Lewat video, ISIS ancam 'bunuh' Bos Facebook dan Twitter
Merdeka.com - Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) mengumumkan ancaman kepada pemilik jejaring sosial Facebook (FB) dan Twitter melalui sebuah video propaganda. Dalam video tersebut, Mark Zuckerberg dan Jack Dorsey diancam kelompok peretas pro-khilafah, karena dua jejaring sosial populer dunia ini aktif memblokir akun terkait ISIS.
Cuplikan awal video memperlihatkan bagaimana foto kedua CEO ini disejajarkan, lalu beberapa peluru secara brutal tepat menembus wajah mereka. Video berjudul 'Kemarahan Kaum Ansar' ini dirilis oleh kelompok yang menamakan diri 'Anak pejuang tentara kilafah'.
"Kepada Mark dan Jack, serta mereka para pemerintah Salibis, setiap hari kalian mengatakan telah menutup banyak akun kami, apa hanya itu yang bisa diperbuat? Jika kalian tutup satu akun, maka kami akan retas sepuluh akun milik kalian, Allah ada di jalan kami," ujar rekaman suara dalam video itu, seperti dikutip dari Mirror, Kamis (25/2).
-
Siapa pendiri Facebook? Sejarah 4 Februari Hari Ulang tahun Facebook, yaitu dimulai Mark Zuckerberg ingin membuat platform chat.
-
Siapa yang menggugat TikTok? Tujuh keluarga di Prancis telah mengajukan gugatan terhadap TikTok, raksasa media sosial, dengan tuduhan bahwa platform ini telah mengekspos anak-anak remaja kepada konten berbahaya.
-
Kenapa Elon Musk batasi akses Twitter? Langkah ini, kata Musk, adalah untuk mengatasi tingkat ekstrim dari pengikisan data dan manipulasi sistem.
-
Apa yang dikritik Elon Musk dari Meta? Pertengkaran ini juga terjadi setelah serangkaian kritik dari Musk terhadap produk dan layanan Meta. WhatsApp, layanan perpesanan terenkripsi, menjadi target kritik Musk ketika dia menuduh aplikasi tersebut mengekspor data pengguna setiap malam.
-
Siapa yang terancam diblokir Kominfo? Dari enam Online Travel Agent (OTA) yang terancam diblokir Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), kabar terbarunya sudah ada tiga penyelenggara sistem elektronik (PSE) asing yang telah mendaftar.
-
Siapa saja hacker yang menyerang? Laporan tersebut secara detail menjelaskan serangan-serangan yang dilakukan pemerintah dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara, serta beberapa kelompok peretas di wilayah Palestina dan peretas bayaran yang disewa negara-negara lain.
Kelompok teroris mengklaim telah meretas lebih dari 10 ribu akun Facebook, 150 grup FB dan lebih dari 5.000 profil Twitter. Kendati begitu, pada bulan ini FB dan Twitter menyatakan ada sekitar 125 ribu akun yang telah mereka bekukan, lantaran berisi ancaman dan menyuarakan dukungan bagi terorisme.
"Seperti kebanyakan orang di dunia, kami takut akan tindakan para kelompok ekstrem yang berkeliaran di media sosial, kami mengutuk hal tersebut," kata juru bicara Twitter.
(mdk/ard)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kasus pegawai KAI ini menjadi sorotan Densus 88 karena meski ISIS bubar, tapi pendukungnya masih ada
Baca SelengkapnyaKominfo telah memblokir akun-akun yang terindikasi menyebar paham radikalisme.
Baca SelengkapnyaTerduga pelaku teridentifikasi menggunakan akun @rifanariansyah.
Baca SelengkapnyaTerduga teroris yang ditangkap di Bekasi berinisial DE (27).
Baca SelengkapnyaTersangka teroris itu ditangkap di perumahan pesona anggrek harapan blok B 7 Nomor 20A RT 07 RW 027 harapan Jaya Bekasi Utara, Kota Bekasi.
Baca SelengkapnyaSejauh ini sudah ada dua akun yang diduga melakukan pengancaman terhadap Anies.
Baca SelengkapnyaDetasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap seorang pria berinisial DE. Pegawai BUMN itu ditangkap Densus 88 di Harapan Jaya, Bekasi Utara.
Baca SelengkapnyaPemilik akun Tiktok yang ancam tembak Anies Baswedan dijerat dengan Pasal 29 Undang-Undang ITE.
Baca SelengkapnyaKabid Humas Polda Kalimantan Timur Kombes Pol Yusuf Sutejo mengatakan, motif dari Marco Karundeng adalah kesal.
Baca SelengkapnyaTentara yang tergabung ke dalam satuan militer berjuluk IDF itu sontak diserang warganet.
Baca SelengkapnyaDensus 88 menemukan beberapa foto dan lambang-lambang organisasi terorisme seperti Islamic State of Iraq and Syria (ISIS)
Baca SelengkapnyaTersangka diduga turut menyebarkan propaganda kelompok teroris ISIS di media sosial.
Baca Selengkapnya