Ketar Ketir Warga Beijing Hadapi Gelombang Baru Wabah Covid
Merdeka.com - Ibu kota China, Beijing, meluncurkan program tes Covid-19 massal untuk 21 penduduknya. Ini salah satu upaya pemerintah setempat ketika dihadapkan dengan meluasnya wabah virus corona dan untuk menghindari lockdown seluruh kota.
Beijing melaporkan 33 kasus infeksi Covid baru pada Selasa, sehingga total infeksi mencapai 80 sejak Jumat. Jumlahnya memang kecil, tapi pemerintah yang mengikuti kebijakan nol Covid cemas wabah semakin meluas sebagaimana yang terjadi di kota komersial Shanghai, yang memberlakukan lockdown ketat selama berminggu-minggu.
Warga di Bejing selatan, di mana dilaporkan 1.600 kasus infeksi baru dan 52 kematian pada Selasa, semakin frustrasi dengan ketidakmampuan pemerintah memenuhi keperluan dasar warga selama penutupan kota itu.
-
Kenapa kasus Covid-19 naik? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kapan kasus Covid-19 meningkat? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Di mana kasus cacar air meningkat signifikan? Di Indonesia, khususnya di Tangerang Selatan, jumlah kasus cacar air (Varicella) mengalami lonjakan yang signifikan dalam beberapa minggu terakhir, mencapai total 75 kasus.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Apa itu penyakit misterius di China? Dalam beberapa hari terakhir, China dihantui lonjakan penyakit pernapasan misterius di kalangan anak-anak di sepanjang wilayah utara, menciptakan kekhawatiran di kalangan masyarakat.
-
Apa saja penyakit kritis yang meningkat? Berdasarkan data Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), kasus penyakit katastropik (jantung, kanker, stroke, gagal ginjal, dan lainnya) di Indonesia mengalami peningkatan sebanyak 23,3 juta kasus di tahun 2022.
Sejumlah video bermunculan di media sosial, menunjukkan warga berdiri di dekat jendela sembari memukup panci dan wajan dengan penuh kemarahan, atau memainkan "Apakah kalian mendengar orang-orang bernyanyi?", sebuah lagu protes dari musikal Les Miserables, menggunakan terompet dan seruling.
Dikutip dari Al Jazeera, Selasa (27/4), Beijing mulai melakukan tes Covid massal di distrik terpadat Chaoyang pada Senin pagi. Pemerintah telah mendata 10 distrik lainnya dan satu zona ekonomi untuk pelaksanaan wajib tes Covid pekan ini, mencakup total 20 juta orang, sementara 16 juta orang yang dijadwalkan dites pada Selasa.
Wartawan Al Jazeera, Katrina Yu, yang melaporkan dari Beijing mengatakan penduduk kota itu diwajibkan melakukan tiga kali tes.
"Setelah hasil tiga putaran tes itu dikumpulkan di akhir pekan, kami memperkirakan pemerintah akan membuat keputusan pada Minggu apakah akan ada lockdown atau pembatasan lebih luas yang diterapkan di Beijing. Tapi orang-orang sangat gelisah," jelasnya.
"Punic-buying"
Kecemasan warga berujung panic buying di beberapa wilayah, termasuk Chaoyang. Orang-orang mengantre panjang di supermarket dengan troli dan tas belanja yang penuh barang belanjaan. Warga tetap menyerbu supermarket kendati media pemerintah berusaha meyakinkan masyarakat pasokan barang kebutuhan tersedia dalam jumlah besar.
Warga takut terjadi lockdown tiba-tiba seperti di Shanghai dan warga harus berjuang keras mendapatkan pasokan makanan dan perawatan kesehatan.
"Situasi di Shanghai tak bisa terbayangkan, dan banyak orang berpikir itu absurd, sebuah kota metropolis modern mengalami situasi seperti itu," kata salah seorang warga Beijing kepada AFP.
"Saya yakin situasi kami tidak akan seburuk itu, tapi jujur saja, kami juga membeli beras, mi, biji-bijian, dan minyak," lanjut pegawai HRD yang menyebut namanya Zhao itu.
"Kami membuat persiapan untuk setidaknya satu sampai dua minggu."
Khawatirkan perekonomian
Penduduk Beijing lainnya yang tinggal di Chaoyang mengatakan, dia diminta tinggal di rumah selama 14 hari pada Senin setelah salah satu tetangganya positif Covid. Dia mengaku merasa sedikit cemas.
"Saya khawatir kalau kami butuh obat atau barang lainnya nanti," ujarnya, yang meminta tak disebutkan namanya.
"Kami tidak tahu bagaimana mereka akan memperhitungkan masa karantina, dan tidak ada yang menjawab pertanyaan kami."
Untuk saat ini, sekolah, toko, dan perkantoran masih buka. Tapi Kuil Lama akan ditutup untuk wisatawan mulai Rabu, sedangkan Teater Nasional Beijing akan tutup selama sisa April ini.
Pemerintah juga meminta warga tidak meninggalkan ibu kota dan mencegah kumpul-kumpul pada libur Hari Buruh 30 April-4 Mei.
Warga dan para pengusaha juga mengkhawatirkan perekonomian jika lockdown diberlakukan.
"Kalau kami tidak bisa berangkat kerja, tidak akan ada pendapatan," kata staf di sebuah pusat kebugaran di Chaoyang, Dewei (31).
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Lonjakan kasus penyakit mirip influenza ini membuat sebuah RS di China penuh. Banyak pasien anak-anak yang terpaksa dirawat di koridor dan tangga rumah sakit.
Baca SelengkapnyaMunculnya wabah misterius ini mirip dengan awal kemunculan Covid-19 tiga tahun lalu.
Baca SelengkapnyaHingga 19 Desember 2023, jumlah kasus Covid-19 JN.1 mencapai 41 kasus.
Baca SelengkapnyaTemuan kasus Covid-19 kembali memantik kekhawatiran. Di Bali, ditemukan 43 kasus sejak awal Desember 2024.
Baca SelengkapnyaPenyakit Pernapasan Melonjak di China, WHO Minta Penjelasan
Baca SelengkapnyaPB IDI mengimbau masyarakat untuk menerapkan lagi protokol kesehatan seperti memakai masker dan menghindari kerumunan.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 di Singapura melonjak drastis. Indonesia mulai waspada.
Baca Selengkapnyamengonfirmasi tren kasus mingguan Covid-19 di Indonesia kembali mengalami peningkatan.
Baca SelengkapnyaSejak 27 November sampai 3 Desember kenaikan sebanyak 30 persen.
Baca SelengkapnyaDua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.
Baca SelengkapnyaSejak pertengahan Oktober 2023, WHO telah memantau data dari sistem pengawasan Tiongkok, terkait pneumonia misterius yang melanda anak-anak di China utara.
Baca SelengkapnyaKepala sebuah klinik di Tokyo, Ando Sakuro mengatakan bahwa sepuluh orang telah teruji positif setiap hari sejak akhir Juni.
Baca Selengkapnya