Kesalnya Warga Shanghai karena Rumah Mereka Dipagari Tinggi Tanpa Alasan
Merdeka.com - Pemerintah Shanghai memasang pagar untuk membatasi pergerakan warga, upaya terbaru memerangi wabah Covid.
Pagar hijau berdiri di depan rumah warga tanpa pemberitahuan. Seorang warga menyampaikan kepada BBC, tiba-tiba ada pagar hijau di depan rumahnya tiga hari lalu tanpa pemberitahuan.
Sebanyak 25 juta penduduk Shanghai berada di bawah lockdown ketat sejak infeksi Covid melonjak di kota itu.
-
Kenapa tembok besar china dibangun? Tujuannya, kata para peneliti, melindungi negara bagian Xiongnu dan Xianbei utara.
-
Apa fungsi meterai di China? Penggunaan meterai pertama kali diketahui pada masa Dinasti Qin di China, sekitar abad ke-3 SM. Pada saat itu, materai digunakan sebagai tanda bukti pembayaran pajak.
-
Apa yang dilakukan polisi China? Sang polisi bahkan tak segan turun tangan mempromosikan dagangan sang penjual dengan pengeras suara. 'Enam mao per setengah kilogram,' katanya. Saat salah seorang calon pembeli melirik, sang polisi turut menggiring sosoknya ke lapak.'Silakan kalau mau lihat dulu,' ungkapnya.
-
Bagaimana cara Pemerintah China menyamarkan Piramida? Pemerintah bahkan telah menanam pohon di piramida tersebut untuk menyamarkan keberadaannya.
-
Kenapa polisi China mengusur pedagang? Dia diberi imbauan agar tak berjualan di lokasi. Sebab, hal tersebut diungkap sang polisi dapat memicu kecelakaan bagi diri sendiri dan pengguna jalan raya lainnya. 'Anda tidak bisa berjualan semangka di sini. Ini bisa mengganggu lalu lintas,' terangnya.
-
Bagaimana cara mencegah penularan flu Singapura? Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun merupakan salah satu cara paling efektif untuk mencegah penularan flu Singapura.
Foto-foto yang beredar di media sosial menunjukkan petugas dengan APD menyegel pintu masuk di blok permukiman warga dan menutup jalan dengan pagar hijau.
Pagar setinggi 2 meter itu dipasang di sekitar bangunan yang dikategorikan "kawasan tertutup" di mana sedikitnya satu orang dites positif Covid-19.
Setiap orang yang tinggal di "kawasan tertutup" itu dilarang keluar rumah, walaupun mereka tidak terinfeksi virus corona.
Dikutip dari BBC, Senin (25/4), belum jelas alasan pemerintah memasang pagar tersebut.
Pemberitahuan pemerintah lokal tertanggal 23 April yang dibagikan online menyatakan pihaknya menerapkan "karantina ketat" di beberapa wilayah.
BBC belum bisa memverifikasi foto-foto yang bermunculan di media sosial, tapi sempat mewawancarai warga negara asing yang tinggal di Shanghai. WNA yang meminta tak disebutkan namanya ini mengatakan pagar hijau berdiri di komplek tempat tinggalnya tiga hari lalu.
Gerbang utama ke tempat tinggalnya digembok tiga pekan lalu setelah seorang tetangganya positif Covid. Tapi pada Kamis pekerja memasang pagar baru tanpa pemberitahuan.
"Ada koridor panjang di komplek pemukiman kami, dan dalam koridor panjang itu mereka memasang pagar hijau lain tiga hari lalu," ujarnya melalui telepon.
"Tidak ada yang menjelaskan kepada kami alasan pemasangan pagar itu."
"Tidak ada yang bisa keluar," lanjutnya.
"Saya merasa tak bisa apa-apa. Anda tidak tahu kapan lockdown akan berakhir."
"Kalau wilayah Anda dipagari, bagaimana kalau terjadi kebakaran? Menurut saya tidak ada orang waras yang bisa menyegel rumah orang."
Ketika pejabat kota Shanghai sibuk memasang pagar, pejabat lainnya berusaha memblokir video yang menyoroti dampak lockdown yang beredar di media sosial.
Salah satu video yang beredar mengkritik kekurangan pasokan makanan dan mengeluhkan kondisi medis.
"Kami belum makan selama berhari-hari," kata salah satu warga dalam video itu berdurasi enam menit itu.
Kritik masyarakat terhadap kebijakan pemerintah terbilang langka di China. Tapi dalam beberapa pekan terakhir, beberapa warga Shanghai melontarkan kritik di media sosial, termasuk lambannya pemerintah menyalurkan bantuan makanan seperti sayur, daging, dan telur.
Pemerintah Shanghai juga memasang alarm elektronik di pintu-pintu rumah warga untuk mencegah mereka yang terinfeksi virus keluar rumah. Pemerintah juga memerintahkan semua pasien yang terinfeksi dan kontak terdekat mereka dibawa ke fasilitas karantina pemerintah.
Shanghai melaporkan rekor 39 kasus kematian Covid pada Minggu, selain 21.000 lebih infeksi baru.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bukan hanya di Cina, rumah paku ternyata juga ada di Indonesia lho!
Baca SelengkapnyaIstri yang menyewa rumah tersebut menderita kanker stadium akhir.
Baca SelengkapnyaLebih dari 100.000 orang dievakuasi akibat hujan lebat dan banjir mematikan tersebut.
Baca SelengkapnyaJembatan darurat ini terdiri dari rangkaian pipa besi dengan jalur pejalan kaki yang terbuat dari papan kayu.
Baca SelengkapnyaMansion ini dibangun pada tahun 2010. Namun ketika proyek ini berjalan dua tahun, pekerjaan tersebut telah dihentikan.
Baca SelengkapnyaAda kota yang membebaskan pemilik rumah tempat tinggal dari kewajiban membayar pajak keuntungan.
Baca SelengkapnyaPengungsi ditertibkan itu tinggal di tenda yang dikhawatirkan membahayakan diri mereka, menimbulkan penyakit, dan mengganggu ketertiban.
Baca SelengkapnyaChina menganggap kubah dan menara masjid sebagai bentuk pengaruh asing.
Baca SelengkapnyaWarga memanfaatkan jalan pipa. Jalan tersebut tidak terhubung dengan jalan utama PIK 2.
Baca Selengkapnya