Mahathir: Tidak Ada Gunanya Menjadi Negara Kaya Jika Buat Segelintir Orang
Merdeka.com - Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad dalam pertemuan bulanan di kantornya kemarin mengatakan kekayaan negara harus dibagikan secara merata kepada seluruh ras. Dia juga menegaskan, diperlukan lebih banyak fokus dalam bekerja merekatkan persatuan dan kesatuan nasional.
Dia menuturkan Malaysia tidak dapat mengklaim berhasil jika beberapa warga negaranya tertinggal.
"Tidak ada gunanya menjadi negara kaya jika kekayaan itu tidak dibagi atau hanya diberikan kepada sekelompok orang tertentu," katanya, sebagaimana dikutip dari Channel News Asia pada Senin (14/1).
-
Bagaimana kondisi kesehatan Mahathir? Mahathir, yang kini berusia 99 tahun, telah menjabat sebagai Perdana Menteri Malaysia selama lebih dari dua dekade dan memiliki riwayat masalah jantung, termasuk menjalani operasi bypass.
-
Siapa yang bisa gagal? Mereka yang berani gagal total dapat mencapai banyak hal.
-
Siapa pemimpin tertinggi di Malaysia? Kekuasaan tertinggi di negara Malaysia dipegang oleh seorang raja yang bergelar Sri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agongkan, dipilih oleh 9 sultan melayu dan menjabat selama 5 tahun.
-
Apa yang dikatakan tentang kegagalan? Kegagalan adalah bagian dari proses. Kamu baru saja belajar untuk bangkit kembali.
-
Mengapa Mahathir tidak hadir di pengadilan? Kabar mengenai kondisi kesehatan Mahathir muncul setelah ia tidak hadir dalam sidang pengadilan terkait kasus pencemaran nama baik yang diajukan olehnya.
-
Mengapa klaim tersebut diragukan? Dalam artikel juga tidak ditemukan adanya narasi yang menyebut Jokowi dan Listyo SIgit mencopot Polda Jabar karena membatalkan sidang tersangka Pegi.
"Kita harus berbagi apa yang kita miliki bersama, karena kita tidak ingin dilihat sebagai negara kaya tetapi gagal untuk merawat minoritas," lanjut Dr M menegaskan.
Mahathir menambahkan, negara-negara dengan perbedaan yang jelas antara si kaya dan si miskin berisiko berakhir dalam kerusuhan.
"Sudah menjadi tugas kami untuk menentukan untuk mendistribusikan kekayaan secara setara, atau setidaknya ke tingkat yang diterima oleh semua komunitas di negara ini," ujar Mahathir.
Melayu dan kelompok-kelompok pribumi, yang dikenal sebagai Bumiputera, atau putra-putra daerah, saat ini menyumbang sekitar 70 persen dari total populasi Malaysia.
Di bawah konstitusi negara itu, yang diprakarsai oleh para pemimpin Organisasi Nasional Melayu Bersatu pada 1971, setelah kerusuhan ras 1969 yang menewaskan ratusan orang.
Bumiputera mendapat manfaat dalam sejumlah cara, seperti perumahan yang lebih murah, kuota untuk beasiswa universitas, kontrak pemerintah, dan saham perusahaan-perusahaan yang terdaftar.
Dalam pidatonya kemarin, Mahathir mengatakan, "Kami mewarisi situasi di mana negara kami terdiri dari masyarakat multi-rasial. Kami menemukan bahwa saat ini, ras-ras ini belum bersatu seperti yang kami harapkan".
Ketika Malaysia merdeka, kata dia, diharapkan negara itu akan menjadi bangsa yang berbicara dalam satu bahasa, mempraktikkan satu budaya dan hidup dalam harmoni.
"Tetapi karena beberapa ras ingin mempertahankan hubungan dengan tanah air mereka, kami menerima kenyataan bahwa negara kami tidak akan menjadi negara tempat semua orang berasal dari satu ras," katanya kepada Malay Mail.
Dia mengatakan Malaysia belajar banyak dari kerusuhan 1969.
"Kerusuhan tidak menguntungkan siapa pun. Ini adalah sejarah kita. Kami menyadari betapa pentingnya bagi semua ras untuk bekerja sama," lanjutnya.
Dia mengatakan jika tiga ras utama di Malaysia, bersama dengan kelompok etnis di Sabah dan Sarawak dapat bersatu untuk "bekerja", "hidup" dan "aktif" bersama, guna mewujudkan Malaysia yang lebih maju.
Sementara itu, kekhawatiran tentang perpecahan rasial telah berkembang setelah kerusuhan baru-baru ini di sebuah kuil Hindu di Selangor, serta sebuah demonstrasi menolak ratifikasi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial di pusat kota Kuala Lumpur.
Jumat lalu, Dr Mahathir mengatakan pemerintah akan "bersikap sangat sensitif" terhadap semua agama, setelah pertemuan dengan anggota Dewan Konsultatif Malaysia untuk Agama Buddha, Kristen, Hindu, Sikh, dan Taoisme.
Reporter: Happy Ferdian Syah Utomo
Sumber: Liputan6.com
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia meragukan jiwa nasionalisme para Warga Negara Indonesia (WNI) yang pindah kewarganegaraan.
Baca SelengkapnyaMenteri Keuangan Sri Mulyani menilai menuju target tersebut bukan perkara gampang.
Baca SelengkapnyaIndonesia harus mampu untuk meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Baca SelengkapnyaKementerian Hukum dan HAM mencatat ribuan warga negara Indonesia berpindah kewarganegaraan menjadi warga negara Singapura.
Baca SelengkapnyaAnggota Banggar DPR, Muhammad Nasir Djamil menyinggung, soal kemiskinan di Indonesia
Baca SelengkapnyaMenurut Edy, antangan Indonesia saat ini lebih sulit karena bukan hanya ancaman dari luar, tetapi juga dari dalam negeri.
Baca Selengkapnya