Korea Utara Luncurkan Rudal Bukan Pakai Satelit GPS Buatan AS, Tapi Glonass Rusia
Merdeka.com - Korea Utara meluncurkan rudalnya dengan bantuan satelit navigasi Rusia, bukan GPS buatan Amerika Serikat. Demikian menurut para pengamat.
Pyongyang Senin lalu kembali meluncurkan rudal keempat dalam dua pekan terakhir dan rudal itu tampaknya adalah dua rudal balistik dengan daya jelajah jarak pendek. Rudal Korut itu kemudian jatuh di perairan Semenanjung Korea, kata Kepala Staf Pasukan Gabungan Korea Selatan, seperti dilansir laman South China Morning Post, Selasa (18/1).
Korut juga menguji coba rudal hipersonik pada 5 dan 11 Januari lalu kemudian melepaskan rudal balistik Jumat pekan lalu, kata kantor berita pemerintah Korut, KCNA.
-
Bagaimana Korea Utara meluncurkan rudal antarbenua? Akan ada silo, gerbong kereta, kapal selam, dan peluncur rudal bergerak.
-
Kapan Korea Utara tembakkan 6 rudal taktis? Sejumlah rudal taktis ditembakkan secara bersamaan dari kendaraan peluncur rudal balistik jarak pendek (SRBM) di lokasi yang dirahasiakan di Korea Utara, pada 9 Maret 2023.
-
Kenapa Korea Utara mengembangkan rudal hipersonik? Tak puas hanya dengan rudal balistik, Pyongyang juga mengembangkan rudal hipersonik jenis baru.
-
Siapa yang diincar oleh senjata nuklir Korea Utara? Analis mengatakan Korea Utara memperlihatkan ancaman nuklir yang semakin beragam ke Amerika Serikat dan Korea Selatan.
-
Apa yang dilakukan Korea Utara pada 13 April 2023? Korea Utara mengumumkan uji coba sebuah rudal balistik antar-benua (ICBM) baru berbahan bakar padat, Hwasong-18 pada 13 April 2023.
-
Apa yang sedang diproduksi di pabrik senjata Korea Utara? Pabrik senjata itu dikatakan tengah memproduksi rudal jelajah strategis dan pesawat nirawak (drone) untuk bertempur. Pabrik itu dikatakan memproduksi mesin untuk pesawat nirawak dan juga peluncur rudal multiroket.
Uji coba ini dilakukan setelah sebelumnya Amerika Serikat pekan lalu menerapkan sanksi baru terhadap Korut karena peluncuran rudal itu. AS kembali menyerukan agar Pyongyang kembali mau membahas isu denuklirisasi yang terputus sejak 2019.
Pyongyang kian sering menguji coba rudal mereka dalam beberapa tahun terakhir, termasuk dua rudal balistik antarbenua dengan daya jelajah lebih dari 6.000 kilometer pada 2017. Uji coba itu mereka lakukan tanpa bantuan satelit navigasi AS, GPS.
"Tak satu pun dari negara anti-AS (seperti Korut) yang mau memakai GPS karena mereka khawatir ada kemungkinan bisa diganggu dan disusupi oleh militer AS," kata Andrei Chang, pemimpin redaksi Kanwa Defence Review yang berbasis di Kanada.
Chang menuturkan Korut memilih memakai sistem navigasi BeiDou buatan China atau satelit navigasi global buatan Rusia (Glonass).
Namun menurut sumber dekat di militer China di Beijing, sistem BeiDou yang sudah berfungsi penuh sejak 2020 tidak menyediakan layanan navigasi bagi negara lain yang ingin meluncurkan rudal.
Sumber itu mengatakan Korut memakai satelit Glonass Rusia yang cakupannya tidak seluas GPS untuk uji coba meluncurkan rudal.
"Para ahli di Pyongyang menganalisis sistem BeiDou dan Glonass lalu memutuskan satelit buatan Rusia itu lebih cocok dengan lokasi geografi Korea Utara untuk meluncurkan rudal di dataran tinggi," kata sumber itu.
"Terlebih lagi, sudah menjadi rahasia umum Korut mengambil keuntungan dari negara bekas Uni Soviet itu yang telah memberikan teknologi rudal jarak menengah kepada Pyongyang setelah menandatangani Perjanjian Rudal Nuklir Jarak Menengah dengan AS."
Perjanjian yang diteken pada 1987 itu diabaikan oleh Washington pada 2019. Dalam perjanjian itu baik AS maupun Uni Soviet bersedia menghancurkan semua sistem peluncuran rudal nuklir dari darat dan kapal dengan jarak 500 hingga 5.500 kilometer. Namun Moskow sudah memberikan teknologi itu kepada Pyongyang," kata si sumber.
Sementara itu sistem navigasi China BeiDou selama ini sudah dipakai oleh Iran dan Pakistan untuk keperluan militer, kata sumber di Beijing itu.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Korea Utara kembali melakukan uji coba peluncuran dua rudal jelajah strategis terbaru yang ditembakan dari kapal selam.
Baca SelengkapnyaPemimpin Korea Utara, Kim Jong-un terlihat turun langsung mengawasi latihan tersebut.
Baca SelengkapnyaBerbagai pengembangan dan uji coba rudal nuklir yang dilakukan Korea Utara dipandang sebagai ancaman dunia. Simak selengkapnya!
Baca SelengkapnyaPengerahan ratusan rudal maut Korea Utara ini dianggap sebagai ancaman oleh Korea Selatan.
Baca SelengkapnyaDalam uji coba yang dipantau Kim Jong-un, rudal balistik antarbenua Hwasong-19 berhasil terbang lebih tinggi. Rudal ini juga melesat jauh ke luar angkasa.
Baca SelengkapnyaKorea Utara kembali menguji coba rudal balistik antarbenua Hwasong-18 untuk mengukur kesiapannya dalam menghadapi ancaman perang nuklir melawan AS.
Baca SelengkapnyaKorea Utara masih terus melakukan uji coba penembakan rudal-rudal balistik ke wilayah perairan Jepang. Penambakan itu disiarkan langsung di stasiun televisi.
Baca SelengkapnyaRudal balistik Hwasongpho-11-Da-4.5 dilengkapi hulu ledak monster yang beratnya mencapai 4,5 ton.
Baca SelengkapnyaIni menjadi langkah terbaru dalam rencana pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un yang ingin menggunakan bahan bakar padat untuk menggerakkan semua rudalnya.
Baca SelengkapnyaRusia diduga memakai rudal buatan Korea Utara itu untuk menggempur wilayah Kharkiv, Ukraina beberapa hari yg lalu.
Baca SelengkapnyaKCNA melaporkan rudal balistik generasi baru Korea Utara itu memiliki durasi waktu terbang terlama yakni 74 menit atau mampu terbang sejauh 1.001 kilometer.
Baca Selengkapnya