Kisah Letusan Krakatau Disebut-sebut Menginspirasi Lukisan Terkenal Seniman Norwegia
Merdeka.com - Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda Sabtu malam kemarin meletus dan menimbulkan gelombang tsunami yang menyapu wilayah pesisir Pandeglang, Serang, Lampung Selatan, dan Tanggamus.
Badan SAR Nasional mencatat sedikitnya sudah 334 orang meninggal akibat diterjang tsunami malam itu.
Anak Krakatau merupakan gunung berapi yang muncul sebagai akibat letusan mahadahsyat gunung induknya, Krakatau, pada 27 Agustus 1883. Letusan Krakatau kala itu dilaporkan menewaskan sedikitnya 36.000 orang.
-
Kapan Gunung Krakatau meletus? Letusan dahsyat Gunung Krakatau terjadi pada 27 Agustus 1883.
-
Dimana letusan gunung berapi terjadi? Pertanyaan tersebut menjadi fokus perhatian para peneliti yang mengunjungi dataran tinggi luas dan berbatu di India Barat yang terbentuk oleh lava cair, di mana mereka melakukan pengeboran batu dan mengumpulkan sampel untuk dianalisis.
-
Bagaimana Gunung Batutara meletus? Letusan tersebut berupa abu vulkanik yang dimuntahkan ke dalam laut maupun letusan asap yang terus terjadi.
-
Siapa saja yang menjadi korban letusan Marapi? Data 75 orang pendaki itu merupakan data dari pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat berdasarkan sistem booking online.
-
Kapan gunung meletus? Dengan adanya faktor-faktor tersebut, terjadilah letusan gunung meletus yang dapat berdampak pada kerusakan lingkungan dan ancaman terhadap kehidupan manusia.
Saking dahsyatnya, letusan Krakatau terdengar sampai ke Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, yang berjarak 4.653 kilometer. Para ilmuwan memprediksi, daya ledak Krakatau mencapai 30 ribu kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, pada Perang Dunia II silam.
Dampak letusan itu disebut-sebut menjadi inspirasi Lukisan The Scream karya seniman Edvard Munch (1863-1944) asal Norwegia. Lukisan dikenal sebagai salah satu mahakarya yang terkenal di dunia. Lukisan itu dinilai sebagai ikon dari seni modern beraliran ekspresionisme.
edward munch ©the vintage news
The Scream menggambarkan sesosok manusia yang ekspresi wajahnya memperlihatkan jeritan ketakutan luar biasa sambil menutup kedua telinganya dan pemandangan di belakang sebagai latar menampakkan langit berwarna jingga dan air laut berwarna kelabu gelap.
Dikutip dari laman The Vintage News, sejumlah ahli mengatakan Munch ingin menggambarkan lukisan itu sebagai ekspresi dari gangguan mental dan ketakutan diakibatkan kecemasan. Buku harian Munch pada Januari 1892 merinci kejadian yang membuat dia melukis gambar itu dengan komposisi demikian.
"Saya sedang berjalan dengan dua teman--matahari kala itu hendak terbenam--tiba-tiba langit berubah menjadi merah darah--saya tertegun, merasa lelah, dan bersandar di pagar pembatas. Ada warna darah dan lidah api di atas bukit berwarna biru-hitam di antara laut dan kota--teman saya berlalu dan saya berdiri di sana, gemetar diliputi kecemasan--dan saya merasakan jeritan alam tak bertepi.
Meski aliran ekspresionis biasanya menggambarkan lukisan dari apa yang mereka lihat dalam pikiran dan jarang tertarik dengan pemandangan nyata yang dilihat di sekitar, peneliti kontemporer, termasuk Donald Olson, seorang profesor fisika dan astronomi di Universitas Texas, berpendapat, langit jingga di latar belakang lukisan Munch itu terinspirasi dari langit tak lazim berwarna jingga darah yang dilihat Munch pada 1883 dan 1884.
Pada saat itu debu erupsi Gunung Krakatau di Selat Sunda mencapai Eropa dan menyebabkan langit berwarna senja dan fajar di Norwegia, tempat asal sang pelukis, berubah menjadi jingga darah dan merah.
The Scream ©2014 Merdeka.com/www.telegraph.co.uk
Balai Lelang Sotheby di New York pada 2012 lalu menjual lukisan The Scream seharga USD 120 juta atau sekitar Rp 1,1 triliun. Lukisan itu tak ayal menjadi salah satu yang paling mahal di dunia.
Edward Munch membuat empat versi lukisan 'The Scream', tiga di antaranya disimpan di museum Norwegia, dua di antaranya pernah dicuri. Versi keempat bisa bernilai mahal karena bisa dimiliki perorangan.
Bagi pengamat seni, karya Munch ini disebut-sebut hanya kalah dari lukisan Leonardo Da Vinci 'Monalisa'.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Baru-baru ini Gunung Krakatau kembali erupsi pada Kamis (7/12) siang dengan tinggi kolom abu vulkanik 1.200 meter di atas puncak.
Baca SelengkapnyaBegini suara letusan Krakatau pada tahun 1883 yang ledakannya 10 ribu kali lebih dahsyat dari bom atom Hiroshima.
Baca SelengkapnyaLetusan Gunung Tambora merupakan letusan gunung api paling dahsyat dalam sejarah peradaban modern
Baca SelengkapnyaGelombang tersebut disusul oleh gelombang pasang yang kedua
Baca SelengkapnyaGunung dengan aktivitas vulkanik paling tinggi di Pulau Sumatera ini tak lepas dari mitos
Baca SelengkapnyaGunung Anak Krakatau kini berada pada status level III atau siaga.
Baca SelengkapnyaHanya satu catatan terkait letusan Gunung Krakatau yang dibuat oleh orang pribumi. Tulisan itu berjudul “Syair Lampung Karam”.
Baca SelengkapnyaBaru-baru ini Gunung Marapi di Kabupaten Agam mengalami erupsi yang cukup dahsyat.
Baca SelengkapnyaLetusan terjadi saat kapal feri berlayar membawa petugas SAR menuju tempat pengungsian.
Baca SelengkapnyaBerikut uraian setiap peristiwa erupsi Gunung Marapi yang tercatat BNPB.
Baca SelengkapnyaSejauh ini ada 10 korban jiwa akibat erupsi gunung api tersebut.
Baca Selengkapnya