Klinik di Hong Kong Dihukum Karena Rekomendasikan Vaksin Pfizer Daripada Sinovac
Merdeka.com - Otoritas kesehatan Hong Kong mengeluarkan sebuah klinik swasta dari program vaksinasi Covid-19 setelah klinik tersebut dilaporkan merekomendasikan vaksin buatan Jerman, Pfizer/BioNTech kepada pasiennya daripada pasien buatan China, Sinovac.
Langkah ini menggambarkan sensitivitas pemerintah Hong Kong terhadap kritik terkait vaksin Sinovac, yang memiliki angka kemanjuran lebih rendah.
Departemen Kesehatan Hong Kong menyampaikan pada Selasa, klinik tersebut tidak akan lagi memberikan suntikan vaksin Covid-19 karena dokternya melanggar persetujuan dengan program imunisasi.
-
Apa itu vaksin kanker Rusia? Vaksin kenker berteknologi mRNA ini diklaim tidak hanya mampu menekan pertumbuhan tumor, tetapi juga mencegah penyebarannya (metastasis).
-
Siapa yang terlibat dalam produksi vaksin dalam negeri? Salah satu proyek unggulannya adalah pengembangan Vaksin Merah Putih atau INAVAC yang bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair).
-
Apa tujuan produksi vaksin dalam negeri? Kemandirian dalam produksi vaksin merupakan salah satu kebijakan utama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam meningkatkan ketahanan kesehatan nasional.
-
Siapa yang mengembangkan vaksin kanker Rusia? Direktur Jenderal Pusat Penelitian Medis Radiologi Kementerian Kesehatan Rusia, Andrey Kaprin, menyampaikan 'Rusia telah mengembangkan vaksin mRNA sendiri untuk kanker, yang akan didistribusikan secara gratis kepada pasien.'
-
Kapan vaksin kanker Rusia diluncurkan? Lebih dari itu, pemerintah Rusia menyatakan bahwa vaksin ini akan didistribusikan secara gratis kepada pasien mulai awal 2025.
-
Bagaimana cara kerja vaksin kanker Rusia? Vaksin adalah obat medis berbasis biologis,' ujar Kaprin. Dalam wawancara dengan Radio Rossiya, ia juga menegaskan bahwa obat ini dikembangkan untuk berbagai jenis kanker, termasuk kanker usus besar, melanoma (kanker kulit), dan glioblastoma (kanker otak).
Pemerintah mengatakan mereka juga telah meminta kembali dosis vaksin Sinovac yang belum digunakan dari klinik tersebut.
Pengumuman tersebut disampaikan setelah sebuah foto pemberitahuan di klinik tersebut yang membedakan angka kemanjuran dua vaksin itu viral di dunia maya pada akhir pekan kemarin.
“Saran: Jangan ambil Sinovac, ambil BioNTech,” kata pemberitahuan tersebut, menambahkan dokter klinik tersebut memilih BioNTech, seperti dilansir Channel News Asia, Kamis (25/3).
Koran Ta Kung Pao kemudian menerbitkan laporan yang menuduh dokter "menjelekkan" vaksin Sinovac.
Sejauh ini sekitar 403.000 warga Hong Kong - sekitar 5 persen dari populasi - telah menerima dosis pertama. Lebih dari 250.000 di antaranya mendapat suntikan Sinovac, sedangkan sisanya mendapat suntikan Pfizer-BioNTech.
Secara terpisah pada Rabu, pemerintah menangguhkan penggunaan vaksin Pfizer karena masalah pengemasan, tetapi menekankan pihaknya tidak yakin ada risiko keamanan.
Data terbatas
Produsen vaksin Covid-19 China kurang terbuka dibandingkan pesaing mereka dalam menerbitkan data uji klinis. Vaksin Sinovac disetujui pengunaannya oleh otoritas Hong Kong setelah perusahaan mengirimkan data langsung ke regulator, bukan ke jurnal medis peer-review (kajian sejawat).
Data uji coba di negara lain menunjukkan kemanjuran Sinovac antara 50 persen hingga 80 persen, sementara data kemanjuran vaksin Pfizer/BioNTech 94 persen hingga 95 persen.
Hong Kong mulai program vaksinasi bulan lalu tetapi publik tidak terlalu antusias didorong ketidakpercayaan mereka terhadap China, yang dipicu tindakan keras Beijing terhadap gerakan demokrasi di wilayah itu. Sebuah survei baru-baru ini mengatakan hanya 37 persen orang dewasa yang berencana untuk divaksinasi.
Sebelumnya, pemimpin Hong Kong Carrie Lam mengeluhkan rendahnya antusiasme warga untuk vaksinasi dan menuduh kritikus "menjelekkan" vaksin China. Namun, beberapa ahli epidemiologi terkemuka di kota itu telah secara terbuka menyatakan vaksin Pfizer / BioNtech jauh lebih efektif.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Namun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaBadan Pengawas Obat Eropa juga telah melarang peredaran vaksin ini.
Baca SelengkapnyaBelakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
Baca SelengkapnyaPemerintah berupaya mencegah penyebaran Mpox dengan melakukan vaksinasi yang sudah disetujui WHO dan BPOM.
Baca SelengkapnyaBeberapa waktu terakhir terjadi lonjakan kasus Covid-19 yang cukup signifikan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaMaxi berujar, kelompok pertama yang bisa mendapatkan vaksin gratis adalah yang belum pernah menerima vaksin Covid-19 sama sekali.
Baca SelengkapnyaVaksin kanker akan mulai didistribusikan awal tahun 2025.
Baca SelengkapnyaJamie Scott, seorang pria beranak dua mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin itu p
Baca SelengkapnyaEpidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, ada kemungkinan kasus TTS dipicu vaksin AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaPemerintah melalui BUMN bersama MSD sepakat tingkatkan edukasi tentang HPV.
Baca SelengkapnyaKomnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaPenerima vaksin ini adalah laki-laki yang dalam dua minggu terakhir melakukan hubungan seksual berisiko dengan atau tanpa status ODHIV.
Baca Selengkapnya