Korea Selatan Larang Penjualan Buku Memoar Pendiri Korea Utara Kim Il Sung

Merdeka.com - Langkah berani penerbit Korea Selatan menerbitkan memoar pendiri Korea Utara, Kim Il Sung, memicu perdebatan sengit terkait larangan menyebarkan propaganda Pyongyang yang diterapkan Seoul selama puluhan tahun di bawah undang-undang keamanan nasional.
Kritik terhadap tindakan tersebut mengatakan orang Korsel secara politik cukup dewasa untuk menilai materi semacam itu dan berpendapat itu sama dengan penyensoran yang tidak perlu dalam demokrasi yang dinamis. Demikian dilansir Channel News Asia, Selasa (4/5).
Undang-undang keamanan nasional berasal dari tahun 1948, sebelum pecahnya Perang Korea, dan melarang warga mengakses sebagian besar konten produksi Korea Utara, termasuk surat kabar resmi Rodong Sinmun.
Mereproduksi atau memiliki materi pro-Pyongyang yang dilarang dapat dihukum sampai tujuh tahun penjara.
Penerbit Kim Seung-kyun pada April merilis memoar delapan jilid pendiri Korea Utara, berjudul With the Century. Kepada AFP, penerbit ini mengatakan menerbitkan memoar untuk mempromosikan rekonsiliasi antar-Korea.
Sebuah kelompok sipil anti-Utara mengajukan pengaduan pidana, polisi meluncurkan penyelidikan dan dalam beberapa hari toko buku besar negara itu - yang menerimanya melalui asosiasi penerbit – menarik memoar dari rak mereka.
Buku itu sebentar lagi tersedia online seharga 280.000 won untuk set lengkap, tetapi pekan lalu, memoar tidak lagi tersedia dari portal web populer Naver, sementara pencarian di platform penjualan buku lokal Kyobo dan Yes24 tidak membuahkan hasil.
Tindakan tersebut memicu perdebatan tentang sensor dan apakah orang benar-benar perlu dilindungi dari membaca kata-kata Kim Il Sung.
“Warga Korea Selatan sudah memiliki penilaian tingkat tinggi,” kata Ha Tae-keung, seorang anggota parlemen dari Partai Kekuatan Rakyat yang konservatif - yang dipenjara berdasarkan undang-undang keamanan nasional sebagai aktivis mahasiswa.
“Tidak ada yang akan tertipu oleh memoar seperti fantasi Kim Il Sung lagi,” katanya kepada AFP.
“Kita sekarang perlu secara aktif menjamin kebebasan berekspresi.”
Kim Il Sung, kakek dari Kim Jong Un, berkuasa selama hampir lima dekade sampai kematiannya pada tahun 1994.
Memoar itu, yang pertama kali diterbitkan oleh Pyongyang pada 1992 dan tersedia dalam sekitar 20 bahasa di seluruh dunia, menggambar Kim Il Sung sebagai pemimpin gerilyawan Korea yang heroik melawan pasukan kolonial Jepang, sering menyangkal dan meremehkan hubungannya dengan China dan Soviet.
Para peneliti menggambarkannya sebagian besar sebagai "karya fiksi" dengan arsip bukti Soviet yang menyangkal beberapa klaim utamanya, tetapi menambahkan bahwa buku itu memiliki nilai terlepas dari ketidakakuratan sejarah.
Menurut seorang profesor studi Korea di Universitas Tufts AS, Sung-yoon Lee buku itu mengungkapkan "kecenderungan kebohongan" dan "kultus kepribadian" Pyongyang.
Penerbit awalnya memperoleh teks itu beberapa tahun lalu untuk distribusi terbatas yang diizinkan pemerintah ke lembaga penelitian. Penerbit mengatakan tidak berniat menguntungkan Pyongyang.
Penerbit berusia 82 tahun itu mengatakan, dia merilis buku itu sebagai "cara untuk mencintai negara saya" dengan mempromosikan pemahaman antar-Korea. Hal ini diungkapkan kepada AFP di rumahnya di Goyang.
"Jika itu dianggap kejahatan, saya bersedia dihukum."
Polisi mengonfirmasi kepada AFP, penyelidikan apakah buku memoar ini melanggar undang-undang keamanan nasional terus berlanjut.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya