lebih maju membuat ilmuwan bisa memecahkan kode dari keseluruhan genom virus secara bertahap. Ilmuwan bisa mendeteksi perubahan kecil pada virus dengan melihat fragmen BNA--dan dengan begitu bisa menentukan asal dan pola penyebaran varian tersebut. Dari sanalah ilmuwan bisa mengembangkan vaksin yang tepat.
Varian berbeda dan vaksin yang tidak tepat
Ada banyak indikasi sejumlah varian virus menjadi penyebab munculnya wabah cepat saat ini di sebagian wilayah Asia. Di Sri Lanka dan Kamboja varian Alpha (B.1.1.7) cukup dominan. Dari yang kita ketahui saat ini, vaksin mRNA yang diproduksi BioNTech/Pfizer dan MOderna cukup efektif melawan varian ini. Vaksin AstraZeneca juga memberi perlindungan yang cukup baik. Vaksin mRNA bisa beradaptasi relatif cukup cepat.
Di India dan wilayah utara hingga ke Nepal, varian Delta (B.1.617) kini sudah menyebar luas. Nepal kini terdampak pandemi lebih buruk dari India dilihat dari perbandingan populasi.
Pengurutan genom oleh Institut Virologi Nasional India mengidentifikasi delapan mutasi pada bagian ujung protein varian Delta (B.1.617). Dua di antaranya terkait dengan tingginya tingkat penularan dan satu di antaranya sama seperti varian Gamma, bisa menghindar dari sistem imun manusia.
Jauh dari usai
Menurut London Imperial College, varian Delta sekitar 20 hingga 80 persen lebih mudah menular dari varian Alpha. Dengan begitu virus tersebut kemungkinan bisa menghindari sistem imun yang sebelumnya diberikan lewat vaksinasi atau penularan sebelumnya. Penelitian di Inggris memperlihatkan vaksin BioNTech/Pfizer dan AstraZeneca tidak begitu efektif melindungi dari varian ini.
Varian yang ditemukan di Vietnam adalah silangan dari Alpha (B.1.17) dan Delta (B.1.617). Baru satu juta dari 96 juta populasi di Vietnam yang divaksin dengan AstraZeneca, vaksin yang ampuh melawan varian Aplha tapi tidak begitu efektif melawan varian Delta. Pada paruh kedua tahun ini, Vietnam berharap bisa mendapat tambahan vaksin mRNA dari BioNTech/Pfizer dan Moderna. Sejauh ini belum diketahui bagaimana vaksin tersebut mampu menghadapi varian silangan yang ditemukan di Vietnam.
Di Bangladesh, sebaliknya, varian beta (B.1.351) memicu tingginya kasus penularan. AstraZeneca dilaporkan kurang memberikan perlindungan optimal dari jenis varian ini. Ini masalah besar, karena vaksin yang tersedia di Bangladesh adalah Covishield, nama dari vaksin AstraZeneca yang diproduksi di India.
Tidak adilnya distribusi vaksin
Negara-negara kaya berambisi memvaksinasi mayoritas penduduknya pada akhir musim panas ini, sementara negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin masih banyak yang belum memulai program vaksinasi.
Menurut penelitian di jurnal kedokteran The Lancet, negara kaya sudah mengamankan 70 persen pasokan dari lima vaksin Covid-19 yang ada. Menurut WHO hanya 0.2 persen dari populasi di negara miskin yang sudah divaksin. The Economist memperkirakan vaksinasi massal tidak akan dimulai di negara-negara miskin hingga 2024 paling cepat, jika program vaksinasi masih berjalan seperti sekarang.
"Pandemi ini masih jauh dari usai," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, seraya mengkritik lebarnya jurang ketidakadilan dalam distribusi vaksin antara negara kaya dan miskin.
Jika varian virus corona ini terus menyebar cepat dan beradaptasi di tubuh manusia sebagai inangnya maka ketidakdilan ini bisa menjadi akar masalah bagi negara kaya.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca SelengkapnyaVarian baru virus corona bernama Pirola tengah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaVarian tersebut memicu ada peningkatan kasus Covid-19 di Singapura.
Baca SelengkapnyaTerdapat berbagai macam virus yang dapat membawa penyakit serius.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaMasyarakat diminta lakukan pola hidup bersih dan sehat
Baca SelengkapnyaVaksin flu universal bisa membantu mengatasi berbagai jenis flu dan mutasinya seperti Covid-19.
Baca SelengkapnyaImbauan ini untuk mencegah lonjakan kasus Covid-19 jelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Kenaikan terjadi sejak dua pekan terakhir saat Singapura dihantam lagi badai Covid-19.
Baca SelengkapnyaDinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengungkapkan tiga penyebab kenaikan kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaWHO saat ini memonitor berbagai varian yang banyak ditemui.
Baca Selengkapnya