Lima kejadian tragis akibat larangan berkumpul bukan muhrim

Merdeka.com - Beberapa ulama di sejumlah negara mayoritas muslim pernah mengecam percampuran antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka beralasan laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim (bukan suami-istri atau keluarga) jika bercampur bisa menimbulkan kerusakan moral di tengah masyarakat.
Misalnya Mufti Agung Arab Saudi Abdul Aziz bin Abdullah al-Sheikh.
Dalam suatu khutbah Jumat dia pernah mengatakan percampuran laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sehari-hari adalah bentuk kejahatan keji yang bisa membahayakan perempuan dan masyarakat, seperti dilansir stasiun televisi Al Arabiya, Sabtu (7/12/2013), mengutip dari surat kabar al-Eqtisadiah.
Dia menyebut tindakan kriminal itu merupakan proyek negara Barat yang membawa bencana bagi negara Islam.
Namun terkadang larangan bukan muhrim itu terlalu kaku sehingga justru menyebabkan kejadian tragis dan berakibat fatal.
Apa saja kasus-kasus larangan bagi bukan muhrim yang paling tragis yang pernah terjadi? Ikuti ulasannya berikut ini.
Pamer foto dengan gadis Hindu, pemuda muslim India dipukuli
Lelaki India bernama Muhammad Riyaz, 20 tahun, dipukuli oleh sekelompok orang gara-gara berpose dengan lima teman kelas perempuan beragama Hindu. Salah satu dari teman laki-lakinya di foto itu juga tampak berbaring di pangkuan teman-teman perempuan yang jelas-jelan bukan muhrim.Surat kabar the Daily Mail melaporkan, Selasa (3/3), peristiwa itu terjadi di kota Mangalore. Foto itu dengan cepat menyebar melalui aplikasi ponsel WhatsApp dan sampai ke tangan sekelompok orang yang dikenal sebagai polisi moral di kota itu.Di rumah sakit Riyaz mengatakan dia diculik dan dipukuli dengan brutal oleh kelompok polisi moral itu. Mereka juga ingin tahu di mana teman laki-lakinya yang berbaring di pangkuan pra perempuan di foto itu.Riyaz menuturkan dia sedang akan pergi ke rumah teman ketika sekelompok pria muncul dan meringkusnya lalu memasukkannya ke dalam mobil dan membawanya ke tepi kota.Selama dipukuli, termasuk dengan kayu, mereka menanyakan di mana teman laki-lakinya yang berbaring di atas pangkuan para perempuan itu. Mereka juga bertanya, kenapa dia, seorang muslim, berfoto dengan gadis-gadis Hindu."Kami sudah sangat dekat dan akrab sejak di tahun pertama kuliah. Jika tidak akrab, tidak mungkin para gadis itu mengizinkan. Mereka semua terlihat tersenyum. Jika dipaksa, tentu mereka tidak akan tersenyum," ujar Riyaz.Komisioner Polisi Ravi Kumar mengatakan kepada the Indian Express, "Setelah foto itu menyebar di media sosial, sekelompok pria menculik lelaki itu dan menduga dia mungkin seorang muslim lalu memutuskan dia harus diserang."Polisi juga menuturkan teman laki-laki Riyaz itu saat ini sembunyi dan bukannya mencari perlindungan polisi. Dia takut bernasib sama seperti Riyaz.Kota Mangalore dikenal sebagai kota yang banyak dihuni kelompok-kelompok garis keras Hindu. Sebagian dari mereka bahkan berlaku bak polisi moral.
Ikut pesta dengan kaum laki-laki, 60 siswi ditahan polisi Saudi
Polisi syariah Arab Saudi telah menahan sekelompok anak muda di sebuah pesta kelulusan bercampur antara perempuan dengan laki-laki.
Polisi syariah menangkap 60 anak perempuan dan 15 anak laki-laki selama pesta perayaan kelulusan itu, seperti dilansir stasiun televisi Al Arabiya, Sabtu (31/5/2014).
"Tidak ada minuman beralkohol, yang dilarang di Saudi, ditemukan oleh polisi," kata seorang sumber enggan disebutkan identitasnya kepada Al Arabiya.
Para gadis yang ditangkap itu kemudian diserahkan kepada orang tua mereka. Sementara para pemuda yang ditahan dirujuk kepada pihak berwenang.
Polisi syariah Saudi bekerja untuk menegakkan kode etik yang ketat di kerajaan di Jazirah Arab itu.
Anggota polisi syariah berpatroli di jalan-jalan untuk menegakkan pemisahan antara laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri atau keluarga serta kode berpakaian.
Tonton pertandingan voli pria, perempuan ini dipenjara
Seorang wanita dikurung di sebuah penjara terkenal di Iran setelah mencoba menonton pertandingan bola voli pria. Ghoncheh Ghavami, 25 tahun, ditangkap dan dibawa ke Penjara Evin di Ibu Kota Teheran beberapa hari setelah dia mencoba untuk menonton pertandingan bola voli pria antara Iran dan Italia pada 20 Juni lalu, seperti dilansir surat kabar the Daily Mail, Rabu (10/9). Dia telah menghabiskan waktu selama 41 hari di sel isolasi, menurut keluarganya. Ghoncheh pergi ke Stadion Azadi, yang ironisnya berarti 'kebebasan', dengan perempuan lain untuk memprotes aturan ketat Iran, diperkenalkan setelah Revolusi Islam 1979, yang melarang kaum perempuan untuk menghadiri acara olah raga kaum pria. Awalnya Ghoncheh, yang sedang belajar hukum di London, ditangkap kemudian dilepaskan, tetapi ketika dia kembali untuk mengambil barang-barangnya, dia kembali ditangkap dan dipenjara. Beberapa orang lainnya yang terlibat dalam demonstrasi juga ditahan. "Keluarga kami tidak dapat menahan diri atas kejadian ini," kata abang Ghoncheh, Iman Ghavami, 28 tahun, kepada ITV News. "Mereka terkoyak, bukan hanya orang tua saya tapi juga kakek-nenek saya, paman saya, semua orang." Kepala polisi Iran, Esmail Ahmadi Moghadam, mengatakan kepada kantor berita Fars, "Dalam kondisi saat ini, pencampuran pria dan wanita di stadion bukan untuk kepentingan umum". "Sikap yang diambil oleh para ulama dan pemimpin tertinggi tetap tidak berubah, dan sebagai penegak hukum, kita tidak bisa membiarkan perempuan untuk memasuki stadion," lanjut dia.Kampanye di media sosial bermunculan dalam upaya untuk menekan Iran agar membebaskan Ghoncheh. Ada sebuah akun di Facebook yang didedikasikan untuk membantu dia dan tanda pagar #FreeGhonchehGhavami kini diunggah di Twitter tentang keadaannya. Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan pihaknya menyadari terkait situasi ini, tetapi tidak terlalu dapat membantu karena Iran tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Inggris, jadi mereka tidak mungkin dapat membantu Ghoncheh.Juru bicara Amnesty International Inggris Neil Durkin mengatakan kepada the Daily Mail, "Kami sangat khawatir tentang keadaan Ghoncheh". "Dia ditahan di sel isolasi selama lebih dari satu bulan di Penjara Evin di Teheran di mana dia berada di bawah kendali Garda Revolusi Iran," kata Neil. "Pengacaranya tidak memiliki akses bertemu dengan dirinya atau dokumen tentang mengapa Ghoncheh ditahan, meskipun kami mengerti dia sedang diselidiki dengan tuduhan pelanggaran yang sangat samar yakni propaganda melawan negara," ujar dia.
Ayah larang penjaga pantai selamatkan putrinya lantaran bukan muhrim
Seorang ayah yang amat protektif pada anaknya menolak pertolongan penjaga pantai untuk menyelamatkan putrinya yang sedang tenggelam. Alasannya, lantaran si penjaga pantai bukan muhrim anaknya.Akibatnya, sang anak yang berusia 20 tahun itu meninggal lantaran tenggelam di pantai. Hal ini terjadi di Dubai, Uni Emirat Arab, seperti dilansir dari metro.co.uk, Senin (10/8)."Ini merupakan salah satu insiden mengerikan yang terjadi sepanjang sejarah karir saya," ujar Wakil Direktur Kepolisian Dubai Letnan Kolonel Ahmed Burqibah.Ahmed mengatakan kejadian tak terlupakan ini amat menyedihkan. Sang ayah terlalu protektif pada anak gadisnya.Dia menyebutkan, untuk masalah pertolongan pada orang yang tenggelam, tak seharusnya memikirkan muhrim atau tidak."Yang seharusnya kita utamakan adalah keselamatan," kata dia.Gadis 20 tahun malang ini terbawa ombak pantai yang membesar. Dia sudah berteriak minta tolong, sang ayah hanya tertegun melihat anaknya tenggelam.Sementara itu, seorang penjaga pantai bergegas untuk menolong si gadis, namun dihadang dan dilarang oleh ayahnya.'Dia berkata, 'jangan sentuh dia, kamu bukan muhrimnya'," ujar Ahmed.
Salaman dengan pria, wanita ini dipenjara 12 tahun
Atena Farghadani (29) ditahan sejak Februari tahun ini karena menggambarkan pemerintahan Iran sebagai kumpulan monyet dan kambing. Belakangan, hukuman kartunis wanita itu bisa bertambah berat, hanya karena dia menyalami pengacaranya, seorang laki-laki, di penjara.
Laman the Independent melaporkan, Senin (14/9), Farghadani oleh Pengadilan Teheran pada 1 Juni lalu sudah divonis 12 tahun penjara. Selain kartun-kartunnya dianggap menghina pemerintah, dia dituding mencemarkan nama baik Pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei.
Masalah Farghadani bertambah, setelah sipir memergokinya menjabat tangan sang pengacara, Mohammad Moghimi, saat dikunjungi di Penjara Garchak, lokasi berkumpulnya mayoritas tahanan politik Iran.
Mereka berdua didakwa melakukan zina. Bersentuhan bukan muhrim dihukum cukup berat di Negeri Para Mullah itu. Hukuman penjara yang diterima Farghadani kini hampir pasti lebih dari 12 tahun.
Lembaga hak asasi, Amnesty International, menyebut Iran melakukan pemberangusan sistematis terhadap hak Farghadani menyuarakan pendapatnya. Farghadani kabarnya kini melakukan mogok makan karena hukuman buatnya dianggap tidak adil. Petisi dalam jaringan untuk membebaskan Farghadani telah didukung 10.608 orang.
Farghadani mulai menggambar lima tahun terakhir. Dia keras mengkritik undang-undang Iran yang melarang kontrasepsi sukarela perempuan.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya