Laporan: Jenderal AS Diam-Diam Telepon China karena Takut Trump Memulai Perang
Merdeka.com - Jenderal ternama Amerika Serikat (AS) diam-diam menelepon timpalannya dari China dua kali karena khawatir Presiden Donald Trump yang masih menjabat saat itu bisa memicu perang dengan China ketika dia berpotensi kalah pemilu, menurut laporan The Washington Post.
Kepala Staf Gabungan, Jenderal Mark Milley menelepon Jenderal Li Zuocheng dari Tentara Pembebasan Rakyat pada 30 Oktober 2020, empat hari sebelum pemilihan presiden AS. Milley kembali menelepon Jenderal Li pada 8 Januari 2021, dua hari setelah pendukung Trump menyerbu Gedung Capitol. Milley mengomentari hal tersebut pada Selasa.
Dalam panggilan telepon tersebut, Milley berusaha meyakinkan Li bahwa AS stabil dan tidak akan menyerang dan jika bakal ada serangan, dia akan menginformasikan timpalannya sebelum itu terjadi.
-
Siapa bos China yang membuat pernyataan kontroversial? Dalam perkembangan terbaru, ia telah meminta maaf atas komentarnya yang kontroversial.
-
Apa yang terjadi pada Donald Trump? Mantan presiden Amerika Serikat Donald Trump ditembak. Peristiwa tersebut terjadi kala Trump sedang kampanye Pilpres AS di depan pada pendukungnya di Butler, Pennsylvania, Amerika Serikat, pada Sabtu (14/7).
-
Kenapa AS khawatir dengan dominasi teknologi China? “Penelitian kami mengungkapkan bahwa China telah membangun fondasi untuk memposisikan dirinya sebagai negara adidaya sains dan teknologi terdepan di dunia.
-
Siapa yang cemas dengan Pilpres AS 2024? Pernyataannya bertentangan dengan keraguan yang dirasakan oleh jutaan warga AS, terutama para pendukung Partai Republik, sejak pemilihan presiden AS 2020, ketika mantan Presiden Donald Trump menolak untuk mengakui kekalahannya.
-
Kenapa hacker China incar HP Donald Trump? Menurut laporan, hacker asal China sedang melancarkan serangan terhadap jaringan telekomunikasi di Amerika Serikat, dengan fokus pada ponsel calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump, serta Senator JD Vance.
-
Siapa yang digugat Trump? Gugatan yang diajukan oleh Trump Media di 24 Maret ditujukan kepada Andy Litinsky dan Wes Moss, dua mantan kontestan reality show Trump yang kemudian menjadi salah satu pendiri calon dari Partai Republik untuk perusahaan teknologi Presiden.
Laporan tersebut berdasarkan buku baru karya jurnalis Bob Woodward dan Robert Costa berjudul Peril, yang mana mereka menyampaikan buku itu berdasarkan wawancara dengan 200 sumber dan buku ini akan dirilis pekan depan.
Milley juga dilaporkan berdiskusi dengan pejabat tinggi lainnya, termasuk Direktur CIA Gina Haspel dan kepala Badan Keamanan Nasional Paul Nakasone, membahas perlunya waspada di tengah kekhawatiran Trump bisa bertindak tidak rasional.
Haspel disebut mengatakan bahwa mereka berada dalam “situasi yang sangat berbahaya”.
“Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa Milley telah melampaui otoritasnya dan mengambil kekuatan luar biasa untuk dirinya sendiri,” tulis para penulis, dikutip dari Al Jazeera, Kamis (16/9).
Trump, dalam sebuah pernyataan, meragukan cerita itu, menyebutnya "dibuat-buat." Dia mengatakan jika cerita itu benar Milley harus diadili karena pengkhianatan.
“Terkait catatan itu, saya bahkan tidak pernah berpikir menyerang China,” ujar Trump.
Kantor Milley menolak mengomentari laporan tersebut.
Senator Republik, Marco Rubia meminta Presiden Joe Biden memecat Milley.
“Saya tidak perlu memberi tahu Anda bahaya yang ditimbulkan oleh perwira militer senior yang membocorkan informasi rahasia tentang operasi militer AS, tetapi saya akan menggarisbawahi bahwa subversi semacam itu merusak kemampuan Presiden untuk bernegosiasi dan memanfaatkan salah satu instrumen kekuatan nasional negara ini dalam interaksinya dengan negara asing,” jelas Rubio dalam sebuah surat kepada Biden.
Ditanya tentang laporan Washington Post, Wakil Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre menolak berkomentar dan meminta bertanya kepada Kepala Staf Gabungan dan Departemen Pertahanan.
Trump menunjuk Milley mengisi jabatan militer teratas itu pada 2018 tetapi mulai mengkritiknya, serta orang-orang yang ditunjuk dan mantan staf, setelah kalah dalam pemilihan presiden dari Biden pada November 2020.
The Washington Post melaporkan, Milley termotivasi menghubungi Beijing untuk kedua kalinya salah satunya karena pembicaraan telepon pada 8 Januari dengan Ketua DPR AS Nancy Pelosi, yang menanyakan tindakan pencegahan "presiden yang tidak stabil" itu meluncurkan serangan nuklir.
"Dia gila. Anda tahu dia gila," kata Pelosi kepada Milley, seperti dilaporkan Washington Post mengutip transkrip telepon tersebut.
Menurut transkrip panggilan yang dikutip, sang jenderal menjawab, "Saya setuju dengan Anda dalam segala hal."
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Trump berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani menjelaskan bahwa Trump merupakan sosok yang dikenal proteksionisme dalam melindungi neraca dagang negaranya.
Baca SelengkapnyaSebuah laporan menyatakan bahwa iPhone yang dimiliki oleh dua staf kampanye presiden AS telah berhasil diretas oleh peretas yang berasal dari Tiongkok.
Baca SelengkapnyaElon Musk memainkan peranan penting dalam konflik yang berlangsung antara Rusia dan Ukraina, yang telah berlangsung selama lebih dari dua tahun.
Baca SelengkapnyaDonald Trump bersaing dengan Kamala Harris pada pemilihan presiden yang akan berlangsung November mendatang.
Baca SelengkapnyaSelain karena akan merusak proses pemulihan ekonomi China, pengenaan tarif impor 60 persen juga berpotensi biaya hidup di Amerika Serikat bakal melonjak.
Baca SelengkapnyaJenderal Amerika Serikat menyebut bahwap erang dengan China bisa terjadi 2025.
Baca SelengkapnyaPanglima TNI Jenderal Agus Subiyanto menerima panggilan telepon dari Ketua Gabungan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Amerika Serikat Jenderal Charles Q. Brown.
Baca SelengkapnyaTrump menegaskan rencananya untuk memberlakukan tarif atau pajak pada semua barang yang diimpor ke Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaPrabowo menyampaikan selamat kepada Trump atas kesuksesannya di Pilpres AS
Baca SelengkapnyaChina Salip AS, Jadi Negara dengan Kekuatan Diplomatik Nomor 1 di Dunia
Baca SelengkapnyaSaat Donald Trump dilantik sebagai Presiden AS untuk kedua kalinya, pemerintah Amerika Serikat dilaporkan membatalkan rencana pemblokiran TikTok.
Baca Selengkapnya