Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kerikil Kecil di Ujung Sepatu Lars Junta Militer

Kerikil Kecil di Ujung Sepatu Lars Junta Militer Daerah Thantlang di negara bagian Chin, Myanmar dibakar pasukan junta pada 29 Oktober 2021. ©Stringer—AFP/Getty Images

Merdeka.com - Ketika militer Myanmar melakukan kudeta pada 1 Februari 2021, Cung Hlei Thawng hanya seorang pria biasa yang tinggal bersama ibunya di Thantlang, daerah pegunungan di barat laut negara itu yang berbatasan dengan India. Tapi pada April tahun lalu, mantan pekerja komunitas itu menjadi panglima Pasukan Pertahanan Chinland (CDF) cabang Thantlang.

CDF merupakan satu dari ratusan kelompok revolusioner bersenjata yang muncul di Myanmar setelah kudeta. Kelompok-kelompok ini menentang kekuasaan militer dan angkat senjata melawan pasukan junta.

Saat awal kudeta, Cung Hlei Thawng bergabung bersama jutaan warga Myanmar lainnya berdemonstrasi menentang militer. Ketika penindasan militer terhadap para penentang kudeta dimulai, dia menuju ke hutan dan ikut mengangkat senjata.

Pada September 2021, CDF Thantlang dengan cepat mengalahkan pasukan junta. Junta kemudian membalas dengan serangan membabi buya. Militer membunuh tujuh orang warga sipil dengan tembakan dan serangan artileri dan membakar desa-desa di Thantlang, menghancurkan 1.2000 bangunan dan membuat 10.000 warga mengungsi, menurut Organisasi HAM Chin. Salah satu rumah yang dibakar adalah milik keluarga Cung Hlei Thawng, yang baru dibangun beberapa bulan sebelumnya dengan uang yang ditabung ayahnya bertahun-tahun sebelum meninggal pada 2018.

"Orang-orang tidak pernah membayangkan hal seperti ini bakal terjadi," kata Thawng, dikutip dari laman TIME, Kamis (10/11).

Menurut pemerintah tandingan yang disebut Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), oposisi anti militer yang dibentuk para anggota parlemen terpilih yang disingkirkan saat kudeta, kelompok perlawanan telah menguasai lebih dari setengah wilayah Myanmar. Di saat mereka terus berjuang mengambil alih kota-kota besar dan daerah lainya, kelompok ini membangun sistem pemerintahan sendiri yang disebut "daerah yang dibebaskan", di mana mereka berusaha untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan para pengungsi internal yang sekarang berjumlah lebih dari 1,4 juta orang —dan menyediakan layanan termasuk perawatan kesehatan, pendidikan, dan penegakan hukum kepada masyarakat umum.

Thantlang, yang pernah menjadi simbol tragedi kekejaman militer, kini menjadi benteng perlawanan. Sampai November tahun lalu, hanya dua bulan setelah junta membakar habis daerah itu, CDF merebut kontrol atas 51 dari 88 desa di daerah tersebut. Selain memerintah puluhan desa itu, CDF juga memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga sipil yang mengungsi.

Pertarungan untuk merebut daerah itu masih berlangsung. CDF Thantlang melanjutkan perlawanannya terhadap militer walaupun dibombardir dan kehilangan 20 anggotanya sejak kelompok tersebut terbentuk.

"Tekad kami adalah inti pertempuran," tegas Cung Hlei Thawng.

Sejak pertengahan tahun lalu, bentrokan militer dan kelompok pertahanan semakin memanas. Myanmar barat laut menjadi medan tempur utama perlawanan terhadap junta, dan Thantlang menjadi episentrumnya.

Di kamp CDF Thantlang, adrenalin meninggi. Sejak saat itu, kelompok ini kerap terlibat pertempuran dan semakin kuat serta anggotanya semakin bertambah.

"Beberapa orang mencari strategi di YouTube," kata Thawng.

"Kami melatih diri sendiri."

Pada 11 September 2022, pasukan gabungan CDF dan CNA (Tentara Nasional Chin) merebut kamp militer strategis, membunuh 12 tentara junta, dan menyita senjata dalam jumlah besar. Militer lalu membalas dengan tembakan membabi buta di kawasan permukiman penduduk.

"Seluruh daerah Thantlang ketakutan," ujarnya.

Suara bom dan tembakan di mana-mana. Ribuan orang dievakuasi ke desa-desa terdekat dan ke daerah Mizoram di India.

Pertempuran berlanjut pada 18 September, setelah pasukan CDF Thantlang dan CNA menewaskan lebih banyak anggota militer. Malam berikutnya, pasukan militer menembakkan artileri ke Thantlang, dan jalan-jalan utama menjadi lautan api.

Ketika Cung Biak Hum, seorang pastor berusia 31 tahun bergegas mematikan api, tentara junta menembaknya dan memotong jari manisnya. Warga melarikan diri selama sepekan, tapi bagi masyarakat Chin, yang menganut agama Kristen, pembunuhan anggota masyarakat yang dihormati semakin meningkatkan semangat untuk melawan.

"Itu memberikan kami semakin banyak kekuatan dan energi untuk revolusi kami," kata Cung Hlei Thawng.

Cung Hlei Thawang, yang mengalami cedera kaki saat uji coba alat peledak Juli lalu, berencana kembali ke medan pertempuran secepatnya jika kondisinya membaik.

