Luncurkan Pedoman Baru, WHO Sebut Penularan Corona Lewat Udara Perlu Pembuktian Lagi
Merdeka.com - Pada Kamis (9/7), WHO meluncurkan pedoman baru terkait penularan virus corona yang mengakui beberapa laporan terkait penularan virus lewat udara yang menyebabkan Covid-19. Tapi WHO tak mempertegas virus tersebut juga menyebar melalui udara.
Dalam pedoman penularan terbarunya, WHO mengakui beberapa laporan wabah yang berkaitan dengan keramaian di dalam ruangan tertutup yang diperkirakan ada transmisi aerosol, seperti saat latihan paduan suara, di restoran atau di kelas kebugaran atau gym.
Namun menurut lembaga PBB ini, diperlukan lebih banyak penelitian untuk menyelidiki kejadian seperti itu dan menilai signifikansinya terkait transmisi Covid-19. Demikian dikutip dari Reuters, Jumat (10/7).
-
Mengapa Covid-19 menjadi pandemi global? Pandemi Covid-19 telah menjadi salah satu peristiwa paling berdampak di abad ke-21. Penyakit yang disebabkan oleh virus corona jenis baru ini telah menginfeksi lebih dari 200 juta orang dan menewaskan lebih dari 4 juta orang di seluruh dunia.
-
Bagaimana flu menyebar? Flu merupakan infeksi virus pada saluran pernapasan yang menyebar terutama melalui kontak dekat dengan orang yang terinfeksi. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), virus ini menyebar melalui tetesan kecil yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin, atau bahkan berbicara. Tetesan ini dapat terhirup oleh orang lain atau menempel pada permukaan seperti gagang pintu atau meja. Jika seseorang menyentuh permukaan yang terkontaminasi dan kemudian menyentuh hidung, mulut, atau mata mereka, kemungkinan besar mereka akan tertular flu.
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Bagaimana cara virus Corona varian Omicron bermutasi? Mereka menemukan bahwa varian asli Omicron BA1 telah mengalami lebih dari 50 kali mutasi, termasuk beberapa yang memungkinkannya untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Apa standar kualitas udara yang ditentukan WHO? Hanya tujuh negara yang berhasil memenuhi standar kualitas udara internasional yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia berdasarkan survei tahunan ke-6 IQAir.
Laporan ini menyusul surat terbuka dari para ilmuwan spesialis penyebaran penyakit di udara atau ahli aerobiologi - yang mendesak WHO memperbarui pedomannya bagaimana penyakit pernapasan itu menyebar termasuk transmisi aerosol.
Berdasarkan tinjauan sejumlah bukti, WHO mengatakan virus corona yang menyebabkan Covid-19 menyebar melalui kontak dengan permukaan yang terkontaminasi atau kontak dekat dengan orang yang terinfeksi yang menyebarkan virus melalui air liur, sekresi pernapasan atau tetesan cairan yang dikeluarkan ketika orang yang terinfeksi batuk, bersin, berbicara atau bernyanyi.
Pedoman baru itu menyarankan orang harus menghindari keramaian dan memastikan ventilasi udara yang baik di gedung, selain melakukan jaga jarak sosial, dan memakai masker ketika jaga jarak fisik tidak memungkinkan.
Dalam sebuah konferensi pers pada Kamis, Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS, Dr Anthony Fauci mengatakan belum ada banyak bukti kuat tentang transmisi SARS-CoV-2 di udara, tetapi menambahkan: "Saya pikir itu adalah asumsi yang masuk akal bahwa itu memang terjadi. "
Meskipun tidak lengkap, Fauci mengatakan bukti sejauh ini adalah "hal mendasar mengapa kita sekarang begitu berniat mendorong orang - terutama orang tanpa gejala - untuk memakai masker. Untuk dapat melihat apakah kita dapat mengurangi itu," jelasnya.
Hanya sejumlah kecil penyakit yang diyakini menyebar melalui aerosol, atau partikel kecil yang mengambang, termasuk campak dan tuberkulosis - dua patogen yang sangat menular yang dapat berlama-lama di udara selama berjam-jam dan membutuhkan tindakan pencegahan ekstrem untuk mencegah penularan.
Pedoman WHO sebelumnya hanya mengakui penularan virus corona baru melalui udara selama prosedur medis tertentu. Linsey Marr, seorang ahli aerosol di Virginia Tech yang ikut bersurat kepada WHO, mengatakan dalam sebuah surel, dia mendorong badan tersebut sekarang mengakui penularan melalui udara mungkin terjadi.
Tetapi dia mengatakan WHO menggunakan "definisi tetesan dan aerosol yang ketinggalan zaman" dan terlalu fokus pada ukuran tetesan dan jarak tempuh.
WHO mendefinisikan ukuran aerosol di bawah 5 mikron karena hanya partikel yang kecil yang dapat mengapung di udara cukup lama untuk dihirup. Namun, Marr mengatakan kisaran ukuran partikel yang jauh lebih besar telah terbukti berkontribusi terhadap infeksi.
Dibandingkan ukuran, Marr mengatakan perbedaan antara tetesan dan aerosol harus didasarkan pada bagaimana infeksi terjadi: Jika seseorang menghirup virus dan menjadi terinfeksi, itu adalah aerosol. Jika infeksi terjadi melalui kontak, itu adalah tetesan.
Meskipun WHO telah fokus pada transmisi melalui udara jarak jauh, Marr mengatakan menghirup aerosol "harus jadi perhatian yang lebih besar pada kontak dekat dan ketika orang berada di ruangan yang sama."
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penyakit Pernapasan Melonjak di China, WHO Minta Penjelasan
Baca SelengkapnyaJangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan.
Baca SelengkapnyaInformasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaKementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta masyarakat untuk tidak panik dengan adanya pneumonia misterius yang tengah merebak di China dan Eropa.
Baca SelengkapnyaVarian tersebut memicu ada peningkatan kasus Covid-19 di Singapura.
Baca SelengkapnyaBeredar Surat Edaran (SE) Kementerian Kesehatan mewajibkan masyarakat pakai masker, benarkah?
Baca SelengkapnyaVarian baru virus corona bernama Pirola tengah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaAhli epidemiologi molekuler membuat heboh dengan pernyataan muncul gelombang pandemi 2.0.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca SelengkapnyaBeredar di media sosial TikTok sebuah video yang memberikan informasi terkait dampak erupsi Gunung Ruang.
Baca SelengkapnyaMasyarakat diminta lakukan pola hidup bersih dan sehat
Baca Selengkapnya