Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kejanggalan-kejanggalan dalam penyelidikan kematian Kim Jong-nam

Kejanggalan-kejanggalan dalam penyelidikan kematian Kim Jong-nam kim jong nam. ©Facebook

Merdeka.com - Tewasnya Kim Jong-nam, kakak tiri penguasa Korea Utara (Korut) Kim Jong-un, di Malaysia membuat negara itu menjadi sorotan dunia. Aparat kepolisian menduga, Jong-nam menghembuskan napas terakhirnya akibat diracun, sejalan dengan keyakinan Korea Selatan dan Amerika Serikat di mana menerjunkan agen rahasia untuk membunuh anak pertama Kim Jong-il itu.

Dalam waktu singkat, polisi membekuk tiga tersangka diduga terlibat langsung dalam pembunuhan tersebut. Mereka adalah Siti Aisyah (25) asal Indonesia, Doan Thi Huong (28) asal Vietnam dan Ri Jong-chol (47) asal Korut. Polisi juga masih mencari empat pelaku lainnya yang juga berasal dari negara komunis di utara semenanjung Korea itu.

Upaya penyelidikan kepolisian rupanya mendapatkan gangguan begitu deras dari Korut. Mereka mendesak agar Malaysia menyerahkan jenazahnya untuk dimakamkan di tanah airnya dan melarang petugas mengautopsinya. Namun, semuanya langsung ditolak.

Korut makin geram lantaran Malaysia menolak menyerahkan jasadnya meski proses autopsi selesai dilakukan. Atas alasan itu, mereka menuding negara tetangga Indonesia itu melakukan tindakan yang melanggar hak asasi manusia dan bersekutu dengan musuh-musuhnya, terutama Korea Selatan.

Atas dasar itu pula, negara komunis tersebut menyebutkan telah terjadi banyak kejanggalan yang dilakukan aparat Malaysia atas tewasnya Kim Jong-nam, yang mereka sebut sebagai salah satu warga negaranya. Berikut beberapa kejanggalan yang diungkap Korut:

Polisi ancam warganya pakai senjata api

Duta besar Korea Utara untuk Malaysia Kang Chol mengkritik pemerintah Malaysia dalam menangani kasus pembunuhan Kim Jong-nam, kakak tiri pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. Kang menuding polisi Malaysia mengancam warga negara Korut dengan senjata api dan memukuli putranya ketika menggerebek rumah terduga di Kuala Lumpur."Jumat malam lalu polisi malaysia berpakaian preman menggerebek kondominium warga negara kami di Kuala Lumpur dan menahannya secara paksa tanpa surat penangkapan atau bukti," kata dia dalam jumpa pers di Kedutaan Korut kemarin sore, seperti dilansir laman the Star, Senin (20/2)."Mereka bahkan mengarahkan senjata ke keluarganya untuk mengancam jiwa mereka dan memukul putranya di bagian wajah," lanjut dia.Menurut Kang, tindakan aparat Negeri Jiran itu melanggar hak asasi dan hanya bisa dilihat di dalam film-film gangster ala Amerika.Yang dimaksud Kang dengan warga Korut adalah Ri Jong-chol, pria 47 tahun asal Pyongyang, yang menjadi tersangka keempat ditangkap aparat Malaysia.Kang sebelumnya sudah menuduh Malaysia menyembunyikan sesuatu dan bersekongkol dengan Korea Selatan dalam penyelidikan kasus ini. Kang mengatakan Korut tidak percaya dengan penyelidikan aparat kepolisian Malaysia.Namun Perdana Menteri Najib Razak membela kinerja aparatnya dalam kasus ini."Kami akan objektif dan berharap Korea Utara memahami bahwa kami menerapkan aturan hukum Malaysia," kata dia dalam sebuah konferensi pers kemarin.Usai menuding Malaysia, Kang juga menyerukan diadakan penyelidikan bersama dalam kasus ini."Kami secara resmi memberitahukan kepada Malaysia dan komunitas internasional bahwa kami menyarankan dibentuk penyelidikan bersama atas kejadian ini," kata dia.

Bukan tewas karena racun

Membantah seluruh hasil penyelidikan yang dilakukan kepolisian Malaysia, pejabat Kedutaan Besar Korea Utara (Korut) menyebut kematian kakak tiri pimpinan Korut Kim Jong-un, Kim Jong-nam bukan akibat racun. Tak hanya itu, mereka juga mendesak agar tiga tersangka dibebaskan segera, termasuk Ri Jong-chol."Ini sudah 10 hari sejak kejadian itu berlangsung, dan polisi Malaysia tidak memiliki bukti apapun dari tersangka yang ditangkap," tulis Kedutaan Korut dalam keterangan resminya kepada sejumlah awak jurnalis di Malaysia, Rabu (22/2).Mereka tidak yakin atas pernyataan yang diterbitkan aparat kepolisian, di mana Doan Thi Huong (29) dan Siti Aisyah (25) tega membunuh Kim Jong-nam. Sebab dalam CCTV yang beredar luas tidak terlihat keduanya membasuh racun di wajah anak dari istri pertama Kim Jong-il, yang juga ayah Kim Jong-un."Bagaimana mungkin kedua tersangka itu tetap hidup setelah kejadian. Ini berarti cairan yang mereka oleskan bukan racun dan pasti ada penyebab kematian dari korban."Pagi tadi, Kepala Kepolisian Diraja Malaysia Inspektur Jenderal Tan Sri Khalid Abu Bakar menyebutkan kedua tersangka telah diinstruksikan untuk membasuh tangan mereka setelah Jong-nam tewas. Baik Doan dan Siti disebutnya mengetahui bahan kimia yang dioleskan kepada korban beracun.Saat ini, polisi masih menunggu hasil uji laboratorium untuk mengidentifikasi jenis kimia yang dipakai dalam kejahatan tersebut.Pihak kedutaan juga tidak menyebutkan dua orang karyawannya diduga terlibat dalam kasus pembunuhan tersebut, salah satunya bertugas sebagai sekretaris dan sisanya adalah karyawan maskapai Air Koryo. Mereka juga mengaku kecewa dengan pemerintah Malaysia dalam menangani kasus tersebut, dan menyebutnya sebagai 'gangguan' atas kedaulatan Korut.Tak hanya itu, Korut menyatakan tindakan Malaysia telah melanggar hukum internasional dan kepabeanan, dan di saat bersamaan menuduh negeri Jiran itu berada di sisi sama dengan musuhnya Korea Selatan. Mereka juga mendesak aparat kepolisian tidak hanya menargetkan atau mencurigai warganya, Malaysia diminta fokus mencari penyebab kematian dan mencari tersangka sebenarnya.

Sempat nyatakan terkena serangan jantung

Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia, Datuk Dr Noor Hisham Abdullah, mengungkapkan, tidak ada bukti yang menunjukkan Kim Jong-nam, korban pembunuhan di Bandara Internasional Kuala Lumpur, terkena serangan jantung atau luka tusukan bekas suntikan di tubuh pria tersebut.Abdullah menuturkan, proses otopsi dilakukan dua hari setelah kematian Jong-nam. Sebab, tidak ada keluarga terdekat korban yang datang ke rumah sakit untuk mengklaim jenazah Jong-nam.Dilansir dari laman Straits Times, Selasa (21/2), saat ini, pihak berwenang sedang menunggu hasil tes laboratorium untuk mengonfirmasi identitas jenazah serta penyebab kematian. Rencananya hasil tersebut akan keluar besok (22/2) dan tidak akan dilakukan pemeriksaan jenazah ulang setelah hasil keluar.Kim Jong-nam merupakan saudara tiri pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. Dia dibunuh dengan cara disemprot cairan beracun oleh dua wanita asing. Salah satu pelaku diidentifikasi sebagai WNI bernama Siti Aisyah.Sebelum tewas, Jong-nam sempat mengunjungi pusat bantuan untuk meminta pertolongan. Dia dibawa petugas berwenang ke klinik di bandara. Sayangnya, nyawa Jong-nam tidak tertolong saat dibawa ke rumah sakit.

Persulit KBRI temui Siti Aisyah dan umbar kasus ke media

Kementerian Luar Negeri melalui Direktur Perlindungan WNI dan Bantuan Hukum Indonesia Lalu Muhammad Iqbal menyerukan kepada Malaysia agar fokus pada penyelidikan kematian Kim Jong-nam, kakak tiri pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.Dalam kejadian itu sudah ada empat orang ditangkap dan sedang diselidiki, dua perempuan dan dua laki-laki. Salah satunya adalah warga negara Indonesia dengan nama Siti Aisyah (SA). Kedua wanita itu dikatakan menyerang Jong-nam dengan menyemprotkan cairan ke wajah korban."Mereka harusnya fokus kepada penyidikan dan tidak perlu menyampaikan informasi-informasi yang hanya akan memperluas spekulasi," ujar Iqbal dalam keterangannya kepada merdeka.com, Kamis (23/2).Iqbal melanjutkan, staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dan pengacara yang akan memberikan kekonsuleran buat Siti hingga saat ini belum diberi akses menemuinya. Selain itu Kemlu juga menyesalkan pihak kepolisian Malaysia yang malah menyampaikan ke media atas temuan fakta baru terkait SA, bukannya ke pengacara."Kami belum dapat akses. Karena itu harapan kami kalau ada fakta hukum baru tentang SA harusnya polisi Malaysia sampaikan kepada pengacara yang kami tunjuk, bukan ke media. Ini kan proses hukum," kata Iqbal.Inspektur Jenderal Polisi Malaysia Khalid Abu Bakar kemarin dalam rilis hasil investigasinya menyatakan dua wanita yang terlibat dalam penyerangan itu tahu cairan yang disemprotkan itu beracun. Kedua tersangka bahkan diperintahkan untuk mencuci tangan setelah melakukan serangan."Kami mengharapkan mereka benar fokus ke penyidikan, mengumpulkan bukti-bukti dan fakta-fakta hukum, dan sejauh yang terkait dengan SA, menginformasikannya pada kesempatan pertama kepada pengacara sebelum menyampaikannya kepada publik," tutur Iqbal.

 

(mdk/tyo)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
VIDEO: DPR Skak Habis Kapolda Sulteng Kasus Tahanan Tewas, Duga Ada Orang Dalam 'Bermain'
VIDEO: DPR Skak Habis Kapolda Sulteng Kasus Tahanan Tewas, Duga Ada Orang Dalam 'Bermain'

Komisi III kembali menyinggung kasus tewasnya tahanan di Polres Kota Palu.

Baca Selengkapnya
Komnas HAM Duga Ada Obstruction of Justice dalam Kasus Afif Maulana, Desak CCTV Polsek Dibuka
Komnas HAM Duga Ada Obstruction of Justice dalam Kasus Afif Maulana, Desak CCTV Polsek Dibuka

Komnas HAM RI menduga kuat terjadi perintangan penyidikan atau "obstruction of justice" dalam kasus kematian Afif Maulana.

Baca Selengkapnya
Kasus Penembakan Aipda Robig, Keluarga Gamma Bakal Laporkan Kapolrestabes Semarang ke Propam Mabes Polri
Kasus Penembakan Aipda Robig, Keluarga Gamma Bakal Laporkan Kapolrestabes Semarang ke Propam Mabes Polri

Keluarga meminta Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mencopot Kapolrestabes Semarang agar kasus penembakan siswa SMK 4 Semarang diungkap jelas.

Baca Selengkapnya
Perindo Harap MKMK Jawab Keresahan Publik soal Nepotisme di Lembaga Tinggi Negara
Perindo Harap MKMK Jawab Keresahan Publik soal Nepotisme di Lembaga Tinggi Negara

Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menambah syarat maju capres dan cawapres berbuntut panjang

Baca Selengkapnya
Geger Mayat Terikat Rantai dan Diberi Pemberat di Sungai Musi, Ditenggelamkan saat Masih Hidup?
Geger Mayat Terikat Rantai dan Diberi Pemberat di Sungai Musi, Ditenggelamkan saat Masih Hidup?

Sebelum ditemukan tewas, korban pergi dari rumah sejak 6 Juni 2024.

Baca Selengkapnya
Deretan Kejanggalan Kasus Sianida Jessica Wongso dan Mirna Salihin di Film Dokumenter 'Ice Cold'
Deretan Kejanggalan Kasus Sianida Jessica Wongso dan Mirna Salihin di Film Dokumenter 'Ice Cold'

Film dokumenter yang berjudul 'Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso' kini menyita perhatian publik karena dianggap ada kejanggalan.

Baca Selengkapnya
Loyalis Sukarno, Letjen Hartono Tewas Dibunuh atau Bunuh Diri?
Loyalis Sukarno, Letjen Hartono Tewas Dibunuh atau Bunuh Diri?

Hartono dikenal sebagai sosok yang sangat setia kepada Presiden Sukarno, bahkan ketika kekuasaan Sukarno mulai melemah.

Baca Selengkapnya
Pekerja Proyek Temukan Tulang Manusia di Rumoh Geudong
Pekerja Proyek Temukan Tulang Manusia di Rumoh Geudong

Mereka diduga korban pembunuhan extra judicial killing ketika pemberlakuan daerah operasi militer di Aceh.

Baca Selengkapnya
Sejarah Poros Jakarta-Pyongyang-Peking, Rumusan Politik Luar Negeri Soekarno yang Anti Barat
Sejarah Poros Jakarta-Pyongyang-Peking, Rumusan Politik Luar Negeri Soekarno yang Anti Barat

Di masa Demokrasi Terpimpin Presiden Soekarno merumuskan politik luar negeri yang cenderung anti barat dan memihak kepada negara-negara Komunis.

Baca Selengkapnya
Rawamangun Geger! Ada Tulang Belulang Manusia di Bangunan Kosong, Begini Kronologinya
Rawamangun Geger! Ada Tulang Belulang Manusia di Bangunan Kosong, Begini Kronologinya

Betapa terkejutnya mereka saat masuk ke dalam bangunan. Ternyata, ada kerangka manusia terdiri dari tengkorak kepala, tulang tangan, kaki dan badan.

Baca Selengkapnya
Mayat Laki-Laki Diduga Korban Pembunuhan Ditemukan di Kebun Jeruk, Ini Ciri-Ciri Korbannya
Mayat Laki-Laki Diduga Korban Pembunuhan Ditemukan di Kebun Jeruk, Ini Ciri-Ciri Korbannya

Banyak ditemukan luka pada tubuh mayat yang ditemukan tergeletak itu.

Baca Selengkapnya
Makam Afif Maulana Selesai Diekshumasi, Kompolnas: Mari Mengacu Kepada Hasil, Bukan Menduga-duga
Makam Afif Maulana Selesai Diekshumasi, Kompolnas: Mari Mengacu Kepada Hasil, Bukan Menduga-duga

Ekshumasi dilakukan sesuai dengan harapan dan permintaan dari keluarga Afif Maulana.

Baca Selengkapnya