Lima Demonstran Hong Kong Melarikan Diri ke AS dan Minta Suaka
Merdeka.com - Juli tahun lalu, lima pria muda naik kapal di sebuah pelabuhan wilayah pinggiran di Hong Kong. Mereka melewati tim patroli perairan China dan menuju ke timur, di Laut China Selatan.
Saat mereka mendekati Taiwan, mereka melepas mesin kapal, berharap diselamatkan Pasukan Patroli Laut Taiwan. Mereka beruntung.
Sekarang, setelah berbulan-bulan di Taiwan, mereka ingin mencari suaka di Amerika Serikat (AS). Mereka tiba di Bandara Internasional Kennedy, New York, pada Rabu.
-
Siapa yang disambut di Bandara? Berdasarkan keterangan Sekretariat Presiden, Xanana tiba sekitar pukul 07.50 WIB. PM Xanana Gusmao akan mengikuti serangkaian pertemuan dalam KTT Ke-43 ASEAN yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo.
-
Siapa yang terbang ke Jakarta? 'Puji Tuhan, Selasa malam rapat pleno KPU Papua Pegunungan selesai dilaksanakan walaupun banyak yang mengajukan keberatan dan kami bersama komisioner KPU Papua berangkat dan setibanya di Jakarta akan langsung mengikuti rapat pleno di KPU RI,' kata Theodorus Kossay.
-
Di mana New York berada? Kota New York di Amerika Serikat (AS) telah mencatatkan diri sebagai kota dengan jumlah miliarder terbanyak di seluruh dunia.
-
Siapa yang pergi ke Amerika? Pasca menikah dengan Maulana Kasetra atau yang akrab dipanggil Molen, presenter Enzy Storia pindah tempat tinggal ke Amerika.
-
Negara mana yang mereka lalui? Mereka akan bersepeda melintasi negara seperti SIngapura, Malaysia, Thailand, Myanmar, dan Uni Emirat Arab.
-
Di mana mereka terbang? Penerbangan mereka yang berlangsung selama 64 hari, 22 jam, dan 19 menit di atas Las Vegas berhasil memecahkan rekor penerbangan terlama di dunia pada saat itu.
Mereka merupakan sebagian kecil aktivis politik yang melarikan diri dari Hong Kong sejak pemerintah pusat China memberlakukan UU keamanan nasional yang keras pada Juni 2020. Lima pria ini berpartisipasi dalam demo pro demokrasi di Hong Kong yang salah satu tuntutannya adalah menolak UU keamanan tersebut.
Dikutip dari New York Times, Senin (18/1), kisah pelarian mereka dari Hong Kong, masa tinggal mereka di Taiwan dan kedatangan mereka di Amerika Serikat disampaikan Samuel Chu, pendiri Dewan Demokrasi Hong Kong, sebuah kelompok advokasi yang berbasis di Washington yang mengatur perjalanan dan penginapan serta membantu mereka mengajukan suaka.
Kelima pria ini tak mau disebutkan identitasnya karena khawatir akan membahayakan keluarga mereka di Hong Kong. Salah satu dari mereka berbicara dengan syarat anonim.
Memicu ketegangan lebih jauh dengan China
Salah seorang pria yang setuju untuk diwawancara mengatakan, saat berada di Taiwan, mereka ditahan di sebuah markas militer dan tak diizinkan berkomunikasi dengan keluarga dan teman mereka, namun dia mengaku tetap diperlakukan dengan baik.
Mereka percaya AS menawarkan kesempatan terbaik bagi mereka untuk memulai ulang kehidupan mereka.
Kedatangan mereka di AS bisa memicu ketegangan lebih jauh antara China dan AS, menjadi tantangan awal bagi pemerintahan Joe Biden yang akan datang, saat hubungan kedua negara berada pada titik terendah dalam beberapa dekade ini.
China menetapkan demonstran pro demokrasi Hong Kong sebagai kriminal, sementara AS dan negara demokrasi lainnya menantang China terkait kebebasan Hong Kong. Keterlibatan Taiwan, hanya menambah kepekaan terhadap masalah tersebut.
Juru bicara Departemen Luar Negeri dan Badan Kependudukan dan Imigrasi AS menolak mengomentari masalah ini, dengan alasan masalah privasi. Seorang pegawai pers Institut Amerika di Taiwan, yang menjadi kedutaan besar de facto AS di sana, juga menolak berkomentar, begitu juga juru bicara Dewan Urusan Daratan Utama Taiwan.
Status pengungsi
Chu mengatakan, lima demonstran ini berusia antara 18 sampai 26 tahun, melarikan diri dari Hong Kong karena takut menghadapi hukuman penjara, dan setidaknya satu orang telah ditangkap sebelumnya karena kaitannya dengan unjuk rasa.
Langkah pemerintahan Trump, di hari-hari terakhirnya menjabat untuk mengizinkan lima orang itu masuk atas dasar kemanusiaan sangat kontras dengan pembatasan kuota pengungsi yang dramatis selama empat tahun terakhir. Pada Desember, undang-undang di Kongres yang akan memudahkan penduduk Hong Kong untuk mendapatkan status pengungsi diblokir oleh Senator Republik, Ted Cruz.
Pada Agustus lalu, beberapa pekan setelah lima pria itu berhasil tiba di Taiwan, 12 aktivis Hong Kong lainnya ditangkap Pasukan Patroli Laut China saat mencoba memasuki Taiwan. Kebanyakan dari mereka ditangkap di Hong Kong dan kabur untuk menghindari persidangan. Mereka ditahan berbulan-bulan di China daratan tanpa dakwaan; pada Desember, 10 aktivis dijatuhi hukuman penjara mulai dari tujuh bulan sampai tiga tahun, dua dari mereka karena merencanakan upaya pelarian dan lainnya karena menyeberangi perbatasan secara ilegal. Dua aktivis yang keduanya masih anak-anak kembali ke Hong Kong.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
olisi mendapatkan lima Rohingya tersebut masih di kawasan Tanjung Pura dan langsung membawa ke penampungan kembali.
Baca SelengkapnyaRibuan umat Yahudi menggelar aksi dukungan untuk Palestina di Stasiun Grand Central New York. Aksi itu berujung penangkapan terhadap ratusan pengunjuk rasa.
Baca SelengkapnyaKemacetan parah terjadi ketika ribuan buruh menggelar aksi unjuk rasa memperingati May Day atau Hari Buruh Sedunia di sejumlah titik di Jakarta.
Baca SelengkapnyaPuluhan WNI tersebut dipulangkan dari Lebanon sebagai bagian dari proses evakuasi ketika konflik antara Israel dan kelompok Hizbullah semakin memanas.
Baca Selengkapnya5 WN China Diamankan di Teluk Kupang, Diduga Akan Diselundupkan ke Australia
Baca Selengkapnya5 Tahanan Kasus Narkoba Kabur Setelah Jebol Dinding Rutan Polres Barru
Baca SelengkapnyaTiga pria yang telah ditetapkan sebagai tersangka itu merupakan warga Kota Lhokseumawe, masing-masing berinisial RM (50), HU (41) dan DA (25).
Baca SelengkapnyaMereka terpantau melakukan orasi di tengah demonstrasi pengemudi ojek daring di sekitar Patung Kuda, Monas, Jakarta Pusat, Kamis (29/8).
Baca SelengkapnyaPencari suaka itu dibawa ke gedung Direktorat Jenderal Imigrasi untuk didata.
Baca SelengkapnyaAksi dua WNA asal Inggris saat ikut demonstrasi bersama ribuan ojek online (ojol) dan kurir se-Jabodetabek.
Baca SelengkapnyaKantor Imigrasi Kelas I Non TPI Tangerang mengamankan 27 Warga Negara Sri Lanka yang tinggal dan berkegiatan di apartemen kawasan Kabupaten Tangerang.
Baca SelengkapnyaKetiganya ditangkap di perairan sebelah Selatan Pulau Landu, Kecamatan Rote Barat Daya, Minggu (26/5) kemarin.
Baca Selengkapnya