Ledakan Delapan Bom di Hari Paskah Jadi Teror Paling Kelam di Sri Lanka Tahun Ini
Merdeka.com - Serangkaian ledakan bom dalam satu hari menjadi pengalaman paling kelam bagi Sri Lanka di tahun ini. Delapan bom meledak di sejumlah lokasi bertepatan di Hari Paskah 21 April lalu dan menewaskan sedikitnya 321 orang serta melukai 500 lainnya.
Ledakan pertama terjadi di Gereja St. Anthony di Kolombo dan St. Sebastian di kota Negombo di luar ibu kota. Ledakan kedua terjadi di tiga hotel dan ledakan ketiga di gereja di Batticaloa.
Beberapa jam kemudian, ledakan ke-7 terjadi di Hotel Tropical Inn. Dan ledakan ke-8 terjadi di sebuah rumah di area suburban Kolombo, tepatnya di Dematagoda. Sembilan pelaku bom bunuh diri mengguncang Sri Lanka hari itu.
-
Apa yang terjadi pada serangan bom di Kano? Tiga bom meledak di luar masjid Central Mosque di Kano, yang menewaskan sekitar 120 orang dan melukai sekitar 260 jamaah saat mereka sedang melaksanakan salat Jumat.
-
Siapa yang menjadi korban serangan? Menurut informasi, suara tersebut berasal dari bom yang diledakan oleh Israel dan menargetkan para pengungsi yang berada di bangunan tersebut.
-
Dimana serangan bom terjadi di Kano? Tiga bom meledak di luar masjid Central Mosque di Kano, yang menewaskan sekitar 120 orang dan melukai sekitar 260 jamaah saat mereka sedang melaksanakan salat Jumat.
-
Siapa yang menjadi korban serangan di Palestina? Puluhan ribu warga Palestina telah menjadi korban, termasuk perempuan dan anak-anak sejak 7 Oktober 2023.
-
Kapan kejadian penembakan itu? Benyamin, salah seorang Ketua RT di Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara menjadi korban penembakan air softgun saat menggagalkan aksi pencurian sepeda motor, Senin (15/1).
-
Kapan kejadian penembakan terjadi? Tragedi itu terjadi di halaman parkiran Mapolres Solok Selatan pada Jumat (22/11) sekira pukul 00.15 WIB.
Pemerintah Sri Lanka tidak perlu waktu lama untuk menuding kelompok militan Jemaah Tauhid Nasional (NTJ) sebagai dalang serangan ini. Sementara kelompok ISIS mengklaim serangan itu lewat corong media mereka, Amaq.
Meski sekian bukti bisa muncul di kemudian hari namun gambaran atas bagaimana serangan ini bisa terjadi cukup menyesakkan hati. Serangan ini sesungguhnya bisa dicegah tapi sejumlah kesalahan membuat peristiwa ini tetap terjadi.
Umat Kristen berjumlah 7,6 persen dan muslim 10 persen dari mayoritas penduduk Sri Lanka yang mayoritas beragama Buddha.
Hingga September lalu sudah hampir 300 orang ditangkap atas dugaan terlibat dalam serangan mematikan ini.
Mengabaikan Peringatan Intelijen
Dikutip dari laman Foreign Policy, Selasa (23/4), pemerintah Sri Lanka gagal mengantisipasi ancaman dari kelompok militan yang punya hubungan dengan jaringan internasional. Mereka juga mengabaikan peringatan intelijen dan gagal untuk saling berbagi informasi di lingkaran mereka sendiri.
Setidaknya dua pekan sebelum kejadian pejabat intelijen India dan Amerika Serikat memperingatkan intelijen Sri Lanka tentang adanya potensi serangan ke sejumlah gereja dan lokasi wisata di negara itu. Sepekan kemudian Kementerian Pertahanan menyampaikan informasi itu kepada kepolisian, lengkap dengan daftar nama dan alamat orang-orang yang berpotensi melancarkan serangan. Di antara nama-nama itu ada beberapa nama para pelaku serangan bom yang sebenarnya. Tapi aparat tidak berbuat apa-apa.
Sejumlah catatan yang dirilis kantor inspektur kepolisian ke beberapa direktur instansi pemerintah, termasuk kepala Divisi Keamanan Kementerian, Divisi Keamanan Yudisial, dan Divisi Keamanan Diplomatik, juga mengabaikan ancaman dan daftar nama itu.
Para pejabat Sri Lanka juga sebelumnya sudah mendapat peringatan soal NTJ dari sejumlah komunitas muslim di sana. Wakil presiden Dewan Muslim Sri Lanka mengaku dia sudah memperingatkan pejabat intelijen militer soal kelompok ini sekitar tiga tahun lalu.
Negara yang Terbelah
Tapi mengapa tidak seorang pun menanggapi dan mengambil tindakan atas peringatan ini? Menurut Lydia Khalil, mantan penasihat intelijen di kepolisian Boston sekaligus pengamat kontra-terorisme di Kepolisian New York, jawabannya mungkin karena alasan politik: pemerintahan Sri Lanka saat ini terbelah dua. Satu pihak mendukung presiden dan satu lagi mendukung perdana menteri. Kedua kubu kini dalam keadaan bertikai.
Sri Lanka masih mengalami krisis konstitusi sejak tahun lalu ketika sang presiden (sekaligus menteri pertahanan) Maithripala Sirisena berupaya mencopot Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe dari jabatannya dan menggantinya dengan manta pemimpin otoritarian, Mahinda Rajapaksa.
Meski kudeta ini gagal tapi pertentangan kedua kubu terus berlanjut dan kendali lembaga keamanan masih menjadi perebutan. Di tengah kondisi ketika informasi bisa menjadi alat politik dan Sirisena memegang kendali pertahanan dan kepolisian sekaligus mengabaikan perdana menteri dari dewan keamanan, sudah tidak heran rasanya kalau pejabat di level rendah tidak mengambil tindakan apa pun atas informasi intelijen itu.
Tapi meski begitu, sejumlah pejabat keamanan harusnya tahu soal ancaman itu dan mengambil tindakan. Lagipula, dua kantor kementerian: menteri Telekomunikasi Harin Fernando dan Menteri Integrasi Nasional Mano Galesan, juga mengatakan mereka sudah mengetahui ada peringatan itu. Dalam pemerintahan yang terbelah, semua masalah biarkan jadi urusan orang lain.
Betapa Bahayanya Krisis Politik
Para pejabat Sri Lanka tampaknya masih terjebak pada pertempuran melawan pemberontak Macan Tamil. Seperti disampaikan Samir Patil, direktur Pusat Gateway House untuk Keamanan Internasional dalam wawancara dengan Bloomberg: "Lembaga keamanan Sri Lanka masih terhanyut dengan pengalaman panjang mereka menghadapi pemberontakan berdarah. Otak mereka pola pikirnya masih untuk menghadapi serangan teroris yang berasal dari ekstremis Macan Tamil.
Di saat ketegangan di tengah masyarakat yang kian meningkat dan keberadaan ISIS di negara tetangga seperti Maladewa, Bangladesh, India, pengeboman di Sri Lanka lagi-lagi menunjukkan lemahnya antisipasi.
Secara keseluruhan, serangan bom di Minggu Paskah itu memperlihatkan betapa berbahayanya krisis politik yang masih terjadi di Sri Lanka dan ketegangan sektarian yang tak kunjung usai. Aparat juga tampaknya merasa masalah terorisme sudah berakhir ketika mereka berhasil mengalahkan Macan Tamil, padahal di sudut sana bahaya masih mengancam.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Serangan tersebut menyasar umat Kristiani yang sedang merayakan Paskah.
Baca SelengkapnyaKondisi korban sudah membaik setelah menjalani perawatan di rumah sakit setempat.
Baca SelengkapnyaSebanyak 45 orang, termasuk 23 wanita, anak-anak dan orang tua, tewas dalam serangan brutal Israel di kamp pengungsian warga Palestina di Rafah.
Baca SelengkapnyaTotal bom yang dijatuhkan Israel ke Jalur Gaza ternyata hampir 100 ribu ton. Angka ini lebih banyak dari jumlah bom yang dijatuhkan di dua negara saat PD II.
Baca SelengkapnyaKondisi di lapangan semakin mengkhawatirkan, dengan statistik korban yang belum sepenuhnya tercatat karena intensitas serangan yang terus berlanjut.
Baca SelengkapnyaKondisi rumah sakit sebelum dan sesudah dibom sangat kontras. Beberapa jam sebelumnya, banyak anak-anak Palestina bermain di halaman rumah sakit.
Baca SelengkapnyaSalat Idulfitri di Masjidil Aqsa, Yerusalem, juga berlangsung di bawah pengawasan pasukan Israel.
Baca SelengkapnyaPasukan zionis Israel terus melancarkan pengeboman di wilayah Gaza Selatan.
Baca SelengkapnyaApet memastikan tidak ada warga yang menjadi korban dari peristiwa ini.
Baca SelengkapnyaBom meledak saat misa Katolik di Marawi, Filipina pada Minggu (3/12) pagi, menewaskan empat orang.
Baca SelengkapnyaRatusan demonstran mengepung Kedutaan Besar Amerika Serikat di Beirut, Lebanon, sebagai bentuk dukungan mereka terhadap Palestina.
Baca SelengkapnyaSetelah mengebom gereja, Israel menyerang masjid terbesar dan tertua di Gaza.
Baca Selengkapnya