"Kami Tidak Lupa dan Menyesal, Kami akan Terus Berjuang Meski Tak Ada Pertolongan"
Merdeka.com - Pada Senin jam delapan malam, suara pukulan wajan dan panci yang familiar kembali menggema di jalan-jalan Yangon, Myanmar. Suara tersebut merupakan simbol perlawanan rakyat yang menuntut kembalinya demokrasi setelah kekuasaan direnggut militer melalui kudeta tahun lalu.
Warga kembali mendendangkan suara perlawanan itu setelah empat aktivis pro demokrasi dihukum mait militer baru-baru ini. Mereka yang dieksekusi di antaranya aktivis demokrasi Kyaw Min Yu atau dikenal dengan nama Ko Jimmy, mantan anggota parlemen dan artis hip hop Phyo Zeya Thaw. Dua orang lainnya yaitu Hla Myo Aung dan Aung Thura Zaw.
Eksekusi ini menuai kecaman internasional serta kengerian di dalam negeri.
-
Siapa yang mendengar suara ketukan itu? Yang Liwei, yang menjadi astronot (taikonaut) pertama China pada 16 Oktober 2003.
-
Siapa yang terlibat dalam kerusuhan ini? Pada saat itu Maroko adalah protektorat Prancis, dan komisaris Prancis untuk Oujda, René Brunel, menyalahkan kekerasan yang terjadi pada orang-orang Yahudi karena meninggalkan Oujda dan bersimpati dengan gerakan Zionis.
-
Apa yang terjadi di Pemberontakan 8888? Aksi protes ini diikuti oleh ribuan mahasiswa, biksu, dan warga sipil yang menuntut perubahan demokratis, namun ditanggapi dengan kekerasan oleh pihak militer.
-
Apa yang terjadi pada kerusuhan ini? Dalam peristiwa tersebut, 47 orang Yahudi dan satu orang Prancis terbunuh, banyak yang terluka, dan harta benda dirusak.
-
Kapan kejadian pemukulan terjadi? Peristiwa itu terjadi saat pekan Porprov Jawa Timur 2023 di Sidoarjo.
-
Kapan teror suara ketukan terjadi? Pada awal video, terlihat sebuah rekaman CCTV yang memperlihatkan suasana teras rumah warga. Waktu di kamera CCTV menunjukkan angka 03.08 WIB dan tak ada seorang pun di luar.
Wakil Direktur Eksekutif Organisasi HAM Chin, Salai Za Uk Ling mengatakan rakyat Myanmar sangat menyadari kekejaman junta sejak kudeta. Kendati demikian, eksekusi tersebut tetap mengejutkan.
"Dalam penampakan kebrutalan publik seperti itu, saya tidak tahu pembenaran apa yang akan mereka berikan," ujarnya, dikutip dari The Guardian, Kamis (28/7).
Organisasi yang dipimpin Salai Za ini mendokumentasikan kekejaman termasuk pembakaran rumah penduduk dan pembantaian warga sipil oleh militer Myanmar. Salai Za menambahkan, eksekusi ini menggambarkan junta tidak peduli dengan reputasi mereka di mata dunia.
Aktivis HAM lainnya, Thet Swe Win (36) mengaku takut bakal ada serangkaian eksekusi lainnya. Puluhan tahanan lainnya juga dijatuhi hukuman mati.
"Ini mirip dengan peluru pertama yang mereka tembakkan ke Mya Thwate Thwate Khaing," ujar Direktur Eksekutif Synergy ini.
"Lalu mereka membunuh lebih banyak demonstran selama tindakan represif (aparat)."
Anggota Generation Wave, Ei Ei Moe (33) berharap rakyat tetap bersatu. Generation Wave adalah gerakan yang turut dibentuk Phyo Zeya Thaw.
"Saya bahkan tidak bisa menangis ketika mendengar tentang eksekusi itu, jantung saya mau copot. Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan. Saya masih berpikir dia masih bersama kami," ujarnya.
Phyo Zeya Thaw merupakan salah satu generasi pertama rapper di Myanmar yang musiknya berisi kritik terhadap rezim militer sebelumnya. Dia kemudian terpilih menjadi anggota parlemen.
Para pengamat mengatakan eksekusi ini bertujuan untuk menghancurkan oposisi yang tetap melakukan perlawanan kendati terus ditumpas militer.
Namun para aktivis mengatakan mereka tak gentar.
