Kabar Baik, Peneliti China Temukan Bahan untuk Melawan dan Membunuh Virus Covid-19
Merdeka.com - Sebuah nanomaterial (bahan nano) yang mampu menemukan virus Sars-CoV-2 (Covid-19) di dalam sel hidup dan membunuhnya berhasil dikembangkan oleh tim peneliti asal China.
Dikutip dari laman South China Morning Post, Jumat (2/9), temuan ini “bisa menjadi terapi yang menjanjikan untuk melawan pandemi di masa depan” ujar seorang peneliti yang tidak menyebutkan namanya.
Ini karena bahan nano itu mampu menghambat infeksi dari semua varian seperti Alpha, Beta, Delta, dan Omicron sehingga berbeda dengan obat-obat Covid-19 lainnya.
-
Bagaimana cara virus Corona varian Omicron bermutasi? Mereka menemukan bahwa varian asli Omicron BA1 telah mengalami lebih dari 50 kali mutasi, termasuk beberapa yang memungkinkannya untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.
-
Bagaimana cara agar terhindar dari Covid-19? 'Pemerintah mengimbau lebih rajin bermasker terutama jika sakit dan di keramaian, lebih rajin cuci tangan, lengkapi vaksinasi segera sebanyak 4x GRATIS, jaga ventilasi udara indoor, hindari asap rokok,' ujar Ngabila.
-
Bagaimana tubuh orang tertentu dapat terhindar dari Covid-19? 'Ini adalah kesempatan yang sangat unik untuk melihat bagaimana respons kekebalan pada orang dewasa tanpa riwayat COVID-19 sebelumnya, dalam pengaturan di mana faktor-faktor seperti waktu infeksi dan komorbiditas dapat dikendalikan,' kata ahli biologi sistem kuantitatif Rik Lindeboom, yang kini berada di Netherlands Cancer Institute.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Apa saja bentuk virus? Struktur dan bentuk virus bervariasi, tergantung pada jenis asam nukleat, jumlah dan susunan protein selubung, serta adanya atau tidaknya selubung membran.
-
Mengapa beberapa orang kebal terhadap Covid-19? Meskipun vaksin dan booster secara radikal mengurangi risiko kematian dan komplikasi berat dari COVID-19, mereka tidak banyak membantu menghentikan virus dari memasuki lapisan hidung dan sistem pernapasan.
CIPS, bahan nano itu mendapatkan namanya dari bahan-bahan yang membentuknya, yaitu Copper (tembaga), Indium, Phosphurs (fosfor), dan Sulphur (sulfur).
Bahan nano adalah benda yang sangat kecil, bahkan satu nanometer adalah sepersejuta meter. CIPS juga berukuran kecil, yaitu sekitar 200 nanometer.
Ukuran CIPS membuatnya mampu untuk memerangkap dan mengikat virus Covid-19 sehingga proses infeksi menjadi terhambat. Setelah terikat maka sel darah putih akan melawan virus itu.
Studi itu menyatakan “eksperimen menunjukkan CIPS efektif menghambat infeksi pada sel, organoid (struktur sederhana dari organ) dan tikus, serta efektif meredakan radang paru-paru pada tikus akibat infeksi Sars-CoV-2”.
Selain efektif, CIPS sendiri terbuat dari bahan biodegradabilitas (dapat terurai) sehingga tidak merusak organ tubuh.
“Tikus menghirup CIPS melalui tetes hidung dan setelah tujuh hari menunjukkan hampir seluruh penghapusan CIPS dari paru-paru tikus” lanjut pernyataan studi itu.
Meski telah diuji pada tikus, namun pengujian lain harus dilakukan.
“Penilaian keamanan obat anti-Covid-19 meliputi uji toksisitas (tingkat rusak) terhadap organ dan sistem kekebalan tubuh. Prosesnya lama dan mahal, biasanya dilakukan oleh perusahaan farmasi” ujar tim peneliti.
Sebab itu, CIPS harus melewati uji klinis sebelum diuji pada tubuh manusia.
Kabar baiknya, CIPS ini relatif cukup muruh untuk diproduksi massal dan penggunaan lebih luas.
Reporter Magang: Theofilus Jose Setiawan
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Vaksin flu universal bisa membantu mengatasi berbagai jenis flu dan mutasinya seperti Covid-19.
Baca SelengkapnyaMenurut Budi, masyarakat tak perlu khawatir karena virus tersebut berbeda dengan Covid-19.
Baca SelengkapnyaNyamuk wolbachia diyakini bisa menekankan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaRusia mengklaim bahwa mereka telah berhasil menemukan vaksin kanker yang akan bisa diakses secara gratis di 2025.
Baca SelengkapnyaSebagian besar orang meyakini bahwa HIV adalah penyakit yang tidak dapat diobati. Yuk, cek kebenarannya!
Baca SelengkapnyaPenggunaan bakteri Wolbachia adalah upaya untuk mengurangi kasus demam berdarah. Dengan cara alami ini, nyamuk akan sulit untuk berkembang biak.
Baca SelengkapnyaNyamuk mengandung bakteri wolbachia mulai disebar ke lima kota di Indonesia.
Baca SelengkapnyaSejumlah penemuan penting terkait medis dilaksanakan pada tahun 2023 ini dan bisa berdampak pada semakin banyak penyakit yang diatasi.
Baca SelengkapnyaVarian baru virus corona bernama Pirola tengah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaPara ilmuwan mengungkap virus yang menginfeksi bakteri dalam kotoran hewan dan sedang menguji apakah bakteri ini ampuh sebagai antibiotik.
Baca SelengkapnyaPenelitian terbaru mengungkap penyebab sejumlah orang aman dari Covid-19 tanpa pernah terinfeksi.
Baca Selengkapnya