Melayang seperti kupu-kupu, menyengat bagai lebah
Merdeka.com - Aksinya di atas ring tinju mempesona banyak orang sampai sekarang. Kaki yang lincah ditambah kecepatan pukulannya kadang membuat lawan tumbang tidak berkutik. Ditambah gaya sedikit jumawa, menjadikan dia olahragawan masyhur. Prestasinya pun berderet.
Dia adalah Muhammad Ali. Dia dilahirkan di Louisville, Negara Bagian Kentucky, Amerika Serikat 70 tahun lalu dengan nama Cassius Marcellus Clay, Jr. Orang tuanya berasal dari kelas menengah. Hidupnya pun biasa-biasa saja. Tetapi memang sejak kecil mental dia sudah ditempa menjadi petarung. Maklum saja, saat itu warga kulit hitam di tempat tinggalnya mendapat perlakuan diskriminatif dari warga kulit putih. Mulai dari tempat duduk di dalam bus kota sampai kantor pos dipisahkan. Dia pun sering diejek dengan panggilan kasar, seperti dikutip dari situs www.biography.org, Kamis (16/8).
Ali mulai belajar tinju pada usia 12. Berawal dari kegeraman dia lantaran sepedanya dicuri orang. Dia lalu datang ke kantor polisi dan bertemu petugas bernama Joe Martin. Dia mengatakan ingin memukuli pencurinya jika ketemu. Joe hanya tersenyum dan mengatakan, "Sebaiknya kamu belajar berkelahi sebelum menantang orang lain." Selain menjadi polisi, Joe adalah pelatih tinju. Dia yang mengasah bakat bertinju Ali.
-
Siapa yang harus belajar? Orang bijak belajar ketika mereka bisa. Orang bodoh belajar ketika mereka terpaksa.
-
Siapa yang bisa belajar dari musuh? “Orang bijak bisa belajar lebih banyak dari musuhnya daripada orang bodoh dari teman-temannya.“ -Fast
-
Apa yang harus dilatih? Latih diri untuk melihat objek atau subjek yang akan Anda gambar dengan lebih cermat, dan perhatikan proporsi yang benar.
-
Kapan kita harus belajar? Hiduplah seolah engkau mati besok. Belajarlah seolah engkau hidup selamanya.
-
Siapa yang dianjurkan untuk belajar? Dalam Islam, belajar dianggap sebagai suatu kewajiban bagi setiap muslim.
-
Kata-kata apa yang bisa dipelajari? Kumpulan kosakata bahasa Inggris dan artinya yang bisa coba dihafalkan.
Setelah merasakan asyiknya bertinju, Ali mulai mencoba peruntungan di kompetisi amatir pada 1954 sampai 1956. Perlahan tapi pasti prestasinya mulai meningkat. Empat tahun kemudian namanya makin harum saat menyabet medali emas di Olimpiade Italia. Saat dia mengalahkan petinju Polandia Zbigniew Pietrzkowski.
Setelah menggondol emas di Olimpiade, dewi fortuna sepertinya enggan jauh-jauh dari Ali. Dia kembali ke kampung halamannya dan mulai memasuki dunia tinju profesional. Sebelum bertanding biasanya dia selalu memberikan komentar terhadap lawannya, bahkan kadang sembari mengejek. Bahkan di depan wartawan dia sering bergaya menunjukkan keahlian bertarungnya. Tidak jarang dia membuat perumpamaan dengan bahasa sendiri. Sekilas memang tampak sombong, tapi itulah Ali.
Sederet nama petinju kelas berat tangguh pun takluk di tangannya. Henry Cooper, Sonny Liston, Joe Frazier, dan George Foreman adalah beberapa sosok legenda tinju dunia yang dikandaskan perlawanannya oleh Ali. Maka pantaslah dia masuk ke jajaran olahragawan masyhur. Pada 1987, dia dinobatkan masuk ke dalam Hall of Fame. Kisah hidupnya pun diabadikan dalam film berjuluk "Ali", dibintangi oleh Will Smith.
Meski saat ini dia pensiun dan mengidap sindrom Parkinson, namanya tetap melegenda dan menginspirasi ribuan atlit tinju muda agar menorehkan prestasi setinggi-tingginya. Bertarung dengan teknik melayang seperti kupu-kupu, menyengat bagai lebah.
(mdk/fas)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya