Joe Biden Sebut Pasukan AS akan Bantu Taiwan Jika Diserang China
Merdeka.com - Presiden Amerika Serikat (AS) dalam wawancara dengan acara 60 minutes di stasiun televisi CBS mengatakan pasukan AS akan membantu Taiwan jika diserang China. Ini adalah pernyataan Biden paling gamblang untuk menunjukkan dukungannya kepada Taiwan.
Dalam wawancara yang ditayangkan kemarin, Biden ditanya apakah pasukan AS akan mempertahankan Taiwan jika diserang China, dan Biden menjawab "ya, dan bahkan sudah ada serangan sebelumnya." Biden pun ditanya lagi apakah dia akan mempertahankan Taiwan, dan Biden menjawab "ya".
Dikutip dari laman Reuters, Senin (19/9), pernyataan itu mempertegas posisi Biden atas kebijakannya untuk menempatkan pasukan AS di Taiwan demi pertahanan wilayah pulau itu.
-
Apa yang dipesan Jokowi ke TNI-Polri? 'TNI Polri harus berani masuk ke hal-hal yang berkaitan dengan teknologi. Pesawat tempur perlu, iya. Tank perlu, iya. Tapi hati-hati juga dengan drone.' kata Jokowi.
-
Bagaimana Taiwan merespon tuduhan China? Dalam pernyataannya kepada wartawan di parlemen, yang dikutip oleh Reuters pada Rabu (25/9), Menteri Pertahanan Taiwan Wellington Koo menyatakan bahwa China merupakan peretas utama di dunia. 'China adalah negara yang pertama kali melancarkan serangan siber setiap hari, yang ditujukan kepada Taiwan dan negara-negara lain yang memiliki aspirasi demokrasi serupa. Mereka adalah pelaku utama,' ujarnya.
-
Kenapa Jokowi membahas Laut China Selatan? Jokowi mengatakan dirinya akan membahas upaya meredakan ketegangan di Laut China Selatan.
-
Bagaimana TNI AD tunjukkan komitmennya? Maruli kemudian menyambut baik wacana yang dikemukakan Danjen USARPAC, serta menyatakan pula komitmen TNI AD untuk memperdalam kerjasama di bidang militer.
-
Siapa yang diusulkan Jokowi jadi Panglima TNI? Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengusulkan Jenderal TNI Agus Subiyanto sebagai calon Panglima TNI.
-
Mengapa Jokowi meminta ASEAN untuk menjadikan lautan sebagai sea of cooperation? Jokowi meminta ASEAN harus mampu menjadikan lautan sebagai a sea of cooperation, bukan a sea of confrontation.
Namun pernyataan itu mendapat tanggapan yang berbeda dari Gedung Putih.
“Hal itu (kebijakan AS) sudah dikatakan Presiden sebelumnya, termasuk di Tokyo awal tahun ini. Dia juga menjelaskan kebijakan kami pada Taiwan tidak berubah. Itu tetap benar,” ungkap juru bicara Gedung Putih.
Pada Mei lalu Biden ditanya apakah AS bersedia terlibat secara militer untuk membela Taiwan dan menjawab “ya... Itu komitmen yang kami buat.”
Namun di wawancara yang sama itu, Biden mengulangi bahwa AS berkomitmen pada kebijakan “Satu China” sehingga mengakui pemerintah Beijing sebagai negara China yang berdaulat dan bukan Taiwan. Kemerdekaan Taiwan pun juga tidak diakui oleh Washington.
Perkataan ini pun berbeda dengan pernyataan Biden yang mendukung untuk mempertahankan Taiwan jika diserang China sebelumnya. Biden pun memberi dua pernyataan yang berbeda dalam satu wawancara yang sama.
Namun AS tetap menunjukkan dukungannya kepada Taiwan, seperti kunjungan ketua DPR AS, Nancy Pelosi ke Taiwan pada Agustus lalu. Kunjungan itu bahkan mampu membuat China marah hingga akhirnya China melakukan latihan militer terbesar di sekitar Taiwan.
China juga memprotes tindakan pemerintah AS yang membentuk UU untuk meningkatkan dukungan militer AS untuk Taiwan.
Meski AS sering kali mendorong China ke batas kesabarannya, namun China tidak tersulut. Walau tidak tersulut, namun dalam pembicaraannya kepada Biden untuk membahas Taiwan pada Juli lalu, Xi berkata “mereka yang bermain dengan api akan musnah oleh api.”
Presiden Xi sendiri telah berjanji dia akan membawa Taiwan ke bawah kendali China tanpa menggunakan kekuatan militer.
Pada Oktober tahun lalu, Biden ditanya kembali jika AS akan mempertahankan Taiwan, dan dia menjawab “ya, kita memiliki komitmen untuk melakukan itu.”
Namun, saat itu Gedung Putih belum mengeluarkan pernyataan mengenai penggantian kebijakan AS untuk Taiwan. Beberapa ahli pun memandang pernyataan Biden sebagai kesalahan.
Bonnie Glaser, pakar Asia di German Marshall Fund Amerika Serikat, mengatakan Biden harus memastikan terlebih dahulu apakah AS mampu mendukung pernyataannya.
"Jika Presiden Biden berencana untuk membela Taiwan, maka dia harus memastikan militer AS memiliki kemampuan untuk melakukannya," ungkapnya.
"Dukungan retoris yang tidak didukung oleh kemampuan nyata tidak mungkin memperkuat upaya pertahanan," lanjutnya.
Sebelumnya, Kurt Campbell, ahli kebijakan Asia pemerintahan Biden menolak seluruh kebijakan strategis AS untuk Taiwan sebab kebijakan itu akan merugikan AS.
Reporter Magang: Theofilus Jose Setiawan
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pada 1986 ketika masih menjadi anggota Komite Hubungan Internasional di Senat AS Joe Biden menyampaikan komitmen kuat kepada Israel.
Baca SelengkapnyaJoe Biden Sebut AS Tidak Akan Bantu Israel Balas Serangan Iran
Baca SelengkapnyaPernyataan itu muncul di tengah persaingan dua kekuatan besar dunia AS dan China, untuk berebut pengaruh di Indo-Pasifik.
Baca SelengkapnyaPrabowo Subianto yang berpasangan dengan Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024 mendapat total suara 96.214.691 suara atau 58,58% dari 164.227.475 suara sah.
Baca SelengkapnyaPaket ini juga mencakup amunisi senjata ringan, ambulans, peralatan dan amunisi penghancur, serta suku cadang, peralatan medis.
Baca SelengkapnyaHal tersebut diungkapkan Jokowi dalam pertemuan ASEAN-China Summit yang dihadiri Perdana Menteri China, PM Li Qiang.
Baca SelengkapnyaKapal induk perang Amerika Serikat pembawa jet tempur dilaporkan telah mendekat di perairan Mediterania timur.
Baca SelengkapnyaKesepakatan itu diambil dalam pertemuan keduanya di Gedung Putih atau White House, Washington DC, pada Selasa (12/11) waktu setempat.
Baca SelengkapnyaJenderal Amerika Serikat menyebut bahwap erang dengan China bisa terjadi 2025.
Baca SelengkapnyaBuntut China mengerahkan puluhan jet tempurnya ke wilayah perbatasan, militer Taiwan menggelar latihan perang di Stasiun Utama Taipei pertama kalinya.
Baca SelengkapnyaUcapan Joe Biden itu disampaikan melalui sepucuk surat diantarkan Dubes Amerika Serikat untuk ASEAN Yohannes Abraham.
Baca SelengkapnyaPrabowo tiba di White House pada pukul 14.09 sore waktu setempat atau dini hari WIB.
Baca Selengkapnya