"Badan saya tidak bisa kembali normal lagi," ujarnya.

"Tapi, saya telah berjanji sejak awal bahwa saya tidak akan berhenti setelah satu hari atau satu tahun. Saya berjanji untuk tidak pernah menyerah."

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Jejak Peninggalan Pertempuran Tengaran di Semarang, Melihat Tempat Ibadah Para Pejuang hingga Markas Belanda
Jejak Peninggalan Pertempuran Tengaran di Semarang, Melihat Tempat Ibadah Para Pejuang hingga Markas Belanda

Pertempuran Tengaran terjadi pada masa Agresi Militer II, tepatnya sekitar tanggal 25 Mei 1947

Baca Selengkapnya
Potret Caluk Trantang, Senjata Tradisional Asal Tuban yang Berjasa Bebaskan Warga dari Kekejaman Penjajah
Potret Caluk Trantang, Senjata Tradisional Asal Tuban yang Berjasa Bebaskan Warga dari Kekejaman Penjajah

Masyarakat tak gentar hadapi para tentara Belanda walaupun senjata mereka lebih canggih.

Baca Selengkapnya
Jelajah Benteng Besar Milik Tentara Jepang di Pantai Ulak Karang Padang, Kini Kian Terbengkalai
Jelajah Benteng Besar Milik Tentara Jepang di Pantai Ulak Karang Padang, Kini Kian Terbengkalai

Benteng Ulak Karang, aset peninggalan tentara Jepang di Padang.

Baca Selengkapnya
Dikenalkan pada Masa Pendudukan Jepang, Ini Sejarah Penggunaan Senjata Bambu Runcing oleh para Pejuang Indonesia
Dikenalkan pada Masa Pendudukan Jepang, Ini Sejarah Penggunaan Senjata Bambu Runcing oleh para Pejuang Indonesia

Bambu runcing adalah simbol perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah

Baca Selengkapnya
Melihat Kejamnya Tentara KNIL di Tahun 1948, Todongkan Senjata pada Warga Indonesia Bikin Ketar-Ketir
Melihat Kejamnya Tentara KNIL di Tahun 1948, Todongkan Senjata pada Warga Indonesia Bikin Ketar-Ketir

Terlihat warga Indonesia mendapat ancaman dari tentara KNIL pada tahun 1948 silam. Tergambar dari potret yang beredar, warga Indonesia nampak tak berdaya.

Baca Selengkapnya
Mengenal Ritual Adat Laluhan, Simbol Kegigihan Masyarakat Dayak dalam Pertahankan Wilayah dari Gangguan Musuh
Mengenal Ritual Adat Laluhan, Simbol Kegigihan Masyarakat Dayak dalam Pertahankan Wilayah dari Gangguan Musuh

Adanya ritual ini bisa menjadi potensi wisata yang mengundang wisatawan dari berbagai daerah.

Baca Selengkapnya
Uniknya Tradisi Wakare di Majalengka, Warga Satu Kampung Gotong Royong Angkat Rumah
Uniknya Tradisi Wakare di Majalengka, Warga Satu Kampung Gotong Royong Angkat Rumah

Warga secara kompak menggotong rumah ke kampung tetangga untuk mengingat kejamnya tentara Jepang di masa penjajahan

Baca Selengkapnya
Keris Puputan Klungkung Paling Bersejarah Akhirnya Pulang ke Tanah Air Setelah 115 Tahun
Keris Puputan Klungkung Paling Bersejarah Akhirnya Pulang ke Tanah Air Setelah 115 Tahun

Keris pusaka Klungkung, saksi bisu tragedi pembantaian Belanda di Puri Smarapura, kembali setelah 115 tahun.

Baca Selengkapnya
Benteng Anoi Itam, Bangunan Sejarah Peninggalan Tentara Jepang di Kota Sabang
Benteng Anoi Itam, Bangunan Sejarah Peninggalan Tentara Jepang di Kota Sabang

Benteng Anoi Itam, bangunan bersejarah milik tentara Jepang berada di Kota Sabang.

Baca Selengkapnya
Menilik Uniknya Kotta mara, Benteng Apung Milik Orang Kalimantan yang Digunakan saat Perang Banjar
Menilik Uniknya Kotta mara, Benteng Apung Milik Orang Kalimantan yang Digunakan saat Perang Banjar

Benteng ini cukup efektif digunakan ketika Perang Banjar berlangsung dan berguna sebagai kapal bersenjata atau mencegah musuh maju di aliran sungai.

Baca Selengkapnya
Mengenal Legiun Canthang Balung, Pasukan Khusus Pengusir Lelembut dari Keraton Surakarta
Mengenal Legiun Canthang Balung, Pasukan Khusus Pengusir Lelembut dari Keraton Surakarta

Keberadaan Legiun Canthang Balung mengalami pasang surut seiring perjalanan waktu

Baca Selengkapnya
Panglima TNI Resmikan Replika Benteng Cikahuripan, Ternyata Ini Makna yang Tersimpan
Panglima TNI Resmikan Replika Benteng Cikahuripan, Ternyata Ini Makna yang Tersimpan

Peresmian ini didampingi Wakasad Letjen TNI Tandyo Budi Revita, dan Pangdam III/Siliwangi

Baca Selengkapnya