"Generasi ini tidak akan takut. Jika mereka membunuh seorang Zeya Thaw, akan ada Zeya Thaw lainnya yang tidak terhitung jumlahnya," kata Ei Ei Moe.
"Kami tidak takut," kata aktivis Myanmar lainnya, Ella Chris.
Dia mengatakan sosok Kyaw Min Yu merupakan idola bagi generasi pro demokrasi yang lebih muda. Kyaw Min Yu terkenal sejak menjadi pemimpin mahasiswa dalam pemberontakan 1988 menentang rezim militer saat itu.
'Kami tidak lupa'
Kelompok etnis bersenjata yang yang membentuk Pasukan Perlawanan Rakyat (PDF) di berbagai daerah juga mengutuk eksekusi tersebut. Tentara Arakan yang merupakan perwakilan Tentara Kemerdekaan Kachin menyebut eksekusi itu tindakan "bodoh" yang merusak prospek negosiasi.
Pasukan Pertahanan Warga Karenni di Myanmar timur berjanji membalas "kejahatan perang" militer. Kelompok perlawanan yang berbasis di Yangon yang dibentuk pemerintah persatuan nasional atau pemerintah oposisi juga bersumpah untuk membalas kematian empat aktivis tersebut.
Pada Senin, pejuang gerilya di Yangon dan Mandalay menyerang target junta, sementara para pengunjuk rasa di Yangon membentangkan poster bertuliskan "kami tidak pernah takut" sebelum membubarkan diri untuk menghindari penangkapan.
Aktivis anti kudeta, Thinzar Shunlei Yi mengatakan mereka akan tetap melanjutkan perjuangan walaupun nyawa menjadi taruhannya.
"Tidak hanya nyawa kami sendiri, tapi juga mempertaruhkan nyawa keluarga kami, teman-teman kami," ujarnya.
Sut Seng Htoi, aktivis asal Kachin, Myanmar utara mempertanyakan respons internasional.
"Saya herap mengapa mereka tidak mengambil tindakan apapun," ujarnya.
"Itu membuah saya semakin tidak percaya terhadap komunitas internasional dan PBB," ujarnya.
Thet Swe Win mengatakan komunitas internasional "harus mengambil langkah nyata" bukan sebatas mengeluarkan pernyataan.
"Kami tidak lupa dan kami tidak menyesal. Kami akan terus berjuang, meski tidak ada pertolongan untuk kami."
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berakhirnya pemberontakan 8888 bukan hanya tragedi kemanusiaan, tetapi juga meninggalkan jejak kelam dalam sejarah Myanmar.
Baca SelengkapnyaMassa dari berbagai aliansi ini bersuara lantang menolak Pemilu curang.
Baca SelengkapnyaPenganiayaan relawan Ganjar-Mahfud itu terjadi pada Sabtu (30/12).
Baca SelengkapnyaPara relawan yang memakai motor dengan knalpot brong itu telah berkeliling sejak pukul 09.00 WIB.
Baca SelengkapnyaGerak jalan Agustusan di Bangkalan diwarnai ricuh, tim peserta memukul penonton berujung dilaporkan ke polisi.
Baca SelengkapnyaDenpom IV/Surakarta menetapkan enam prajurit TNI sebagai tersangka penganiayaan relawan Ganjar-Mahfud di Boyolali
Baca SelengkapnyaBudi Gunawan memastikan proses hukum terhadap insiden ini terus berjalan.
Baca SelengkapnyaAksi penganiayaan prajurit TNI terhadap sejumlah orang relawan Ganjar-Mahfud MD di Jalan Perintis Kemerdekaan, Boyolali, Jawa Tengah berbuntut panjang.
Baca SelengkapnyaDua relawan memainkan gas saat melintas di jalan Perintis Kemerdekaan, sehingga menimbulkan kebisingan dan terjadi cekcok.
Baca SelengkapnyaHingga malam hari, massa demonstran tolak Revisi UU Pilkada masih bertahan di depan Gedung DPR.
Baca SelengkapnyaIbu-ibu ini mengaku tidak memiliki koordinator. Mereka urunan membeli sejumlah makanan dan minuman ringan.
Baca SelengkapnyaMereka memprotes atas pencurian dan penggelembungan suara yang diduga dilakukan rekan satu partai di dapilnya yaitu Daerah Pemilihan 8 Provinsi DKI Jakarta.
Baca Selengkapnya