Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kanibalisme di tengah peradaban modern

Kanibalisme di tengah peradaban modern Issei Sagawa. merdeka.com/ViceLand.com

Merdeka.com - "Aku benar-benar kagum. Dia adalah wanita tercantik yang pernah aku temui," kisah Issei Sagawa dalam pengakuannya. "Kalau aku memakannya, dia akan jadi milikku selamanya. Aku tidak bisa lagi menghindar dari hasrat ini," lanjutnya kemudian.

Tak ada yang mengira, kalau hari itu adalah hari terakhir Renée Hartevelt. Hari itu Issei Sagawa menghabisi nyawa wanita cantik ini dengan sepucuk senapan. Hari itu juga Sagawa memakan bagian tubuh wanita asal Perancis itu dengan lahap.

Selama dua hari Issei Sagawa mencoba menikmati beberapa bagian tubuh Renée Hartevelt. Ia bahkan bisa menggambarkan dengan jelas rasa daging tubuh Renée. Katanya, daging manusia tak berasa dan tidak beraroma, mirip daging tuna. Sagawa kemudian berusaha menghilangkan jejak dengan membuang tubuh Renée di sebuah danau terpencil. Sayangnya, usaha ini justru membuat Sagawa ditangkap polisi.

Sagawa adalah putra keluarga kaya di Jepang. Saat itu Sagawa sedang menuntut ilmu di Sorbonne Academy di Paris. Sejak pertama melihat Renée Hartevelt, Sagawa langsung terpikat. Sagawa lalu mengajak Renée makan malam. Saat itulah muncul hasrat aneh dalam diri Sagawa. Ia bertekad memakan Renée karena menurutnya wanita yang juga teman kuliahnya ini adalah gambaran ideal seorang wanita. Sagawa berharap bisa "mengisap" energi Renée agar ia bisa tampil lebih sempurna. Sagawa menggambarkan dirinya sebagai sosok yang lemah dan buruk.

Hakim memutuskan bahwa Issei Sagawa mengalami gangguan kejiwaan dan tidak bisa diadili. Pria Jepang berusia 32 tahun ini lantas dikirim ke rumah sakit jiwa. Tak berapa lama kemudian, Sagawa mendapat kunjungan dari sebuah media Jepang dan kisah kekejian Issei Sagawa pun jadi sorotan. Dalam sekejap mata Issei Sagawa berubah menjadi selebriti. Media besar seperti CNN pun tertarik mewawancarai pria ini. Status selebriti ini pula yang membuat pemerintah Perancis pun memutuskan untuk mengekstradisi Sagawa ke Jepang.

Di Jepang, Sagawa langsung "ditampung" di rumah sakit Matsuzawa. Berbeda dengan keputusan hakim di Perancis, dokter di Jepang menyimpulkan bahwa Sagawa sepenuhnya waras. Sayangnya, dokumen yang diminta pemerintah Jepang dari Perancis tak juga dikirim dan Sagawa tak bisa diadili. Tanggal 12 Agustus 1986, selang lima tahun dari peristiwa pembantaian Renée Hartevelt, Issei Sagawa resmi menjadi orang bebas. Ia bahkan sempat menulis buku, membintangi beberapa film eksploitasi, dan menulis review restoran untuk sebuah majalah.

Kisah Issei Sagawa bukanlah yang pertama dan bukan pula yang terakhir. Sepanjang sejarah peradaban, manusia tak pernah lepas dari kata kanibalisme. Konon, suku kanibal pertama yang tercatat adalah penghuni Karibia. Kisah kanibalisme pun tak berhenti di sana. Crusades-Encyclopedia sempat menyebutkan kalau ada praktik kanibalisme selama Perang Salib.

Bulan Februari 1874, seorang pria bernama Alferd Packer berangkat mencari emas bersama lima orang rekannya. Dua bulan kemudian ia kembali seorang diri dan mengaku membunuh kelima temannya dan memakan daging mereka karena kondisi alam yang memaksa. Januari 1936 seorang pria bernama Albert Fish dijatuhi hukuman mati lantaran terbukti membunuh dan memakan seorang gadis berumur 10 tahun.

Enam belas orang anggota tim rugby Stella Maris College dikabarkan berhasil bertahan hidup di puncak sebuah gunung bersalju di Chile selama dua bulan. Peristiwa yang terjadi di tahun 1972 itu juga menyebutkan kalau 16 orang ini bertahan hidup dengan cara memakan bangkai teman mereka.

Lalu muncul nama Tsutomu Miyazaki, Nikolai Dzhurmongaliev, Andrei Chikatilo, Armin Meiwes, Jeffrey Dahmer, Surender Kohli, dan Sergey Gavrilov yang juga terbukti telah melakukan praktik kanibalisme. Di saat isu kanibalisme mulai mereda, tiba-tiba saja dunia dikejutkan lagi oleh serangkaian aksi kanibalisme yang terjadi di Brasil, China, Korea, dan Miami.

Obat terlarang bernama bath salts sempat disebut-sebut sebagai penyebab kasus kanibalisme di Miami. Benarkah obat ini sanggup menghilangkan rasa kemanusiaan? Belum ada jawaban yang pasti. Yang jelas, obsesi dan faktor spiritual selalu mewarnai motif pelaku kanibalisme sepanjang catatan sejarah. (mdk/roc)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP