Jumlah wanita terlalu sedikit, pria di China beli pengantin asing
Merdeka.com - Ketidakseimbangan gender di China mendatangkan persoalan tersendiri bagi negara tersebut. Saat ini, jumlah penduduk laki-laki di sana lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan.
Penelitian dari Asosiasi Penduduk China menyebut masalah ini bisa berkembang menjadi lebih buruk dalam 30 tahun ke depan. Oleh karena itu, China membuat upaya agar masalah ini bisa terselesaikan, salah satunya adalah dengan cara menghapus kebijakan satu anak.
Kebijakan yang dikeluarkan pada 1979 silam tersebut kini sudah tidak diberlakukan. Pasangan suami-istri di China bisa memiliki dua anak tanpa syarat. Kendati demikian, kebijakan baru ini juga dikhawatirkan akan menimbulkan perbedaan rasio antara laki-laki dan perempuan.
-
Apa kondisi yang dialami wanita China itu? Berdasarkan laporan dari SCMP pada Minggu (27/10/2024), wanita yang hanya dikenal sebagai Li mendapati dirinya mendadak tidak responsif, sehingga ia tidak bisa makan, minum, bergerak, atau berkomunikasi.
-
Kenapa impor tekstil dari China meningkat? Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan menyebut perang dagang antara kedua negara itu menyebabkan over kapasitas dan over supply di China, yang justru malah membanjiri Indonesia.
-
Apa yang dimiliki China? Tidak mengherankan, mengingat populasinya yang besar, China memimpin dengan jumlah pengguna internet global, diperkirakan mencapai 1,05 miliar.
-
Siapa yang merasa cemas karena persediaan cowok menipis? Generasi yang lahir di tahun 90-an merasa sedikit cemas karena banyak yang menyukai anak-anak yang lahir di tahun 2000-an, khawatir persediaan cowok akan menipis
-
Kenapa jasa pacar jalanan viral di China? Tekanan pekerjaan dan tanggung jawab keluarga yang menyita waktu, memicu tren di kalangan anak muda dewasa China untuk membeli jasa pacar dari perempuan pedagang kaki lima.
-
Siapa yang terlibat dalam perkawinan dengan manusia? Neanderthal dan manusia diketahui berkawin di Eropa dan Timur Tengah, bahkan mungkin sejak 250.000 tahun yang lalu. Denisovan, kerabat dekat dari Asia, juga terlibat dalam perkawinan dengan manusia sekitar 50.000 tahun yang lalu.
Ketidakseimbangan gender ini juga menyebabkan masalah baru, yakni membengkaknya biaya mas kawin yang harus diberikan oleh pria hanya untuk bisa mendapatkan satu wanita. Masalah lain yang timbul karena ketidakseimbangan gender adalah perdagangan manusia yang semakin merajalela.
Dilansir dari laman Asia Nikkei, Selasa (28/3), tercatat, pada Mei 2016 lalu, seorang gadis asal Vietnam diculik untuk menjadi pengantin pria China. Hal serupa juga terjadi pada November lalu di mana dua wanita China ditangkap lantaran berusaha menyelundupkan empat wanita asal Vietnam ke China.
Kesamaan budaya antara kedua negara menyebabkan banyaknya perdagangan manusia terjadi antara China dan Vietnam. Selain tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk menikah, para target yang dijual juga masih berusia muda.
Masalah ketidakseimbangan gender menimbulkan perdebatan tersendiri. Ada yang menganggap masalah tersebut sangat serius tetapi ada juga yang menganggapnya tidak terlalu serius.
Berdasarkan studi bersama oleh profesor John Kennedy dari Universitas Kansas dan profesor Shi Yaojiang dari Universitas Shaanxi di China menunjukkan bahwa ketidakseimbangan yang terlihat didasarkan pada hitungan penduduk resmi dan tidak resmi, termasuk perempuan tidak terdaftar sebagai warga negara China.
Studi ini juga memperkirakan bahwa bayi perempuan yang baru lahir bisa mencapai 25 juta selama 25 tahun terakhir. Selain itu, karena statistik resmi dari China kadang-kadang tidak akurat, kemungkinan ada beberapa validitas untuk klaim ini.
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Angka pernikahan di China pun terus mengalami penurunan sejak tahun 2014.
Baca SelengkapnyaSempat ditiadakan selama pandemi Covid-19, ajang pencarian jodoh di China kini kembali digelar.
Baca SelengkapnyaJumlah penduduk China menjadi keunggulan kompetitif bagi pertumbuhan industri dan tenaga kerja murah.
Baca SelengkapnyaBisnis seperti ini mengandung risiko berubah menjadi prostitusi atau transaksi layanan seksual.
Baca SelengkapnyaRatusan surat lamaran telah dikirim ke berbagai perusahaan, namun tak kunjung mendapat pekerjaan.
Baca SelengkapnyaJjumlah penduduk China berkurang 850.000 orang menjadi sekitar 1.411,75 juta pada tahun 2022.
Baca SelengkapnyaSeorang pria memutuskan untuk menceraikan istrinya setelah mengetahui bahwa ketiga anaknya bukan darah dagingnya.
Baca SelengkapnyaIsu penurunan jumlah penduduk (atau depopulasi) masih jadi momok bagi beberapa negara, salah satunya China. Enggan menikah jadi salah satu penyebabnya.
Baca SelengkapnyaInsentif yang diberikan pemerintah, tak membuat warga China mau memiliki anak.
Baca SelengkapnyaLaporan itu juga menyebutkan masyarakat semakin mendukung kelahiran anak di luar nikah.
Baca SelengkapnyaDemografis yang tidak seimbang memberikan tekanan besar bagi pemerintah untuk memberikan tunjangan.
Baca SelengkapnyaPolisi Bandara Soekarno-Hatta, membongkar modus baru perdagangan orang ke luar negeri.
Baca Selengkapnya