Lagi, Delapan Orang Tewas dalam Kekerasan Terbaru Terhadap Demonstran di Myanmar
Merdeka.com - Sedikitnya delapan orang terbunuh di Myanmar setelah pasukan keamanan mengeluarkan tembakan terhadap sejumlah massa unjuk rasa terbesar menentang kekuasaan militer dalam beberapa hari terakhir, tiga bulan setelah kudeta mendorong negara itu jatuh dalam kekacauan politik.
Ribuan orang, di daerah dan kota-kota seluruh negeri, bergabung dalam unjuk rasa Minggu menyerukan “Revolusi Musim Semi Myanmar Global”. Kampanye mendukung unjuk rasa anti kudeta juga berlangsung di luar Myanmar, saat Paus Fransiskus menyerukan perdamaian.
“Guncangkan dunia dengan suara persatuan rakyat Myanmar,” kata penyelenggara demonstrasi dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Al Jazeera, Senin (3/5).
-
Siapa yang terlibat dalam kerusuhan ini? Pada saat itu Maroko adalah protektorat Prancis, dan komisaris Prancis untuk Oujda, René Brunel, menyalahkan kekerasan yang terjadi pada orang-orang Yahudi karena meninggalkan Oujda dan bersimpati dengan gerakan Zionis.
-
Dimana kerusuhan terjadi? Prada Triwandi berani mengamankan masyarakat saat terjadi kerusuhan di wilayah Sentani, Kabupaten Jayapura.
-
Apa yang terjadi pada kerusuhan ini? Dalam peristiwa tersebut, 47 orang Yahudi dan satu orang Prancis terbunuh, banyak yang terluka, dan harta benda dirusak.
-
Di mana kerusuhan terjadi? Kerusuhan anti-Yahudi terjadi pada 7–8 Juni 1948, di kota Oujda dan Jerada, di protektorat Prancis di Maroko sebagai tanggapan terhadap Perang Arab-Israel tahun 1948 yang diikuti dengan deklarasi berdirinya Negara Israel pada tanggal 14 Mei.
-
Apa yang diminta oleh massa demo? Dalam aksinya, mereka mendesak DPR dan pemerintah untuk segera mengesahkan Revisi UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.
-
Siapa yang masuk ke lapangan dan membuat kerusuhan? Peristiwa itu berawal saat salah satu suporter tuan rumah masuk ke dalam lapangan.
Dua orang ditembak dan tewas di Mandalay, menurut kantor berita Mizzima.
Situs berita The Irrawaddy sebelumnya mengunggah sebuah foto seorang pria yang disebut merupakan petugas keamanan berpakaian biasa mengeluarkan tembakan di Mandalay.
Tiga orang tewas di pusat kota Wetlet, seperti dilaporkan Myanmar Now, dan dua orang terbunuh di dua daerah di negara bagian Shan. Satu orang juga tewas di daerah tambang rubi di Hpakant, menurut Kachin News Group.
Reuters tidak bisa memberifikasi laporan-laporan tersebut dan seorang juru bicara pemerintah tidak mengangkat telepon untuk dimintai komentar.Di Yangon, anak-anak muda berkumpul di sebuah sudut jalan sebelum berbaris ke jalan-jalan, dan segera membubarkan diri setelahnya untuk mencegah bentrokan dengan pihak berwenang.
“Melengserkan kediktatoran militer adalah tujuan kami!” teriak mereka sembari melambaikan hormat tiga jari sebagai tanda perlawanan.
Di negara bagian Shan, anak-anak muda membawa spanduk bertuliskan: “Kami tidak bisa diperintah sama sekali”.
Ledakan bom juga dilaporkan di sejumlah wilayah berbeda di Yangon pada Minggu. Ledakan terjadi dengan frekuensi meningkat dan pihak berwenang menyalahkan “penghasut”.
Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas ledakan tersebut.
Doa Paus Fransiskus
Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), yang memantau situasi, mengatakan pasukan keamanan telah membunuh sedikitnya 765 pengunjuk rasa sejak kudeta, sementara sebanyak 4.609 telah ditangkap. Militer, yang menyebut AAPP organisasi ilegal, mengakui sebanyak 258 pengunjuk rasa yang tewas, bersama 17 polisi dan tujuh tentara.
Demo untuk mendukung gerakan anti kudeta juga terselenggara di berbagai kota di sejumlah negara, dari Taipei sampai Vancouver dan London di mana politikus Hong Kong, Nathan Law yang mengasingkan diri mendukung unjuk rasa tersebut.
“Kita perlu memobilisasi sistem global kita untuk menghukum para diktator dan menghentikan mereka membunuh orang-orang,” jelasnya.
“Kita perlu sebuah pemerintah yang melayani rakyat, bukan meneror mereka. Kita perlu para pemimpin yang memimpin kita, bukan meminta kita tunduk pada mereka.”
Sementara itu di Roma, Paus Fransiskus berdoa selama misa Minggu di St Peter Square agar Myanmar bisa “berjalan di jalur pertemuan, rekonsiliasi, dan perdamaian”.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berakhirnya pemberontakan 8888 bukan hanya tragedi kemanusiaan, tetapi juga meninggalkan jejak kelam dalam sejarah Myanmar.
Baca SelengkapnyaBudi Gunawan menjelaskan saat ini situasi di lokasi bentrok Desa Cinta Adil, Kecamatan Biru-Biru, Deli Serdang, sudah kembali kondusif.
Baca SelengkapnyaSaling dorong yang terjadi membuat pagar balai kota akhirnya jebol. Sebagian massa tampak masuk ke kompleks balai kota. CCTV, tanaman dan paving block dirusak.
Baca SelengkapnyaBudi Gunawan memastikan proses hukum terhadap insiden ini terus berjalan.
Baca SelengkapnyaAksi persekusi dan penganiayaan terhadap mahasiswa Papua yang berunjuk rasa di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaSekelompok TNI masuk ke perkampungan Desa Selamat pada Jumat (8/11) malam sekitar pukul 21.30 WIB.
Baca SelengkapnyaPeran para wanita dibutuhkan dalam menambah personel untuk melawan junta militer Myanmar.
Baca SelengkapnyaAksi Bela Palestina merupakan bentuk dukungan warga Indonesia terhadap Palestina yang dibombardir pasukan zionis Israel.
Baca SelengkapnyaDalam insiden itu diketahui telah membuat satu orang warga sipil bernama Raden Barus (61) meninggal dunia dan delapan warga lainnya mengalami luka-luka.
Baca SelengkapnyaKerusuhan itu terjadi akibat provokasi yang dilakukan sejumlah pihak saat mediasi berlangsung.
Baca SelengkapnyaPengunjuk rasa di Meksiko mengecam serangan militer Israel di kota Rafah, Gaza.
Baca SelengkapnyaAkibat bentrok dua ormas itu, kepolisian menyebut terdapat satu korban tewas, dua lainnya luka-luka.
Baca Selengkapnya