Ketika Pemerintah Sri Lanka Tak Kuasa Meredam Berita Palsu Usai Pengeboman di Gereja
Merdeka.com - Para ahli di Sri Lanka masih menyaksikan banyaknya berita palsu bertebaran di media sosial setelah peristiwa bom bunuh diri di gereja dan hotel pada Minggu Paskah lalu. Kondisi ini menunjukkan masih lemahnya kemampuan pemerintah untuk menangani penyebaran berita palsu.
Pemerintah Sri Lanka sempat memblokir media sosial seperti YouTube, Instagram, WhatsApp, Facebook, Twitter selama sembilan hari setelah peristiwa serangan bom bunuh diri pada 21 April yang menewaskan 258 orang dan melukai 500 lainnya itu.
Warga Sri Lanka kemudian banyak yang beralih menggunakan virtual private networks (VPN) atau jaringan TOR untuk bisa tetap menjalin komunikasi dengan kerabat mereka. Tapi bagi sebagian orang, cara itu berarti kesempatan untuk menyebarkan konten palsu masih terbuka lebar.
-
Bagaimana cara kerja sistem blokir Twitter yang baru? Meskipun demikian, keputusan ini menimbulkan kontroversi karena memberikan kesan bahwa pengguna yang diblokir masih dapat mengganggu orang lain dengan mengintip unggahan atau daftar followers.
-
Bagaimana TikTok dituding memicu bunuh diri? Menurut laporan dari Reuters, Rabu (6/11), konten tersebut dianggap berkontribusi pada dua kasus bunuh diri yang terjadi pada remaja berusia 15 tahun.
-
Siapa yang terancam diblokir Kominfo? Dari enam Online Travel Agent (OTA) yang terancam diblokir Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), kabar terbarunya sudah ada tiga penyelenggara sistem elektronik (PSE) asing yang telah mendaftar.
-
Siapa yang menyebarkan video hoaks? Video diunggah oleh akun @margiyo giyo
-
Bagaimana video korban tersebar? Setelah handphone selesai diperbaiki, selang beberapa hari sejumlah rekaman video syur milik korban bersama seorang pria beredar di media sosial dan menjadi viral.
-
Siapa yang menyebarkan hoaks ini? 'Berita yang menyebar itu adalah hoaks yang sengaja dihembuskan oleh OPM dan simpatisannya. Justru saat ini aparat TNI dari Yonif 527 membantu melaksanakan pengamanan RSUD Madi Paniai karena adanya pengaduan dari masyarakat bahwa gerombolan OPM akan membakar RSUD tersebut,' katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/5).
Sanjana Hattotuwa, pemantau berita palsu di media sosial dari Pusat Kebijakan Alternatif di Colombo, mengatakan pemerintah gagal mencegah penyebaran konten dari Facebook dan dia melihat adanya peningkatan laporan tentang berita palsu.
Kantor berita AFP harus membuat puluhan berita cek fakta untuk membantah klaim yang tersebar di facebook dan Twitter setelah peristiwa serangan bom bunuh diri.
Dilansir dari laman Times of India, Rabu (22/5), sebagian orang bahkan sampai membongkar kuburan dari korban perang saudara beberapa dekade lalu kemudian memotretnya dan mengatakan mereka adalah korban serangan bom bunuh diri saat Minggu Paskah.
Salah satu video di facebook memperlihatkan polisi menangkap seorang pria memakai pakaian burka dan mengklaim dia terlibat dalam pengeboman gereja. Video itu sebenarnya dibuat pada 2018 dan kasus itu adalah persoalan utang-piutang.
Unggahan lainnya memperlihatkan foto lima tahun lalu di India yang menayangkan sekelompok pria memakai kaos bergambar tulisan ISIS dan mengaku mereka adalah bagian dari sel ISIS di Sri Lanka.
Salah satu akun Twitter bahkan mengklaim sebagai pejabat militer Sri Lanka dan menuduh negara India terlibat dalam serangan bom bunuh diri itu. Akun itu kemudian dihapus oleh Twitter setelah militer Sri Lanka mengajukan keluhan.
Pemerintah Sri Lanka sebelumnya pernah memblokir Facebook pada Maret 2018 ketika kelompok garis keras Buddha mengunggah konten kekerasan agama yang menyebabkan tiga orang tewas dan ratusan rumah dan toko terbakar.
Melonjaknya penyebaran berita palsu menjadi tantangan bagi Sri Lanka yang sejak beberapa tahun lalu sudah bertekad akan memperluas kebebasan informasi.
Di India pemerintah menutup sementara jaringan mobile atau memblokir media sosial saat terjadi kerusuhan. Sebagian kalangan juga mengatakan ujaran kebencian di Facebook jadi faktor penting penindasan dan pembantaian muslim Rohingya di Myanmar pada 2017.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kominfo telah memblokir akun-akun yang terindikasi menyebar paham radikalisme.
Baca SelengkapnyaPolisi memastikan kondisi di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat hari ini aman.
Baca SelengkapnyaBegini aksi tentara Israel hancurkan alat medis di RS Gaza sampai banyak dikecam publik.
Baca SelengkapnyaBangladesh dilanda kerusuhan berdarah selama berhari-hari yang menewaskan sedikitnya 147 orang.
Baca Selengkapnya3 Bulan Agresi, Israel Hancurkan Lebih dari 1.000 Masjid dan Puluhan Kuburan di Gaza
Baca SelengkapnyaVideo gedung roboh itu diklaim akibat gempa yang menguncang Maroko pada Jumat (8/11).
Baca SelengkapnyaIsrael Tutup Kantor Berita Aljazeera, Peralatan Siaran Disita dan Situs Diblokir
Baca SelengkapnyaSebuah video berdurasi 1.40 detik merekam suasana sebelum rumah-rumah pengungsi kamp Jabalia, Gaza, Palestina dihantam bom Israel.
Baca SelengkapnyaWilayah Tepi Barat di Palestina mendadak sepi bak kota mati. Hampir seluruh rumah dan pertokoan tertutup rapat. Jalanan tampak kosong melompong.
Baca SelengkapnyaJumlah ini terhitung sejak 20 Oktober 2024 hingga 5 November 2024 pukul 06.00 WIB.
Baca SelengkapnyaPerdana Menteri Kanada ini marah kepada Facebook dan Google karena memblokir berita kebarakan.
Baca SelengkapnyaKemkomdigi mengatakan telah memblokir saluran Telegram yang terafiliasi dengan judi online. Hal ini disampaikan melalui akun YouTube Kemkomdigi TV
Baca Selengkapnya