Kasus Perceraian Melonjak di Swedia karena Pandemi Covid-19
Merdeka.com - Negara Swedia kini mengalami lonjakan gugatan perceraian lebih banyak dibanding periode yang sama tahun lalu karena pandemi Covid-19. Hal ini seperti yang telah diprediksi oleh banyak psikolog pada awal pandemi.
Dilansir dari laman Sputnik, Rabu (16/9), menurut statistik dari Administrasi Pengadilan Nasional Swedia, sekitar 21.500 permohonan perceraian diajukan antara Januari dan Agustus, meningkat 7 persen dibandingkan dengan tahun lalu.
Ketidakpastian, pekerjaan jarak jauh, dan kecemasan adalah alasan utama di balik lonjakan perceraian yang telah terjadi di seluruh dunia.
-
Apa saja penyebab perceraian? Perceraian seringkali menjadi jalan keluar yang dipilih ketika konflik tak kunjung terselesaikan. Padahal, dengan pemahaman yang tepat dan usaha yang sungguh-sungguh, banyak permasalahan rumah tangga dapat diatasi tanpa harus berujung pada perceraian.
-
Kenapa kasus Covid-19 naik? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kapan sidang perdana perceraian? Pada 24 Juli 2024, sidang perdana perceraian Kimberly dan Edward akan digelar di Pengadilan Agama (PA) Jakarta Pusat.
-
Kapan kasus Covid-19 meningkat? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Apa tren perceraian artis di tahun 2023? Dalam kurun waktu pertengahan 2023 hingga awal 2024 ini, sederet pasangan artis pun memutuskan berpisah.
-
Siapa yang mengajukan gugatan cerai? Nisya mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama Jakarta Selatan, dan sidang sudah berlangsung hingga tahap pembuktian.
“Itu bisa terjadi jika mendekati musim gugur yang mengingatkan pada musim semi, dalam hal ketidakpastian, pekerjaan jarak jauh, dan kecemasan,” jelas psikolog Bjorn Hedensjo dari Institut Karolinska.
“Penjelasan lain mungkin jika misalnya, Anda merasa tidak pasti di tempat kerja dan merasa cemas tentang masa depan dan keuangan Anda, itu bisa dengan mudah menyebar ke dalam hubungan dan menyebabkan pertengkaran dan konflik,” tambahnya.
Pengajuan perceraian di tengah pandemi Covid-19 meledak di berbagai negara di dunia, mulai dari Amerika Serikat hingga Finlandia.
Strategi tanpa karantina wilayah yang kontroversial di Swedia mendapat kecaman dari sejumlah kalangan di masyarakat yang menyebut kematian “tidak perlu”. Namun sebagian lainnya justru memuji hal itu sebagai langkah menjaga ekonomi tetap bertahan demi menghindari kehancuran pasar.
Reporter Magang: Galya Nge
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Banyak pekerja yang mengalami PHK sehingga berpengaruh pada perekonomian keluarga.
Baca SelengkapnyaKepala BKKBN mengungkap angka perceraian di Indonesia meningkat.
Baca SelengkapnyaTren ini muncul seiring bantuan finansial yang diberikan pemerintah.
Baca SelengkapnyaJumlah PHK pada Januari-Juni 2024 naik 21,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Baca SelengkapnyaCara Pemkot Surabaya tekan angka pernikahan dini layak dicontoh daerah lain.
Baca Selengkapnya"Semakin kaya, pendidikan tinggi dan bermukim di perkotaan, berkolerasi erat dengan median usia menikah yang semakin mundur," kata Hasto," kata Kepala BKKBN
Baca SelengkapnyaBerdasarkan laporan BPS angka pernikahan di Indonesia mengalami penurunan yang drastis
Baca SelengkapnyaAnak yang menjadi korban sebanyak 163 dan perempuan sebanyak 104 orang.
Baca SelengkapnyaTren Kejahatan TPPO Meningkat Tiap Tahun, Ini Solusi Pemerintah
Baca SelengkapnyaMereka menikah karena hamil duluan, lalu cerai setelah melahirkan
Baca SelengkapnyaDi tengah pandemi Covid-19, jumlah pernikahan pada tahun 2020 turun ke level terendah sejak akhir Perang Dunia II.
Baca SelengkapnyaSejak tahun 2015 hingga saat ini, perceraian terus meningkat pesat akibat semakin banyak orang-orang toksik.
Baca Selengkapnya