Korea Utara Klaim Covid-19 Hampir Usai, Ini Alasannya
Merdeka.com - Korea Utara sudah berada di jalur yang tepat untuk meredakan krisis akibat wabah pertama COVID-19. Demikian dilaporkan kantor berita pemerintah KCNA hari ini.
Laporan itu muncul di saat negara-negara tetangganya di Asia berjuang melawan gelombang baru COVID-10 yang dipicu subvarian-subvarian Omicron.
Korut mengatakan 99,98 persen dari 4,77 juta pasien yang mengalami demam sejak akhir April telah sembuh. Kurangnya pengujian membuat negara itu tidak merilis jumlah kasus yang terbukti positif.
-
Mengapa klaim tersebut diragukan? Dalam artikel juga tidak ditemukan adanya narasi yang menyebut Jokowi dan Listyo SIgit mencopot Polda Jabar karena membatalkan sidang tersangka Pegi.
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Apa fakta trending tentang Korea Utara? Terbaru, di tahun 2024 ini, Korea Utara jadi sorotan usai mengirim ribuan balon berisi sampah ke Korea Selatan.
-
Apa yang diklaim Rusia terkait kanker? Rusia telah mengumumkan kemajuan signifikan dalam upaya mereka untuk menciptakan vaksin untuk kanker.
-
Mengapa klaim gambar hoax ini keliru? Melansir dari reuters, The Economist tidak menerbitkan sampul yang menggambarkan Presiden AS Joe Biden bermain catur dengan Vladimir Putin, dengan judul yang memperingatkan tentang perang nuklir yang 'tak terelakkan' antara keduanya.
-
Siapa yang menyebarkan klaim ini? Video tersebut diunggah oleh akun Youtube bernama @AKTUAL pada Selasa (25/6) lau, dan telah ditonton hingga lebih dari 1000 kali.
"Tindakan anti pandemi meningkat hingga akhirnya benar-benar meredakan krisis," kata KCNA, seraya menambahkan bahwa Korut telah melaporkan 310 kasus baru dengan gejala demam.
Dilansir laman Antara mengutip Reuters, Senin (8/7), Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya meragukan klaim-klaim yang dibuat oleh Korut.
WHO bulan lalu mengatakan pihaknya meyakini situasi di negara itu semakin buruk, bukan lebih baik, mengingat tidak adanya data yang independen.
Pernyataan Korut itu dapat menjadi awal pemulihan perdagangan yang lama terganggu oleh pandemi, kata seorang analis.
"Berdasarkan tren saat ini, Korut bisa mengumumkan dalam waktu kurang dari satu bulan bahwa krisis COVID-nya telah berakhir dan bahwa hal itu dapat menjadi awal kelanjutan perdagangan lintas batas," kata Cheong Seong-chang, direktur pusat kajian Korea Utara Institut Sejong di Korea Selatan.
Para analis mengatakan pemerintah otoriter Korut telah memanfaatkan pandemi untuk memperketat pengendalian sosial yang sebelumnya sudah diterapkan dengan tegas.
Pyongyang menyalahkan wabah itu pada "hal-hal asing" di dekat perbatasannya dengan Korsel dan mendesak penduduknya untuk menghindari apa pun yang datang dari luar.
Kasus harian demam di Korut yang dilaporkan KCNA telah menurun sejak negara terisolasi itu mengaku untuk pertama kalinya pada pertengahan Mei bahwa mereka menghadapi wabah COVID-19.
Otoritas mengatakan pihaknya sedang melakukan pemeriksaan kesehatan intensif di seluruh Korut, termasuk pengujian PCR harian pada air yang dikumpulkan dari daerah perbatasan.
Korut juga mengatakan telah mengembangkan metode baru yang dapat mendeteksi virus corona dan variannya secara lebih baik, juga penyakit menular lain seperti cacar monyet.
Klaim Korut tentang "stabilitas anti pandemi" itu muncul ketika negara-negara Asia lainnya menghadapi gelombang baru infeksi.
China melaporkan 691 kasus baru pada Sabtu dan kasus penularan lokal mencapai puncaknya sejak 23 Mei.
Di Korsel, kasus harian COVID melonjak pada Selasa hingga menembus angka 400.000 untuk pertama kali dalam dua bulan terakhir.
Ratusan ribu kasus baru diprediksi akan muncul dalam beberapa pekan ke depan.
Jepang juga memperingatkan bahwa gelombang baru COVID tampaknya akan menyebar dengan cepat, ketika Perdana Menteri Fumio Kishida mendesak warganya untuk lebih waspada menjelang liburan musim panas sekolah.
Tokyo melaporkan 16.878 kasus baru pada Rabu, tertinggi sejak Februari.
Secara nasional, infeksi di Jepang mencapai level yang belum pernah terjadi sejak awal tahun dengan lebih dari 90.000 kasus per hari.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaDalam uji coba yang dipantau Kim Jong-un, rudal balistik antarbenua Hwasong-19 berhasil terbang lebih tinggi. Rudal ini juga melesat jauh ke luar angkasa.
Baca SelengkapnyaInformasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaKCNA melaporkan rudal balistik generasi baru Korea Utara itu memiliki durasi waktu terbang terlama yakni 74 menit atau mampu terbang sejauh 1.001 kilometer.
Baca SelengkapnyaHal ini disampaikan Kim Jong-un dalam pidatonya di hadapan majelis rakyat tertinggi.
Baca SelengkapnyaKorea Utara mengatakan satelit mata-mata diperlukan untuk menghadapi dugaan ancaman dari Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaKorea Utara masih terus melakukan uji coba penembakan rudal-rudal balistik ke wilayah perairan Jepang. Penambakan itu disiarkan langsung di stasiun televisi.
Baca SelengkapnyaPenyakit Pernapasan Melonjak di China, WHO Minta Penjelasan
Baca SelengkapnyaDiktator ini mengakui kondisi perekonomian negaranya mengalami krisis yang parah.
Baca SelengkapnyaKim Jong-un dengan wajah semringah memperlihatkan deretan persenjataan Korea Utara paling mutakhir kepada delegasi Rusia dan China. Simak foto-fotonya!
Baca SelengkapnyaSatelit mata-mata pertama dari Korea Utara diklaim telah memotret Gedung Putih, Pentagon, dan kapal induk Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaKorea Utara kembali menguji coba rudal balistik antarbenua Hwasong-18 untuk mengukur kesiapannya dalam menghadapi ancaman perang nuklir melawan AS.
Baca Selengkapnya