Keluarga Bantah Klaim China Soal Pembebasan Tahanan Uighur dari Kamp Pelatihan
Merdeka.com - Pemerintah China mengklaim telah membebaskan 90 persen tahanan muslim Uighur dari kamp di Xinjiang yang disebut sebagai tempat pendidikan (pelatihan) ulang. Dalam klaimnya, pemerintah China juga menyebut warga yang telah dibebaskan kini telah mendapatkan pekerjaan.
Namun keluarga muslim Uighur membantah klaim tersebut. Termasuk juga penolakan atas klaim tersebut datang dari Amerika Serikat dan organisasi HAM. Demikian dilansir dari laman Alaraby, Kamis (1/8).
China diperkirakan telah menahan 1,5 juta muslim, mayoritas dari etnis Uighur di kamp pelatihan yang disebut sebagai kamp konsentrasi oleh pengacara dan organisasi HAM dunia.
-
Apa yang terjadi pada warga Uighur? 'Dan kemudian mereka tidak tahu tentang orang tuaku. Itu terakhir kali aku mendengar kabar dari mereka,' ujar Abdul ketika menjadi narasumber pada agenda konferensi pers dan dialog publik bertemakan 'Plight of Uyghur and Current Updates' diselenggarakan oleh OIC Youth Indonesia di Marrakesh Inn Hotel, Jakarta Pusat, Selasa (19/12).
-
Kenapa warga Uighur dikriminalisasi? 'Penerintah komunis China mengkriminalisasi praktek Islam yang normal,' kata Abdul.
-
Bagaimana China mengawasi warga Uighur? Lebih lanjut, Astrid juga menjelaskan bahwa perkembangan situasi terkini dari masyarakat Uighur di China, di mana masih banyak CCTV atau kamera pengawas yang mengamati kondisi atau pergerakan warga di sana, khususnya di provinsi Xinjiang. 'Kondisi saat ini masih terjadi pembatasan atau pengawasan, baik secara langsung ataupun tidak langsung menggunakan teknologi yang lebih canggih,' jelasnya.
-
Dimana Rohingya ditampung? 'Mereka pengungsi Rohingya ini akan ditempatkan di kamp pramuka oleh Satgas Provinsi,' kata Muhammad Iswanto.
-
Siapa yang direhabilitasi? Jadi proses asesmen, dan juga rekomendasi asesmen ini tidak datang dari penyidik Polres Metro Jakarta Barat. Tetapi berdasarkan dari rekomendasi asesmen terpadu BNNP DKI Jakarta,' kata Syahduddi saat jumpa pers, Selasa (25/6/2024).
-
Siapa korban dari pembantaian di China? 41 tulang belulang tanpa kepala yang dianalisis ternyata semuanya milik wanita dan anak-anak.
China mengklaim langkah itu sebagai upaya mengatasi ancaman separatis dan ekstremis Islam di wilayah tersebut, dan melabeli tahanan dengan sebutan 'siswa' yang harus dilatih agar bisa berintegrasi dengan masyarakat China.
Wakil pemimpin pemerintah Xinjiang, Alken Tuniaz mengklaim lebih dari 90 persen 'siswa' telah menyelesaikan pelatihan dan kembali ke keluarga mereka.
"Sebagian besar telah berhasil mendapatkan pekerjaan," ujarnya.
Namun para ahli dan pengacara meragukan klaim tersebut karena tak ada bukti pembebasan tahanan dalam jumlah besar.
"China membuat pernyataan yang menipu dan tidak dapat diverifikasi dalam upaya sia-sia untuk menghilangkan kekhawatiran di seluruh dunia atas penahanan massal warga Uighur dan anggota etnis minoritas lainnya di Xinjiang," kata Direktur Asia Tenggara dan Asia Timur Amnesty International, Nicholas Bequelin dalam sebuah pernyataan.
"Kami tidak menerima laporan pembebasan dalam skala besar, faktanya keluarga dan teman-teman para tahanan belum bisa menghubungi mereka (tahanan)," imbuhnya.
Departemen Luar Negeri AS dan Pentagon dalam pernyataan bersama juga mengatakan mereka tidak dapat memverifikasi klaim yang masih kabur.
Skeptisisme yang sama itu disampaikan Kongres Uighur Dunia, sebuah kelompok yang berbasis di Jerman yang mengkampanyekan penentuan nasib masyarakat Uighur, yang mengatakan klaim itu memiliki pola yang dapat diprediksi dari pernyataan meragukan.
Muslim Uighur di seluruh dunia meramaikan media sosial dengan tagar #ProveThe90, meminta Tuniaz menyampaikan di mana keluarga mereka yang hilang, yang sebelumnya diduga ditahan di kamp pelatihan.
"Jika memang benar mereka dibebaskan, maka izinkan saya berbicara dengan ibu saya!" kata salah seorang pengguna Twitter.
"90%?? Tunjukkan saya orang tua saya, #ProveThe90.! Saya sangat merindukan orang tua saya, buktikan wahai pembohong!"
Departemen Luar Negeri AS dan Pentagon juga mendesak China mengizinkan pejabat PBB memiliki akses tanpa batas ke kamp-kamp, dan memungkinkan umat Islam untuk bepergian dengan bebas dari Xinjiang dan China.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Cerita Warga Uighur Hilang Kontak Tujuh Tahun dengan Keluarga Akibat Aksi Genosida
Baca SelengkapnyaLaporan AS mengklaim ada genosida di Xinjiang dan pembatasan kegiatan keagamaan tertentu serta menunjukkan peningkatan "anti-Semitisme" secara daring.
Baca SelengkapnyaSejumlah tahanan yang telah dibebaskan mengungkap perlakuan buruk aparat Israel selama mereka di dalam penjara.
Baca SelengkapnyaMomen warga Palestina disambut meriah usai dibebaskan dari penjara Israel.
Baca SelengkapnyaPemulangan ini merupakan tahap kedua setelah sebelumnya tanggal 12 November 2023 dipulangkan 101 WNI tidak memiliki dokumen terdiri atas 55 anak dan 46 ibunya.
Baca SelengkapnyaKeluarga tawanan Hamas asal Thailand mengungkap kondisi saudaranya setelah menjadi tawanan.
Baca SelengkapnyaPembebasan tawanan Thailand ini di luar kesepakatan Hamas dengan Israel. Hamas membebaskan warga mereka setelah negosiasi dengan pemerintah Thailand .
Baca SelengkapnyaToleransi antar umat beragama di Xinjiang cukup baik. Masjid ada dimana-mana, gereja juga ada.
Baca SelengkapnyaNegara menghemat biaya makan narapidana dan anak binaan sebesar Rp81,2 miliar
Baca SelengkapnyaPengungsi Rohingya membangun rumah di atas gunung dan dibongkar oleh pemerintah, setelahnya mereka membangun kembali rumah semi permanen.
Baca SelengkapnyaTak tanggung-tanggung, ribuan hektar disediakan Bangladesh untuk para pengungsi.
Baca SelengkapnyaChina menganggap kubah dan menara masjid sebagai bentuk pengaruh asing.
Baca Selengkapnya